Kesetiaan di Balik Pohon Pisang: Sebuah Folklor dari Bali tentang Persahabatan dan Pengorbanan
English Version: I Lutung Teken I Kakua
Folklor dari Bali
Dahulu kala, di hutan yang lebat, tinggallah dua sahabat: si Lutung, yang gemar bersenda gurau, dan si Kakua, si kura-kura yang bijaksana. Suatu hari, si Lutung sedang duduk di bawah pohon kayu sambil mengeluh tentang sulitnya mencari makan saat musim hujan.
“Ah, Kakua! Hidupku ini begitu sulit! Selama berhari-hari, aku hanya bisa makan daun kering. Aku ingin sekali merasakan manisnya pisang!” keluh si Lutung, mengerutkan keningnya dengan penuh dramatik.
Kakua, yang mendengarnya, merasa iba melihat sahabatnya yang kelaparan. “Tenanglah, Lutung. Musim hujan memang sulit, tetapi kita pasti bisa menemukan solusi,” jawab Kakua dengan nada tenang.
“Tapi di mana? Aku sudah mencari di sekeliling hutan dan tidak menemukan apa-apa!” Si Lutung menjawab dengan nada putus asa.
Kakua berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku mendengar ada sebuah pondok di seberang sungai yang dipenuhi pohon pisang yang matang. Mungkin kita bisa pergi ke sana.”
“Pohon pisang!?” mata si Lutung berbinar penuh harapan. “Bagaimana caranya kita menyeberangi sungai yang lebar itu? Aku tidak bisa berenang!”
Kakua merasa ragu dan berkata, “Memang sulit, tetapi kita bisa bekerja sama. Jika kamu membantuku mencari tiga buah pisang, aku akan menggendongmu menyeberangi sungai.”
“Dua pisang untukmu dan satu untukku, setuju?” Lutung menawarkan dengan penuh semangat.
“Setuju! Ayo kita berangkat!” seru Kakua, bersemangat.
Mereka berdua pun menyeberangi sungai, dengan si Kakua menggendong si Lutung di punggungnya. Setelah sampai di pondok, si Lutung langsung memanjat pohon pisang dan dengan rakusnya memakan dua buah pisang, meninggalkan kulitnya untuk si Kakua.
“Lutung, jangan makan semua! Ingat, kita harus membagi!” teriak Kakua dari bawah, khawatir.
Ternyata, pondok tersebut tidak kosong; pemiliknya, si Kakek Perodong, muncul dengan marah, “Siapa yang berani mencuri pisangku!? Kembalilah ke sini!”
Kakua yang takut langsung bersembunyi di bawah pohon pisang, sedangkan si Lutung yang terlalu asyik makan pisangnya tidak menyadari bahaya yang mengintai.
“Oh tidak, Kakua! Aku sudah sangat lapar!” teriak Lutung, terperangah saat melihat Kakek Perodong mendekat dengan tombaknya.
“Lutung, cepatlah turun! Kita harus pergi sekarang!” Kakua berteriak, suaranya penuh panik.
Tapi si Lutung tidak mendengar, “Tunggu sebentar! Aku hanya ingin satu pisang lagi…”
Akhirnya, si Kakek Perodong menyerang si Lutung dengan tombaknya. “Kau akan membayar semua yang kau ambil!” teriaknya. Si Lutung pun meninggal, dan tubuhnya ditarik masuk ke pondok.
Kakua keluar dari tempat persembunyiannya, merasa sangat sedih. “Mengapa kau tidak mendengarkanku, sahabat? Seharusnya kita bisa membagi makanan ini bersama-sama,” katanya sambil menangis.
Pesan Moral: Kesetiaan dan Kejujuran
Cerita ini menjadi pelajaran bagi siapa pun yang suka membohongi teman dan tidak menepati janji. Kesetiaan dan kejujuran selalu merupakan hal yang penting dalam persahabatan.
Di antara Kebun Pisang |
No comments:
Post a Comment