Kuda Pacu Indonesia (KPI)

Kuda Pacu Indonesia (KPI)


Sejarah

Sejarah Kuda Pacu Indonesia (KPI) dimulai dengan upaya pencinta olahraga berkuda di Indonesia untuk mengembangkan ras kuda pacuan asli dalam negeri. Sebelum adanya KPI, banyak kuda pacuan di Indonesia merupakan hasil persilangan antara kuda Sadel dan kuda Thoroughbred.

Setelah menunggu hampir 38 tahun, akhirnya Indonesia memiliki kuda pacuan asli produk dalam negeri. Kerja keras pencinta olah raga berkuda telah membuahkan hasil setelah  Keputusan Menteri Pertanian. Pada tahun 2013, Keputusan Menteri Pertanian No. 4468 dikeluarkan, yang menetapkan pelepasan rumpun Kuda Pacu Indonesia. Hal ini berarti persilangan antara kuda Sadel dan kuda Thoroughbred dihentikan, dan fokus beralih ke pengembangan kuda pacuan asli Indonesia.

Dalam pengembangan KPI, pencinta olahraga berkuda dan para ahli mengawinkan kuda-kuda Sadel dan Thoroughbred dengan tujuan memperoleh keturunan yang memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan tropis Indonesia. Melalui pemilihan keturunan generasi ke-3 (F3) dan generasi ke-4 (F4), mereka berharap dapat memperoleh populasi KPI yang memiliki keunggulan dalam hal adaptasi dan performa dalam olahraga pacuan kuda.

Sejarah KPI masih terus berkembang, dan upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan ras kuda pacuan ini di Indonesia.

Ketua Komisi Peternakan dan Kesehatan Hewan, Persatuan Olah Raga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi), Soehadji mengakui, upaya melahirkan KPI memakan waktu yang cukup lama. Karena itu dengan KPI, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor kuda pacuan.

Mantan Dirjen Peternakan itu menceritakan, pemikiran awal membentuk KPI saat Musyawarah Nasional III dan Lokakarya I Pimpinan Pusat Pordasi pada 26 September 1975. Saat itu disepakati pembentukan KPI melalui persilangan lokal (sandel) dan pejantan impor. “Munas Pordasi menyepakati untuk menyilangkan kuda impor dari Australia dengan kuda Sumba,” ujarnya.

Setelah itu, pada 27 Juli 1976, pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama Dirjen Peternakan yang saat itu dijabat JH. Hutasoit dan Ketua Umum PP Pordasi, Mayjen Seohardjono tentang Registrasi Kuda. Sebagai tindak lanjut dari SKB tersebut, DIrjen Peternakan mengeluarkan SK No.105/95 untuk menetapkan standar nasional KPI.

Untuk menghasilkan KPI, Pordasi bekerjasama dengan Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (Peripi). Dari hasil persilangan yang cukup panjang, akhirnya lahir kuda pacuan unggul. Ada dua KPI yang dihasilkan yakni komposisi gen kuda F3 (87,5% kuda impor Thoroughbred dan 12,5% Kuda Sadel) dan F4 (93,75% kuda impor Thoroughbred dan 6,25% Kuda Sadel).

Dengan hasil tersebut menurut Soehadji, maka persilangan Kuda Sadel dan Kuda Thorounghbred dihentikan. Sebab dengan kuda F3 dan F4 sudah memungkinkan sebagai populasi penghasil KPI yang diharapkan masih memiliki keunggulan dalam adaptasi lingkungan tropis.

“Sayangnya permohonan ijin pelepasan rumpun baru KPI tersebut sempat tersendat pada tahun 2010. Baru tahun ini disetujui,” kata Soehadji.

Ciri-ciri Kuda Pacu Indonesia (KPI) umumnya mencakup kombinasi sifat-sifat yang diinginkan untuk kuda pacuan, termasuk kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan ketangkasan. Meskipun ciri-ciri spesifik dapat bervariasi antara individu, berikut adalah beberapa ciri umum yang mungkin terdapat pada KPI:
  • Bentuk Tubuh yang Proporsional: KPI biasanya memiliki bentuk tubuh yang proporsional dengan perbandingan antara tinggi tubuh, panjang tubuh, dan leher yang harmonis. Tubuhnya biasanya atletis dan berotot.
  • Kepala yang Ekspresif: Kepala KPI biasanya memiliki ekspresi yang cerdas dan bersemangat. Mereka memiliki mata yang besar dan cerdas, dengan telinga yang sensitif dan bisa bergerak dengan lincah.
  • Kaki yang Kuat: KPI memiliki kaki yang kuat dan seimbang untuk memberikan daya dorong saat berlari. Kakinya juga relatif panjang dan fleksibel, memungkinkan langkah yang kuat dan cepat.
  • Gerakan yang Lancar: KPI biasanya memiliki gerakan yang lancar dan efisien saat berlari. Langkahnya bisa panjang dan memperlihatkan kelenturan pada sendi-sendi tubuhnya.
  • Stamina dan Daya Tahan yang Tinggi: KPI biasanya memiliki stamina dan daya tahan yang baik untuk menjaga kecepatan dan performa mereka dalam jarak lomba yang lebih panjang.
  • Sifat yang Kooperatif: KPI cenderung memiliki sifat yang kooperatif dan mudah diajak bekerja sama dengan penunggangnya. Mereka biasanya cerdas, berani, dan bersedia untuk melaksanakan instruksi.
Perlu diingat bahwa ciri-ciri ini dapat bervariasi di antara individu-individu KPI, dan faktor lingkungan serta perawatan yang tepat juga mempengaruhi perkembangan dan ekspresi ciri-ciri tersebut.



No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection