Search This Blog

Candi Mendut

Mendut – Relief Candi yang Menceritakan Dongeng dengan Pesan Moral

Mendut >> English version


Fabel dari jawa Tengah

Candi Mendut, sebuah candi Buddha dari abad ke-9 yang terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, berdiri sebagai pencerita bisu namun mendalam tentang kebijaksanaan kuno. Candi megah ini, yang diperkirakan dibangun pada masa dinasti Sailendra, bukan hanya merupakan keajaiban arsitektur, tetapi juga kanvas hidup yang menggambarkan dongeng-dongeng dengan pesan moral yang penuh makna dan pencerahan spiritual.

Fitur paling memikat dari candi ini terletak pada relief-relief rumit yang menghiasi dinding dan pilar bangunannya. Relief-relief ini, yang dipahat dengan presisi dan kehati-hatian, menggambarkan berbagai kisah, banyak di antaranya berasal dari teks-teks Buddha dan dongeng lokal, yang kaya dengan pelajaran moral yang bertujuan untuk membimbing dan menginspirasi siapa pun yang melihatnya. Setiap pahatan, meskipun tampaknya hanya gambaran sederhana tentang peristiwa atau tokoh, menyampaikan kebijaksanaan mendalam yang dimaksudkan untuk melampaui waktu dan budaya.



Mendut



Kisah Bijak: Kumpulan Ajaran Moral dalam Relief Candi Mendut

Relief-relief di Candi Mendut menggambarkan kisah-kisah moral yang sarat dengan pelajaran kehidupan, masing-masing terukir dengan indah untuk menyampaikan ajaran abadi melalui sosok dan simbol hewan. Kisah-kisah ini tidak hanya mencerminkan nilai-nilai kesabaran, kerendahan hati, dan kasih sayang, tetapi juga menggambarkan keyakinan budaya dan spiritual pada zaman itu. Beberapa fabel yang digambarkan dalam relief-relief candi ini sangat menonjol karena ajaran moralnya yang kuat.

Salah satu kisah yang paling menonjol adalah Angsa dan Kura-Kura, di mana angsa yang sabar membantu kura-kura dalam perjalanannya, mengajarkan pentingnya mendengarkan nasihat bijak dan tetap tenang, bahkan dalam menghadapi tantangan. Monyet dan Buaya adalah cerita lain yang menyoroti kecerdikan dan kewaspadaan, menggambarkan bagaimana seseorang harus berhati-hati dalam mempercayai orang lain dan mengenali sifat asli mereka.

Relief-relief tersebut juga menggambarkan kisah Bangau, Ikan, dan Kepiting, sebuah cerita tentang penipuan dan akibat dari mengkhianati kepercayaan. Kisah ini mengingatkan kita untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran. Dalam cerita Kucing dan Tikus, kita melihat kompleksitas predator dan kelangsungan hidup, dengan tikus yang belajar dari akibat naivitas mereka.

Yang tak kalah menarik adalah cerita Burung Berkepala Dua, yang mencerminkan dualitas sifat manusia dan konflik internal antara keinginan yang bertentangan. Terakhir, kisah Brahmana dan Kepiting mengajarkan tentang bahaya kesombongan dan pentingnya kesadaran diri, terutama ketika seseorang menjadi terlalu yakin dengan kebenarannya sendiri.

Fabel-fabel ini bukan sekadar cerita, melainkan panduan moral yang membantu individu untuk merenung tentang tindakan dan hubungan mereka, menggambarkan kekuatan ajaran yang abadi. Relief-relief di Candi Mendut menawarkan sekilas pandang unik ke dalam filosofi Buddha tentang karma, menekankan dampak mendalam dari perbuatan baik maupun buruk dalam perjalanan seseorang menuju pencerahan.


Peran Moralitas dalam Pertumbuhan Spiritual

Kisah moral yang diceritakan melalui relief-relief Mendut memegang peran sentral dalam ajaran Buddha. Agama Buddha menekankan pentingnya karma—hukum sebab-akibat—dan relief-relief ini menawarkan pengingat yang jelas tentang bagaimana tindakan dan niat seseorang membentuk masa depan. Kisah-kisah tentang kebaikan, keberanian, dan ketidakegoisan diukir dalam pahatan-pahatan ini, mendorong penonton untuk merenungkan perilaku mereka sendiri dan berusaha mengikuti jalan kebenaran.

Dalam tradisi candi Buddha, relief-relief di Mendut lebih dari sekadar ekspresi artistik. Relief-relief ini dimaksudkan untuk mendidik dan membimbing umat dalam perjalanan spiritual mereka. Sama seperti para biksu yang bermeditasi di dalam candi, pahatan-pahatan ini diam-diam mengundang kontemplasi dan refleksi. Candi ini sendiri menjadi tempat di mana pengunjung dapat terhubung tidak hanya dengan ajaran Buddha, tetapi juga dengan nilai-nilai budaya dan etika yang mendasari kehidupan komunitas tersebut.


Dongeng Abadi, Pelajaran Universal

Relief-relief Candi Mendut menawarkan lebih dari sekadar wawasan tentang praktik spiritual Jawa kuno; mereka memberikan pelajaran abadi yang masih relevan hingga saat ini. Dari kisah seekor kelinci yang rendah hati mengatasi rintangan melalui ketekunan hingga kisah seorang raja mulia yang belajar nilai dari kedermawanan, ajaran yang terkandung dalam pahatan-pahatan ini melampaui batasan waktu dan geografi.

Candi Mendut, dengan pahatan-pahatan kunonya dan pelajaran moral yang mendalam, tetap menjadi pengingat pentingnya kebijaksanaan, belas kasih, dan hidup dengan etika. Kisah-kisah yang diceritakan melalui relief-relief ini terus menginspirasi tidak hanya masyarakat Jawa Tengah tetapi juga pengunjung dari seluruh dunia, menjadi warisan yang abadi dari komitmen Buddha terhadap pencerahan dan integritas moral.





Sejarah dan Lokasi

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan apsara atau bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.

Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka (kisah Sang buddha dalam bentuk fabel yang sarat pesan moral).


Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka.
Buddha dalam posisi dharmacakramudra.

kaskus.co.id
Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (mudra) dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi.

www.kaskus.co.id





Daftar Fabel Mendut








Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection