Search This Blog

Datu Mabrur dan Ikan Todak

English Edition >> Datu Mabrur and the Swordfish

Folklor dari Kalimantan Selatan

DATU Mabrur membawa sebuah batu besar ke laut. Dia melemparkan batu ke laut, melompat, dan mendarat di batu.

Dia duduk dan mulai bermeditasi. Siapa Datu Mabrur? Yah, dia adalah orang suci. Dia memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa. Dia bermeditasi di laut karena ia ingin meminta Tuhan untuk memberinya sebuah pulau untuk keturunannya. Dia bermeditasi hari dan malam.

Dia mengabaikan matahari yang panas, hujan, dan bahkan badai. Datu Mabrur tidak tahu bahwa ketika ia sedang bermeditasi, beberapa ikan todak berenang di sekitar batu. Ikan akan menyerangnya!

Salah satu ikan todak terbang. Ini menyerang Datu Mabrur. Meskipun ia bermeditasi dengan sungguh-sungguh, ia tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Ketika ikan todak hendak menyerangnya, ia menggerakkan tangannya dan memukul ikan kembali.

Ikan dilemparkan kembali ke laut. Sayangnya ikan lain juga siap untuk menyerangnya. Sekali lagi, Datu Mabrur membalas dan ikan itu kembali ke laut. Kemudian, beberapa ikan todak terbang dan menyerangnya. Kali ini Datu Mabrur membuka matanya, berdiri, dan sibuk membela dirinya. Ini diulang beberapa kali dan akhirnya semua ikan menyerah.

Datu Mabrur berpikir serangan akan berhenti. Yah, dia salah. Ada satu ikan todak besar sedang menunggu. Tidak seperti ikan todak lain ikan todak ini berbeda. Dia adalah ikan todak terbesar. Dia juga mampu berbicara dengan manusia. Dia adalah raja ikan todak.

"Hei orang tua! Meditasi Anda mengganggu kami! Anda telah membuat semua ikan di sini gelisah. Anda harus meninggalkan laut sekarang!" kata raja ikan todak.

"Yah, aku minta maaf jika saya mengganggu Anda. Ngomomg-ngomomg, bolehkah aku tahu siapa
kamu?"

"Aku raja ikan todak. Meditasi Anda telah terganggu seluruh kerajaan. Saya akan melawan Anda jika Anda tidak ingin pergi," kata raja ikan todak.

"Tidak! Aku tidak akan pergi sampai aku memiliki sebuah pulau untuk keturunan saya."

"Anda ingin sebuah pulau? Itu mudah bagi saya. Mari kita membuat kesepakatan. Kami akan berjuang. Jika Anda kalah, Anda harus pergi sekarang. Tapi kalau saya kalah, saya akan memberikan sebuah pulau."

"Anda dapat memberikan saya sebuah pulau? Bagaimana?"

"Itu mudah bagi saya. Saya akan meminta semua ikan todak untuk membuat sebuah pulau. Bagaimana? Setuju?"

"Setuju!" kata Datu Mabrur.

Kemudian mereka berkelahi. Raja ikan todak terbang. Dia mencoba untuk menyerang Datu Mabrur. Tapi dia sudah siap. Dia menggunakan kekuatan supranatural untuk melawan kembali. Dia berhasil! ikan todak terbang tak berdaya. Dia kehilangan keseimbangan dan terlempar kembali ke laut. Ia mencoba untuk terbang lagi, tapi ia terlalu lemah. Dia menyerah!

"Aku menyerah. Seperti yang saya janjikan saya akan membantu Anda membuat sebuah pulau."

Raja ikan todak berenang kembali ke laut. Kemudian banyak ikan todak menggali tanah di bawah laut dan membawanya ke permukaan. Semua ikan mendorong negeri itu dan mereka semua berteriak,

"Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaan!"

Sa-ijaan berarti satu hati, satu pikiran dan satu ide. Perlahan-lahan, sebuah pulau baru dibuat. Datu Mabrur benar-benar bersyukur.

Dia kemudian memberi nama pulau sebagai Pulau Halimun yang kemudian juga disebut sebagai Pulau Laut karena itu muncul dari dasar laut. Sekarang orang-orang lokal menggunakan citra ikan todak dan kata Sa-ijaan sebagai simbol dan slogan Kotabaru, Kalimantan Selatan. ***


Pesan moral: kekuatan kesabaran, keberanian, dan kesetiaan terhadap tujuan

Cerita ini mengajarkan pentingnya keteguhan hati dalam menghadapi tantangan. Datu Mabrur menunjukkan ketabahan dan ketekunan dalam meditasinya meskipun dihadapkan pada gangguan dan bahaya dari ikan pedang. Kesetiaannya pada tujuannya untuk menciptakan kebaikan bagi keturunannya juga mencerminkan nilai-nilai seperti ketulusan hati dan keberanian dalam menghadapi rintangan. Pesan moralnya mungkin menggambarkan bahwa dengan kesabaran, keberanian, dan tekad yang kuat, seseorang dapat mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diinginkan.


Pria dan pedang




No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection