Legenda Dumai / Putri Tujuh

Ketangguhan Ratu Cik Sima dan Putri-Putrinya: Kisah Keberanian dan Persatuan



Asal Mula nama kota Dumai

Cerita Rakyat dari Riau

DAHULU kala di Riau ada sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Pemimpin kerajaan adalah Ratu Cik Sima. Dia memiliki tujuh orang anak perempuan yang cantik. Namun, yang paling cantik adalah putri bungsu. Namanya Mayang Manurai.

Suatu hari, ketujuh putri berenang di kolam Sarang Umai. Mereka bersenang-senang di kolam. Mereka tertawa dan memercikkan air satu sama lain. Mereka tidak tahu bahwa ada seseorang yang mengawasi mereka. Dia adalah pangeran Empang Kuala dari kerajaan tetangga. Dia melewati daerah itu dan tidak sengaja ia melihat ketujuh putri berenang di kolam.

Pangeran jatuh cinta pada Mayang Mengurai. Dia mencoba untuk mengetahui siapa dia. Dia bertanya pada masyarakat tentang dia. Dan setelah dia tahu bahwa Mayang Mangurai adalah putri bungsu Ratu Cik Sima, ia mengirim tentara terbaiknya untuk ratu. Tentara itu mengatakan kepada ratu bahwa pangeran Empang Kuala ingin melamar Mayang Mangurai menjadi istrinya.

Sayangnya, ratu menolak lamaran tersebut. Dia ingin melihat anak sulungnya yang pertama menikah. Dia berpikir bahwa itu tidak baik jika putri bungsunya untuk menikah lebih awal dari anak sulungnya.

Pangeran Empang Kuala benar-benar marah. Ia merasa bahwa ia dipermalukan oleh ratu. Oleh karena itu, ia meminta semua tentara untuk menyerang Seri Bunga Tanjung kerajaan.

Ratu Cik Sima adalah seorang wanita pemberani. Dia meminta tentara untuk bersiap dan melawan. Perang tidak bisa dihindari. Pangeran ingin menghancurkan kerajaan Seri Bunga Tanjung. Dia meminta pasukannya untuk tidak pulang sebelum mereka memenangkan perang.

Ratu Cik Sima sangat khawatir akan peperangan. Banyak tentaranya mati. Dia benar-benar prihatin dengan ketujuh anak-anaknya. Dia meminta beberapa prajurit untuk membawa anak-anaknya. Dia meminta tentara untuk membawa putrinya di tempat yang aman di hutan. Para prajurit membangun sebuah gubuk untuk ketujuh putri. Ratu juga meminta para prajurit untuk memberikan cukup makanan sampai perang usai. Setelah tentara yakin bahwa ketujuh anaknya aman, mereka kembali berperang.

Ratu Cik Sima tidak pernah menyerah. Semangatnya yang besar untuk membela kerajaannya memotivasi tentaranya untuk melakukan yang terbaik. Perlahan-lahan, mereka mampu membuat Pangeran Empang Kuala menarik kembali tentaranya.

Ratu Cik Sima berpikir bahwa pangeran sudah menyerah. Tapi dia tidak tahu bahwa pangeran telah menyiapkan strategi baru. Pangeran datang kembali dengan lebih banyak tentara. Perang berlanjut dan berlangsung selama berbulan-bulan. Kedua belah pihak telah kehilangan begitu banyak tentara. Dan akhirnya Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empamg Kuala. Mereka bertarung!

Ratu Cik Sima adalah seorang wanita yang hebat. Dia memiliki keterampilan dan seni bela diri tang mengagumkan. Pangeran tidak bisa mengalahkan Ratu. Dan akhirnya Ratu bisa membunuh pangeran. Sebelum pangeran itu mati, ia teringat Mayang Mangurai ketika ia pertama kali bertemu dengannya di Sarang Umai.

Dalam keadaan sekarat dan dia hanya mampu berkata, "Umai! Umai!"

Rakyat sangat bersyukur perang telah berakhir. Untuk memperingati kemenangan akan perang itu, rakyat memberi nama daerah itu sebagai Dumai yang beasal dari kata terakhir yang dikatakan oleh Pangeran Empang Kuala. ***








Pesan moral: Ketangguhan dan Keteguhan

Cerita ini menyoroti ketangguhan dan keteguhan Ratu Cik Sima dan putri-putrinya dalam menghadapi kesulitan dan konflik. Ini menekankan pentingnya berdiri teguh dan bertahan meskipun dalam situasi yang paling menantang. Cerita ini menunjukkan keberanian untuk menghadapi kesulitan secara langsung, memperlihatkan ketangguhan dan keteguhan dalam mempertahankan apa yang mereka anggap berharga.





Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection