Saga Kera Macaca Maura

Tragedi Pattiro: Kisah Kera Tanpa Ekor


English Version: The Maura Macaca Monkey Saga

Folklor dari Sulawesi Selatan

Di Desa Labuaja, Maros, Sulawesi Selatan, hiduplah kera Macaca maura yang mudah dijumpai di pinggir jalan. Masyarakat sering memberi mereka makan. Macaca maura, kera endemik yang mulai terancam punah, memiliki kecerdasan luar biasa.

Legenda kera ini berasal dari Kampung Abbo, Kelurahan Leang-leang, Bantimurung. Toakala, raja kera, jatuh cinta pada putri cantik Bissu Daeng. Namun, saat Toakala menculiknya, ular sanca menyelamatkannya. Toakala, murka, memerintahkan serangan ke Kerajaan Pattiro.

Pattiro memasang jebakan. Toakala luluh setelah persyaratan lamaran yang sulit. Raja Pattiro, licik, membakar ruangan yang mengecoh Toakala. Meski Toakala dan seekor kera betina hitam selamat, kera itu kemudian menjadi Macaca maura.

Kisah ini menjelaskan mengapa Macaca maura tak memiliki ekor dan pantat berbulu. Toakala menyepi ke gua Toakala, dan Bissu Daeng mengutuk keturunannya agar tak lagi cantik. Mitos ini berlanjut di dusun Pattiro, di mana kecantikan dianggap malapetaka.


Menyusuri Jejak Konsekuensi: Kebijaksanaan, Ketahanan, dan Melodi Keseimbangan Alam

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita Saga Kera Macaca Maura mencakup beberapa nilai yang dapat dijadikan pedoman. Beberapa pesan moral yang mungkin terkandung dalam cerita ini antara lain:

  1. Konsekuensi Tindakan: Cerita menyoroti konsekuensi dari tindakan ceroboh dan dendam. Tindakan Toakala yang dipicu oleh cinta dan amarah membawa dampak buruk pada dirinya sendiri dan rakyatnya.
  2. Kesalahan dalam Pertimbangan: Kisah ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan konsekuensi dan memahami situasi dengan bijak sebelum mengambil tindakan ekstrem. Pertimbangan yang kurang matang dapat mengakibatkan malapetaka.
  3. Keteguhan dan Kesabaran: Bissu Daeng, meskipun mengalami kesulitan, tetap kuat dan setia pada nilai-nilai yang benar. Keteguhan dan kesabaran akhirnya membuahkan hasil positif.
  4. Kehormatan dan Keselamatan Bersama: Keputusan egois Toakala untuk menyerang Pattiro tanpa mempertimbangkan keselamatan bersama membawa petaka pada dirinya sendiri dan rakyatnya. Ini menekankan pentingnya kehormatan dan keamanan bersama di masyarakat.
  5. Kutukan dan Keseimbangan Alam: Kutukan yang dijatuhkan oleh Bissu Daeng mencerminkan keseimbangan alam dan hukum karma. Ini memberikan pesan tentang pentingnya berpikir dua kali sebelum bertindak.

Pesan-pesan moral ini dapat menjadi bahan refleksi untuk memahami konsekuensi tindakan dan nilai-nilai kebijaksanaan dalam menghadapi konflik.


Macaca Maura


No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection