Pati Enggang dan Rio Brani

Harmoni dalam Perbedaan: Kisah Gunung Batuah


English version: Pati Enggang and Rio Brani

Folklor dari Jambi

Dalam cerita rakyat dari daerah Kerinci, Jambi, terdapat dua tokoh utama: Patih Enggang dan Rio Brani. Mereka adalah teman berburu yang hidup dari hasil berburu kijang dan rusa di hutan.

Patih Enggang memiliki kekuasaan di Selampaung, di bawah kekuasaan Rencong Telang Pulau Sangkar, sementara Rio Brani memiliki gelar kebesaran di Lempur, namun tidak diizinkan menggunakan gelar Depati oleh orang Pulau Sangkar.

Saathu mereka berburu di tepi danau, mereka menemukan sebuah tempat tenang yang kini dikenal sebagai Danau Duo. Di situlah mereka melihat seorang gadis cantik berada di tepi danau. Mereka membuat taruhan bahwa siapa pun yang bisa memenangkan hati gadis itu akan mendapat tangannya dalam pernikahan.

Patih Enggang mencoba terlebih dahulu namun kehabisan nafas di pertengahan danau. Dengan sikap ksatria, dia mengakui kekalahan dan memberi kesempatan pada Rio Brani. Rio Brani berhasil menangkap gadis itu, yang ternyata berasal dari golongan bidadari dan berasal dari Gunung Batuah.

Rio Brani memutuskan untuk menikahi gadis tersebut dan tinggal di Gunung Batuah, sementara Patih Enggang pulang ke kampungnya di Selampaung. Rio Brani dan gadis dewa tersebut memiliki seorang anak yang bernama Wali Bujang, yang kemudian menikah dengan bidadari dari Gunung Bujang setelah dewasa.


Pesan Moral: kesetiaan, kejujuran, konsistensi, keterbukaan terhadap perbedaan, dan keberanian dalam mengambil keputusan hidup.

  1. Kesetiaan dan Kebesaran Hati: Patih Enggang menunjukkan kesatriaannya dengan mengakui kekalahan dalam taruhan mereka dan memberi kesempatan pada Rio Brani. Ini menyoroti nilai kesetiaan, kejujuran, dan kebesaran hati dalam menerima kekalahan dengan sikap yang baik.
  2. Ketegasan pada Keputusan: Rio Brani, setelah memenangkan hati gadis tersebut, membuat keputusan yang tegas untuk menikahi dan tinggal bersama gadis tersebut di Gunung Batuah. Ini menggambarkan keputusan yang teguh dan bertanggung jawab terhadap pilihan hidup.
  3. Kehormatan dan Konsistensi: Patih Enggang, sebagai utusan untuk menyampaikan pesan Rio Brani, menunjukkan kehormatan dan konsistensinya untuk memenuhi permintaan sahabatnya. Hal ini menekankan pentingnya memegang janji dan konsistensi dalam hubungan antarmanusia.
  4. Keterbukaan terhadap Perbedaan: Perbedaan latar belakang dan sifat antara dua tokoh utama, Patih Enggang dan Rio Brani, mengilustrasikan bagaimana mereka bisa bersahabat meskipun berasal dari tempat yang berbeda. Ini mengajarkan arti keterbukaan dan kemampuan untuk menerima dan menghargai perbedaan.
  5. Perjalanan Hidup dan Keberanian: Cerita ini menunjukkan bagaimana kehidupan bisa membawa seseorang pada perjalanan tak terduga. Keberanian Rio Brani dalam mengejar cinta dan memilih jalannya sendiri juga menjadi pesan tentang keberanian dan kemandirian dalam menghadapi perubahan hidup.


Di tepi danau







No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection