Legenda Batu Gantung

Batu Gantung di Danau Toba: Pelajaran tentang Pemahaman Orang Tua


The Legend of Hanging Stone | English Version

Cerita Rakyat dari Sumatera Utara


SUATU waktu, tinggal sebuah keluarga dekat Danau Toba, Sumatera Utara. Pasangan suami istri itu hanya memiliki satu anak. Dia adalah seorang gadis cantik. Gadis itu tumbuh dewasa. Orangtuanya mengira sudah waktunya untuk menikah.

Orangtuanya berencana untuk mengatur pernikahannya. Mereka sudah mencocokkannya dengan seorang pemuda yang mereka pilih. Mereka tidak tahu bahwa anak mereka sudah punya seorang kekasih. Dia sangat mencintainya. Sayangnya, orang tuanya tidak setuju dengan hubungan mereka. Mereka masih meminta putrinya untuk menikahi pria yang mereka pilih.

Gadis itu sangat sedih. Setiap hari dia menangis. Dia tidak mencintai pria yang telah dipilih orangtuanya. Dia hanya ingin menikahi pacarnya.

Waktu untuk menikah semakin dekat. Setiap hari gadis itu hanya duduk di dekat Danau Toba. Dia sangat putus asa. Teman satu-satunya adalah seekor anjing.

Gadis itu ingin mengakhiri hidupnya. Dia ingin terjun ke Danau Toba. Dia berjalan pelan. Dia mendekati tepinya. Dia sangat bingung. Dia tidak ingin mati atau meninggalkan kekasihnya.

Sementara dia berpikir sangat keras, tiba-tiba dia tergelincir dan jatuh ke lubang besar. Gadis itu berpikir bahwa sudah waktunya baginya untuk mati. Dia dikelilingi oleh batu-batu besar. Dia merasa batu itu semakin dekat dengannya. Batu-batu itu meremasnya.

Lalu dia berkata, "Prapat ... Prapat ..." Artinya bergerak mendekat.

Hebatnya, batu-batu itu perlahan bergerak mendekatinya. Dia sedang diperas!

Sementara itu, anjingnya menggonggong. Dia melihat ke bawah dan terus menggonggong. Hal ini menarik perhatian orang.

Mereka mendatangi anjing dan juga melihat ke bawah.

Mereka mendengar suara seorang gadis berkata, "Prapat ... Prapat."

Orang-orang mengenali suaranya dan anjingnya. Mereka mencoba membantunya. Beberapa dari mereka pergi ke rumah gadis itu. Mereka ingin memberitahu orangtuanya. Orang tua segera pergi menyelamatkan anak perempuan mereka. Semakin banyak orang datang. Mereka semua berusaha menyelamatkan gadis itu.

Sayangnya sudah terlambat. Batu itu akhirnya meremasnya. Namun, mereka masih bisa mendengar suara sambil berkata, "Parapat ... parapat."

Orang tuanya sedih. Mereka menyesali rencana mereka untuk memaksanya menikah. Sejak saat itu orang menamai daerah tersebut sebagai Parapat.

Waktu berlalu dan beberapa tahun kemudian gempa menyerang daerah tersebut. Batu itu jatuh ke danau. Dan ketika gempa berhenti, orang melihat sebuah batu besar yang tampak seperti gantung. Sebenarnya batu itu menempel di tebing.

Orang-orang mengatakan bahwa batu itu adalah gadis yang terjebak di dalam batu. Karena batu itu tampak seperti gantung, maka orang menamainya sebagai Batu Gantung. ***

Prapat atau Parapat menjadi kota kecil di provinsi Sumatera Utara di tepi Danau Toba.










Pesan Moral
Pesan moral dari cerita ini adalah tentang konsekuensi memaksakan kehendak pada orang lain dan pentingnya menghargai pilihan individu, terutama dalam urusan hati. Cerita ini menekankan bahwa cinta tidak boleh didikte atau dipaksakan, karena hal tersebut dapat menyebabkan tragedi dan penyesalan. Cerita ini berfungsi sebagai peringatan, menyoroti kebutuhan akan kasih sayang, pengertian, dan pengakuan terhadap perasaan serta hubungan pribadi.





No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection