Search This Blog

Nai Manggale


Nai Manggale >> English Edition

Folklore dari Sumatera Utara

Suatu waktu, hiduplah sebuah pemaatung terkenal di Tapanuli, Sumatera Utara. Namanya Datu Panggana. Dia bisa mengukir kayu menjadi bebagai rupa. Suatu hari, ia mendapat inspirasi untuk mengukir kayu menjadi patung seorang wanita cantik.

Kemudian, ia menempatkan patung di depan rumahnya. Patung itu belum selesai karena belum memakai pakaian. Kemudian, seorang pedagang muda lewat di depan rumah Delta Panggana. Namanya Bao Partigatiga. Dia menjual perhiasan dan pakaian. Ia sangat terkesan dengan keindahan patung.

"Dia akan menjadi lebih indah dengan mengenakan pakaian saya," kata Bao Partigatiga.

Dia kemudian mengenakan pakaian yang ia jual pada patung. Bao Partigatiga sangat senang. Patung tampak seperti manusia sungguhan. Lalu ia meninggalkan rumah Datu Panggana. Setelah itu, seorang pendeta dan istrinya lewat. Mereka juga terkesan dengan keindahan patung.

"Saya ingin berdoa kepada Tuhan untuk membuatnya hidup seperti manusia nyata. Saya ingin membuatnya sebagai putri kami," kata pendeta kepada istrinya.

Pasangan ini memiliki anak apa pun. impian mereka menjadi kenyataan. Patung telah berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Imam dan istrinya kemudian membawa gadis itu pulang. Mereka menamai dia Nai Manggale. Berita tentang Nai Manggale menyebar sangat cepat. Semua penduduk desa datang ke rumah imam untuk melihat Nai Manggale.

Di antara mereka adalah Datu Panggana dan Bao Partigatiga.

Datu Panggana mengatakan, "Dia harus tinggal di rumah saya. Patung itu milikku."

Tapi, Bao Partigatiga juga mengaku hal yang sama.

"Dia mengenakan pakaian saya. Jadi, dia harus tinggal di rumah saya."

 tidak ingin kehilangan Nai Manggale.

"Ingat, akulah yang membuatnya hidup seperti manusia. Jadi, dia tetap di sini."

Ketiga orang itu kemudian sibuk berdebat. Mereka mengaku memiliki hak Nai Manggale. Untuk menenangkan mereka, seorang tua dari desa memberi solusi. Namanya Aji Bahir.

"Anda semua dapat memiliki dan berhubungan dengannya. Datu Panggana, Anda sebagai pamannya. Bao Partigatiga, Anda sebagai kakaknya. Dan Anda pendeta, sebagai ayahnya."

Ketiga orang menerima saran Aji Bahir ini. Dan sekarang mereka senang karena mereka semua bisa memintanya untuk tinggal di rumah-rumah mereka. Selain itu, sekarang ketiga orang menjadi bersaudara satu sama lain. ***

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection