Kancil dan Siput

Pelajaran Kerendahan Hati: Balapan Kancil dan Siput



English Version: Mouse-deer and Snail

Kisah Kancil dan Siput

Di jantung hutan lebat, di mana pepohonan seakan membisikkan rahasia kuno dan matahari menyinari kanopinya dengan lembut, hiduplah Kancil yang sombong. Dikenal karena kecerdasannya yang licik, Kancil sangat bangga dengan kecerdasannya, sering kali memamerkannya di hadapan makhluk lain di hutan.

Suatu pagi yang cerah, di tengah kicauan burung dan gemerisik dedaunan, Kancil dengan berani menyatakan keunggulannya kepada semua orang yang mau mendengarkan. Teman-temannya, yang biasanya mengagumi kecerdasannya, terkejut dengan kesombongannya yang tiba-tiba.

Siput yang bijaksana dan tenteramlah yang, setelah mendengar pernyataan Kancil yang sombong, berani menantangnya untuk berlomba, sebuah ujian untuk menentukan siapa yang paling pandai di antara mereka.

“Mari kita berlomba, Kancil,” usul Siput dengan tenang. Mari kita lihat siapa yang benar-benar paling bijaksana.

Kancil tertawa kecil dan menjawab, "Bagaimana mungkin kamu, yang kecil dan lamban, bisa berlari lebih cepat dariku? Aku adalah lambang kecepatan dan kecerdasan!"

Namun, Siput tetap ngotot untuk ikut balapan. Diam-diam, Siput mengumpulkan kerabatnya dan menyusun rencana. Ia mengatur mereka di sepanjang arena pacuan kuda dengan instruksi khusus: setiap Kancil memanggil, mereka harus menjawab serempak.

Keesokan harinya, saat lomba dimulai dengan teriakan wasit yang menggema, Kancil dan Siput berlari ke depan. Kancil berlari dengan penuh percaya diri, yakin Siput tidak mungkin bisa menandingi kecepatannya.

Jauh di depan, Kancil tiba-tiba berhenti dan berseru, "Hei, Siput! Kamu di mana?"

"Saya disini!" datang jawabannya, bukan dari belakang tapi dari depan.

Bingung, Kancil berlari lebih cepat, bertekad meninggalkan Siput. Sekali lagi, dia berhenti dan berteriak, "Siput, kamu pasti tertinggal jauh, kan?"

"Tidak, aku di depan!" menggemakan tanggapannya.

Bingung dan terengah-engah, Kancil mendorong lebih keras, tidak sadar bahwa yang ditanggapi bukan oleh Siput.

Hal ini berulang beberapa kali hingga garis finis terlihat. Kancil, yang yakin akan kemenangannya, berlari melewatinya sambil berseru penuh kemenangan.

"Aku menang! Lihat, aku menang!" dia dengan gembira menyatakan.

Namun yang membuatnya heran, Siput yang sedari tadi berdiri di garis finis, dengan tenang menghampiri Kancil.

"Apakah aku kalah darimu?" Kancil tersentak tak percaya.

“Benar,” jawab Siput lembut. Jadi, bukankah aku lebih bijak darimu?

Mengakui kekalahannya, Kancil meminta maaf atas kesombongannya. Siput memaafkannya, mengingatkan keduanya bahwa membandingkan diri sendiri dengan orang lain tidak perlu. Mereka menerima pelajaran bahwa kesombongan itu tidak pantas, dan setiap makhluk mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Kisah ini mengajarkan kita betapa bodohnya kesombongan dan kebijaksanaan dalam mengenali perbedaan individu, serta memberikan pelajaran berharga bagi generasi muda.



Belajar Kerendahan Hati: Mengenali Kebijaksanaan Melampaui Penampilan luar

Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kesombongan bisa mengakibatkan kekalahan. Sifat sombong dan meremehkan orang lain bisa membuat seseorang salah menilai kecerdasan atau kemampuan orang lain. Kelebihan setiap individu itu unik, dan menghargai perbedaan serta belajar dari orang lain merupakan hal yang penting. Sifat rendah hati dan tidak meremehkan orang lain akan membantu kita memahami bahwa kecerdasan tidak selalu terlihat dari penampilan luar.






No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection