Search This Blog

Monyet dan Burung

Sang Monyet dan Burung: Kisah Kebaikan dan Keberanian antara Gelatik Jawa dan Lutung Jawa


Folklor dari Jawa Barat





🌞 Hari itu sangat panas di hutan.
Seekor itik muda berjalan tertatih di atas tanah yang kering, mencari air—bukan hanya untuk diminum, tapi juga untuk berenang dan bermain. Hujan sudah lama tak turun, dan panas membuat bulunya lengket serta kakinya terasa nyeri.

Tapi si itik tidak menyerah.
"Aku hanya perlu terus berjalan," bisiknya. "Pasti ada air di suatu tempat!"

Dan benar saja!
Dari kejauhan, ia melihat sebuah kolam kecil yang berkilau di bawah sinar matahari. Kakinya yang lelah tiba-tiba terasa kuat kembali. Penuh semangat, ia berlari mendekat dan melompat ke dalam air yang sejuk.

“Yipiiee!” seru si itik dengan gembira.
Ia minum dengan lahap, berenang berputar-putar, dan menyanyikan lagu kecil—suaranya riang dan cerah.

Namun tak jauh dari sana, seekor lutung besar yang sedang tidur di atas pohon terbangun.

“Hei! Suara apa itu?!” geram si lutung, menatap ke bawah dari dahan pohon. “Kau mengganggu tidur siangku!”

Si itik terkejut dan berhenti bernyanyi. “Oh! Maafkan aku, Tuan Lutung. Aku tidak tahu—”

“Maaf? Huh! Ini kolam milikku! Aku tidak mau ada itik jelek di sini!” teriak si lutung sambil melemparkan ranting-ranting ke arah si itik.

“Aduh!” jerit si itik, matanya mulai berkaca-kaca. “Baiklah... aku pergi.”

Dengan hati yang hancur, si itik naik dari kolam dan berjalan menjauh sambil terisak pelan.

Di langit, seekor burung Gelatik Jawa melihatnya dan terbang turun.

“Ada apa, temanku?” tanya burung itu dengan lembut.
Si itik pun menceritakan segalanya—tentang kolam, kegembiraannya, si lutung, dan kata-kata yang menyakitkan.

Burung kecil itu menyipitkan matanya. “Ah, aku kenal lutung itu. Dia memang tidak pernah mau berbagi kolam. Dia pikir segalanya miliknya. Tapi dia salah.”





Burung kecil itu terdiam sejenak, lalu tersenyum.
“Aku punya ide. Mungkin agak menjijikkan... tapi kurasa akan berhasil.”

🌿

Burung itu terbang ke arah kolam dan hinggap di dahan pohon.
“Halo, Tuan Lutung! Bolehkah aku minum sedikit air?” cuitnya dengan sopan.

Lutung mengerang. “Tidak! Pergi sana, pengganggu kecil! Aku tidak mengizinkan hewan kecil di kolamku!”

“Bagaimana kalau aku tidak pergi?” tanya si burung.

“Kalau begitu, akan KUMAKAN kamu!”

Dengan loncatan cepat, si lutung menangkap burung itu dan langsung memasukkannya ke dalam mulut besarnya.

Tapi burung tetap tenang. Ia tahu persis apa yang harus dilakukan.

Ia... beol. Tepat di atas lidah si lutung.

“BLUH!!” Si lutung muntah dan memuntahkan burung itu. “Itu menjijikkan!”

Karena panik dan ingin membersihkan lidahnya, si lutung mengambil sebatang bambu dan menggosok lidahnya dengan keras—terlalu keras. Bambu itu tajam. Lidahnya terluka.

“Aaaaargh! Lidahku! Tolong! TOLONG!!” jeritnya kesakitan.

Burung itu mengepak di dekatnya. “Aku akan menolongmu,” katanya, “tapi hanya jika kamu berjanji untuk bersikap baik pada yang lain... dan berbagi kolam ini.”

“Aku janji! Aku janji!” rengek si lutung.

Burung itu pun membawa daun dan ramuan hutan, membantu menenangkan luka di lidah si lutung.
Sejak hari itu, lutung menepati janjinya. Ia tak lagi mengusir hewan lain. Ia menyambut semua—itik, katak, burung, bahkan kura-kura—untuk beristirahat dan minum di kolam.

Hutan pun terasa lebih sejuk dan damai.
Dan si itik? Ia sering kembali—bukan hanya untuk berenang, tapi juga untuk bernyanyi... bersama teman-temannya.




πŸ’– Pesan Moral: Berbagi, Bersikap Baik, dan Jangan Biarkan Kesombongan Menguasaimu

Kisah ini mengajarkan bahwa kebaikan hati lebih kuat daripada sifat egois.
Si lutung mengira bisa memiliki segalanya sendiri, tapi akhirnya ia sadar bahwa berbagi membawa kedamaian dan persahabatan.

Si burung berani membela kebenaran—bukan dengan kekerasan, tapi dengan memberi pelajaran yang bijak.
Dan air mata jujur dari si itik mampu melembutkan hati yang keras.
Kita semua layak mendapat kebaikan, tak peduli sekecil atau sebesar apa pun diri kita. 🌈













🐦 Fakta Menarik: Gelatik Jawa

Tahukah kamu?
Gelatik jawa (Lonchura oryzivora)—juga dikenal sebagai Java finch atau burung padi—adalah burung kecil nan menawan yang berasal dari pulau Jawa, Bali, dan Bawean di Indonesia. Dengan paruh merah mudanya, bulu abu-abu halus, dan pipi putih bersih, ia mudah dikenali.

Meski kini terancam punah di alam liar karena kehilangan habitat dan perburuan, gelatik jawa tetap menjadi salah satu burung peliharaan paling disukai di dunia.

Yang mengejutkan, burung ini dulu dianggap hama sawah karena sangat suka memakan biji-bijian—terutama beras! 🍚🌾 Karena itulah ia kadang dijuluki "burung padi." πŸ’–












πŸ’ Fakta Menarik: Lutung Jawa

Tahukah kamu?
Lutung jawa (Trachypithecus auratus)—juga dikenal sebagai ebony lutung—adalah monyet pemakan daun yang anggun dan berasal dari hutan hujan di Jawa dan pulau-pulau sekitarnya. Mereka terkenal dengan bulu hitam legam yang halus—tapi tahukah kamu, bayi lutung sering lahir berwarna oranye cerah? 🌈🍼

Warna cerah ini membantu para dewasa memantau si kecil di hutan yang lebat.

Lutung jawa hidup berkelompok dan senang berada di pucuk pohon. Di sana mereka saling merawat, makan daun, bunga, dan buah-buahan muda. Sifat mereka pemalu dan damai. Seperti gelatik jawa, mereka juga terancam akibat kehilangan hutan, menjadikan mereka bagian yang sangat berharga dari kekayaan alam Indonesia. πŸŒΏπŸ’š

Meski lutung jawa dikenal pemalu di alam, dalam cerita ini dia menjadi tokoh yang belajar dari kesalahan dan berubah menjadi lebih bijak. Semua makhluk bisa berubah jika diberi kesempatan dan kasih sayang. πŸ’š

⚠️ Meskipun lutung jawa biasanya pemalu dan damai, seperti semua makhluk hidup, setiap individu bisa memiliki kepribadian yang berbeda. Cerita ini membayangkan satu kasus langka—seekor lutung yang penasaran dan akhirnya belajar tentang pentingnya kebaikan hati.






Javan Langur




🌱✨ Pesan Konservasi

Yuk, lindungi sahabat hutan kita!
Gelatik jawa dan lutung jawa adalah dua hewan asli Indonesia yang rumahnya semakin menyempit karena penebangan hutan dan perdagangan ilegal hewan. πŸŒ³πŸ’”

Dengan mengenal kisah mereka dan peduli pada dunia mereka, kita bisa menjadi penjaga alam.
Setiap pohon yang kita lindungi, setiap pilihan baik yang kita buat, membantu teman-teman hewan kita hidup aman dan bahagia di alam liar. πŸ’šπŸ¦πŸ’

Bersama, kita bisa menjaga hutan tetap penuh lagu, tawa, dan petualangan di antara dedaunan! 🌿🎢🌈






πŸ“ Catatan dari Pembuat Cerita
Cerita ini terinspirasi dari fabel Indonesia yang sudah lama diceritakan turun-temurun. Biasanya, tokohnya hanya disebut sebagai burung dan monyet, tanpa menyebutkan jenis pastinya.
Dalam versi ini, aku memilih Gelatik Jawa (Java sparrow) dan Lutung Jawa (Javan langur) karena mereka adalah satwa endemik Indonesia yang lucu dan menarik.
Meski lutung jawa dikenal pemalu dan damai di alam liar, dalam cerita ini dia menjadi tokoh yang belajar dari kesalahan dan tumbuh menjadi lebih bijak.
Setiap makhluk bisa berubah jika diberi kesempatan dan kasih sayang. ❤️🌿









No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection