La Tongko-Tongko

Melangkah dengan Bodoh: Pelajaran dari La Tongko-Tongko


La Tongko-Tongko | English Version

Cerita Rakyat dari Sulawesi Selatan


Ada orang yang sangat bodoh. Namanya La Tongko-Tongko. Dia tinggal bersama ibunya. Suatu hari, La Tongko-Tongko mengatakan kepada ibunya bahwa dia ingin menikah.

"Jika Anda ingin menikah, Anda harus mencari gadis terlebih dahulu. Kemudian mintalah dia untuk menikah dengan Anda."

La Tongko-Tongko mendengarkan ibunya. Jadi, dia mulai mencari gadis. Dan saat dia melihat sekeliling, dia bertemu dengan seorang gadis. Dia membawa kentang di tasnya.

"Hei, gadis aku ingin menikah, apakah kamu mau jadi istriku?"

Gadis itu marah! Dia pikir La Tongko-Tongko mengejeknya. Dia melemparkan kentang ke arahnya. La Tongko-Tongko kabur!

Di rumah, La Tongko-Tongko memberitahu ibunya tentang gadis yang ditemuinya hari ini.

"Oh, kamu sangat bodoh La Tongko-Tongko kamu bisa meminta gadis untuk menikah seperti itu kamu dan dia harus saling mencintai, maka kamu bisa menikah," jelas ibunya.

LaTongko-Tongko segera keluar. Dia masih merenungkan saran ibunya. Sementara dia melihat sekeliling, seorang gadis sedang berjalan dan dia membawa beberapa kayu api. La Tongko-Tongko mendekatinya dan berbicara dengannya.

"Hei, aku cinta kamu, apakah kamu mencintaiku? Jika ya, ayo kita menikah."

Gadis itu marah. Dia melemparkan beberapa kayu ke arahnya. La Tongko-Tongko kabur!

Sekali lagi, La lbngko-Tongko memberitahu ibunya tentang gadis yang ditemuinya.

"Oh, tidak, kamu sangat bodoh, kamu tidak bisa melakukan itu, cinta butuh waktu, disamping itu kamu harus bicara dengan baik dan lembut," jelas ibunya.

La Tongko-Tongko berjalan berkeliling. Akhirnya dia sampai di hutan. Dia melihat seorang gadis terbaring di tanah di bawah pohon besar. Dia tidak tahu, bahwa gadis itu sudah meninggal. Dia mendekati gadis itu dan berbicara dengannya.

"Hai, gadis cantik." Saya sangat mencintai kamu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu mencintaiku?"

Tentu saja gadis itu tidak menanggapi. Dia sudah mati. Namun, La Tongko-Tongko berpikir bahwa gadis itu butuh waktu untuk meresponsnya. Dia ingat saran ibunya. Dia mengulangi pertanyaannya lagi. Dan saat dia tetap diam, La Tongko-Tongko mengira gadis itu pemalu. Akhirnya, dia mengajukan pertanyaan terakhir.

"Apakah Anda ingin menikah dengan saya? Jika Anda diam, saya akan berpikir Anda mengatakan ya."

Dan karena gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan tidak bergerak sama sekali, La Tongko-Tongko memeluknya dan Membawanya pulang

Di rumah, La longko-Tongko memasukkannya ke kamar tidurnya. Dia mengatakan kepada ibunya bahwa dia sudah menemukan seorang istri. Ibunya senang. Dia ingin bertemu dengan gadis itu. Dan saat dia melihat mayat di kamar tidur, dia menjerit!

"La Tongko-Tongko, kenapa kamu membawa mayat ke rumah kita?"

"Mayat? Bagaimana Ibu tahu dia sudah mati?" Tanya La Tongko-Tongko.

"Tidak bisakah kamu mencium bau busuk dari tubuhnya? Kuburkan dia sekarang!"

La Tongko-Tongko kemudian mengubur mayat gadis itu. Dia merasa bahwa dia baru saja belajar sesuatu. Dan setelah dia selesai mengubur mayatnya, dia kembali ke rumah.

Sebelum dia tidur, dia buang angin. Baunya sangat busuk. La Tongko-Tongko mengira dia sudah meninggal. Dia menggali lubang dan mengubur tubuhnya. Dia membiarkan kepalanya di permukaan tanah, sedangkan bagian tubuhnya ditanah. Dan saat ibunya melihatnya, dia benar-benar marah.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Saya sudah meninggal, Bu. Saya buang angin dan baunya sangat busuk. ''

Ibunya tidak bisa melakukan dan mengatakan apapun. Dia meninggalkan La Tongko-Tongko sendirian. Dan setelah beberapa jam, La Tongko-Tongko tidak tahan lagi. Dia membebaskan dirinya dan kembali lagi rumahnya.***




Memahami Tindakan, Menerima Keterbatasan, dan Belajar dari Kesalahan

Pesan moral dari cerita "La Tongko-Tongko" mungkin dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
  1. Tindakan Berdasarkan Kebodohan: Cerita menyoroti tindakan-tindakan impulsif dan kurangnya pemahaman La Tongko-Tongko terhadap hubungan dan perasaan. Pesan moralnya adalah untuk berpikir dengan matang sebelum mengambil keputusan.
  2. Keterbatasan dalam Memahami Kehidupan: La Tongko-Tongko tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang kehidupan dan kematian. Pesan moralnya dapat menyoroti pentingnya memiliki pengetahuan yang baik tentang dunia sekitar kita.
  3. Belajar dari Kesalahan: Meskipun La Tongko-Tongko melakukan kesalahan, dia belajar dari pengalamannya. Pesan moralnya dapat menekankan pentingnya belajar dari kesalahan dan berkembang sebagai individu yang lebih bijaksana.
  4. Komunikasi yang Baik: Komunikasi yang baik dan pengertian yang dalam diperlukan dalam hubungan. Pesan moralnya dapat menunjukkan bahwa meresapi perasaan orang lain dan berbicara dengan baik dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik.
Pesan moral dari cerita ini dapat bervariasi tergantung pada interpretasi pembaca, namun inti pesan umumnya mencakup elemen-elemen tersebut.




No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection