Ting Gegenting (Cerita Berirama)

Rintihan Lapar Ting Gegenting


English Version: Ting Gegenting

Edisi Cerita: Kelaparan Si Ting

Folklor dari Sumatra Selatan

Ladang Persatuan: Panen Gembira di Sumatera Selatan


Di hutan dan desa yang sunyi,

Ting tinggal, dengan ibu tersayang.

Lapar membelenggu, anak merengek,

"Gegenting, perutku sudah tergenggam."


Ibu menjawab dengan sabarnya,

"Ladang harus kuselesaikan dulu, sayang."

Anak terus merengek dengan nafsu,

Tunggu, ladang akan kujalani.


Ladang terbakar, daun layu,

Anak bangun dalam kelaparannya.

"Perutku genting, aku ingin makan,"

Ibu berkata, "Nak, padi harus ku tanam."


Anak tertidur, lelah yang mendalam,

Ibu tanam padi dengan penuh harap.

Padi berbuah, anak terjaga,

Namun kelaparan tetap tak terbayangkan.


Padi menguning diujungnya,

Anak kelaparan, ingin kenyang.

"Perutku genting, aku ingin makan,"

Ibu berkata, "Nak, padi telah menguning."


Anak kembali tidur dengan gundah,

Kelaparannya tak hilang begitu saja.

Tiba-tiba terbangun, menangis lagi,

"Perutku sudah genting, tak tahan lagi."


Ibu menampi gabah, tetap sabar,

Anak kelaparan, ingin tenang.

"Sudah genting, kelaparan, ingin makan!"

Anak terus memekik dengan sedih.


Ibu mencuci beras dengan tekun,

Anak terjaga, kelaparan melanda.

"Perutku genting, aku ingin makan!"

Ibu berkata, "Sabarlah, nak, nasi sedang ku tanakkan."


Anak yang lemah segera tidur,

Tapi kembali terbangun tak lama.

Tangisnya terengah-engah,

Ibu berkata, "Nak, nasi di piring akan kududukkan."


Namun, saat hendak makan,

Tiba-tiba perutnya putus,

Kelaparannya tak terbendung, Ting Gegenting,

Kisah tragis berakhir tanpa akhir yang tuntas.


Ibu menangis, hati terluka,

Anak lemah, tak ada keluhuran hidup yang tersisa.


Cerita ini menyoroti pentingnya kesadaran,

Memberi perhatian pada waktu dengan tepat.

Agar tak terlambat, untuk bantu orang lain,

Pesan moral yang jelas dari kisah ini terpancar.

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection