Upik Abu: Kisah Perempuan dari Ranah Minang
Cerita ini adalah adaptasi lokal dari dongeng Cinderella
Di sebuah desa yang asri di Sumatera Barat, hiduplah seorang gadis cantik bernama Puti Ayu. Ia tinggal bersama ibu tirinya yang kejam dan dua saudara tirinya yang selalu memanfaatkan kebaikan hatinya. Karena pekerjaan sehari-hari yang penuh dengan debu dan abu dari dapur, ia dijuluki Upik Abu.
Ibu tiri dan saudara tirinya selalu memaksa Upik Abu untuk melakukan semua pekerjaan rumah. Setiap hari, Upik Abu harus membersihkan rumah, memasak, dan mencuci pakaian mereka tanpa henti. Meski begitu, Upik Abu tetap sabar dan tabah, karena ia percaya suatu hari kebahagiaan akan datang padanya.
Suatu hari, raja mengumumkan bahwa ia akan mengadakan pesta adat besar di istana untuk mencari calon istri bagi putra mahkota. Semua gadis di kerajaan diundang untuk hadir, termasuk Upik Abu dan saudara tirinya. Kedua saudara tiri Upik Abu sangat bersemangat dan segera mempersiapkan diri mereka dengan memakai baju adat Minangkabau yang paling indah.
Upik Abu juga ingin pergi ke pesta itu, tetapi ibu tirinya melarang dan meninggalkannya dengan banyak pekerjaan rumah. Upik Abu sangat sedih, namun tak lama kemudian, seorang peri baik hati muncul. Peri itu, yang merupakan roh leluhur, berkata kepada Upik Abu, "Jangan bersedih, Puti Ayu. Aku akan membantumu pergi ke pesta."
Dengan menggunakan kekuatan ajaibnya, peri itu mengubah kain lusuh Upik Abu menjadi baju adat Minangkabau yang sangat indah, lengkap dengan suntiang emas yang berkilauan. Ia juga memberi Upik Abu sepasang terompah dari kaca. Sebagai tambahan, peri itu mengubah sebutir labu menjadi kereta emas dan enam ekor tikus menjadi kuda yang gagah.
Peri itu memperingatkan Upik Abu, "Ingat, kekuatan ajaib ini hanya berlaku hingga tengah malam. Setelah itu, semuanya akan kembali seperti semula."
Upik Abu pun pergi ke pesta dengan penuh semangat. Di sana, semua orang terpukau oleh kecantikannya, termasuk putra mahkota. Putra mahkota mengundang Upik Abu untuk menari bersamanya sepanjang malam. Upik Abu sangat bahagia hingga ia lupa waktu.
Ketika jam berdentang dua belas kali, Upik Abu teringat akan peringatan peri. Ia berlari keluar dari istana secepat mungkin, namun terompah kacanya tertinggal di tangga istana. Putra mahkota mengambil terompah itu dan bertekad mencari pemiliknya.
Keesokan harinya, putra mahkota pergi dari rumah ke rumah untuk mencari gadis yang cocok dengan terompah kaca itu. Akhirnya, ia tiba di rumah Upik Abu. Ibu tiri dan kedua saudara tiri Upik Abu mencoba memakai terompah itu, tetapi ukuran kaki mereka terlalu besar.
Putra mahkota kemudian meminta Upik Abu untuk mencoba terompah itu. Dengan penuh keraguan, ibu tiri mengizinkan Upik Abu mencobanya. Ternyata, terompah itu pas di kaki Upik Abu. Putra mahkota pun tahu bahwa Upik Abu adalah gadis yang ia cari. Ia segera melamar Upik Abu untuk menjadi istrinya.
Upik Abu menerima lamaran itu dengan gembira. Ia kemudian dibawa ke istana dan hidup bahagia sebagai permaisuri yang dicintai rakyatnya. Ia tidak pernah lupa akan kebaikan dan kesabaran yang telah membawanya ke kebahagiaan sejati.
Moral dari cerita Upik Abu:
Kesabaran dan kebaikan hati akan selalu dihargai. Tidak peduli seberapa sulit hidup, tetaplah berpegang pada kebaikan, dan kebahagiaan akan datang pada waktunya.
No comments:
Post a Comment