Saat Aku Melihat Nagaruda
Perpaduan Legenda dan Futurisme dari Pesisir Nusantara
English Version: A Glimpse of Nagaruda
Namaku Arjuna, seorang nelayan biasa dari sebuah desa kecil di pesisir selatan Jawa. Selama beberapa generasi, keluargaku hidup mengikuti irama laut, melempar jala dan menghadapi badai untuk membawa hasil laut kembali ke daratan. Kami mengenal suasana hati laut seperti halnya kami mengenal wajah orang-orang yang kami cintai. Namun, tidak ada dalam hidupku yang mempersiapkanku untuk hari di mana aku bertemu dengan Nāgarūda.
Sore itu, matahari memancarkan bayangan panjang keemasan di atas ombak. Aku pergi lebih jauh dari biasanya, tergoda oleh cerita tentang ikan-ikan besar di perairan yang lebih dalam. Perahuku bergoyang lembut, lambung kayunya berderit karena berat tangkapan. Tiba-tiba, laut di sekitarku tampak beriak dengan cara yang tidak wajar—bukan seperti gelombang, melainkan seolah-olah air itu sendiri sedang menahan napas.
Awalnya, aku mengira itu tanda badai, tetapi langit tetap cerah, dihiasi warna amber dan ungu. Lalu, dari kedalaman laut, sesuatu muncul.
Kepalanya muncul lebih dulu—sosok besar dan berkilauan berbentuk Garuda, dengan mata yang memancarkan cahaya tak biasa. Bulu-bulu metaliknya menangkap sinar matahari dan memantulkannya menjadi kilauan warna yang belum pernah kulihat sebelumnya. Paruhnya yang tajam dan agung dihiasi ukiran-ukiran rumit yang tampak berdenyut dengan energi. Hanya dengan melihatnya saja, nafasku terasa tercekat.
Oil Pastel on Paper by Winry Marini 2025 |
Namun sebelum aku bisa memahami besarnya apa yang kulihat, tubuhnya muncul. Nāgarūda bukanlah makhluk biasa. Sayapnya, luas dan tampak mekanis namun hidup, terbentang lebar, menciptakan bayangan di atas laut. Dan ekornya—oh, ekornya—berbentuk seperti ular, sisiknya berkilauan seperti air yang disinari cahaya bulan, bergerak dengan keanggunan yang hampir memukau.
Makhluk itu tidak menyerang, juga tidak mengancam. Sebaliknya, ia melayang di atas ombak, seolah-olah sedang mempelajari diriku. Perahuku terguncang hebat, terbawa arus yang tercipta oleh kehadirannya. Instingku memerintahkanku untuk mendayung menjauh, untuk melarikan diri, tetapi aku terdiam dalam kekaguman.
Saat itu aku menyadari sesuatu yang luar biasa. Nāgarūda bukan hanya makhluk mitos dan legenda—ia hidup, namun menyatu dengan teknologi yang jauh melampaui imajinasiku. Sayapnya berdengung penuh kekuatan, memancarkan cahaya redup, dan ekornya tampak menghasilkan gelombang energi yang merambat melalui laut.
Entah kenapa, makhluk itu sepertinya menyadari keberadaanku—seorang manusia kecil yang tak berarti, terlampaui oleh kebesarannya. Sejenak, matanya yang bercahaya bertemu dengan mataku, dan aku merasakan ketenangan aneh mengalir dalam diriku. Rasanya seperti ia memahami ketidakberdayaanku, ketakutanku, tetapi memilih untuk menyelamatkanku.
Kemudian, secepat kemunculannya, Nāgarūda terbang ke atas, menembus awan dengan raungan yang terdengar seperti teriakan bumi itu sendiri. Laut kembali tenang, riak-riak menghilang, dan aku ditinggalkan sendirian, terombang-ambing dalam keheningan yang hampir suci.
Ketika aku kembali ke desa dan menceritakan kisahku, tentu saja tidak ada yang percaya. Mereka bilang aku terlalu lama di laut, bahwa aku berhalusinasi. Tetapi aku tahu apa yang kulihat. Nāgarūda itu nyata—perpaduan legenda dan masa depan, daratan, langit, dan laut.
Sekarang, ketika aku melempar jala, aku memandang ke cakrawala dan bertanya-tanya. Apakah itu sebuah peringatan? Penjaga? Atau sesuatu yang sepenuhnya melampaui pemahamanku? Yang aku tahu hanyalah dunia terasa berbeda setelah hari itu, seolah-olah Nāgarūda mengingatkanku bahwa ada lebih banyak hal dalam hidup ini yang tidak akan pernah sepenuhnya kita pahami.
Dan kadang-kadang, ketika cahaya mengenai ombak dengan cara yang tepat, aku merasa melihat sekilas ekornya, menghilang ke dalam kedalaman.
No comments:
Post a Comment