Jejak Pasola: Bab 4

Bab 4: Kehidupan Setelah Pasola


English Version: Life After Pasola

Transisi

Festival Pasola telah berakhir, namun energinya masih terasa di udara. Saat matahari mulai tenggelam di cakrawala, mewarnai langit dengan nuansa jingga dan merah muda, para tetua desa berkumpul di tepi lapangan Pasola untuk upacara penutupan. Mereka berdiri melingkar di sekitar api kecil yang berderak, wajah mereka diterangi oleh cahaya hangatnya. Setiap tetua memegang segenggam beras, yang mereka taburkan perlahan ke tanah sambil mengucapkan doa kepada leluhur Marapu. Suara lembut doa mereka memenuhi udara malam, bercampur dengan suara api yang berderak. Upacara ini adalah tradisi sakral, menandai akhir dari Pasola dan kembalinya ritme kehidupan sehari-hari. Api melambangkan semangat festival yang kini dikembalikan ke bumi dengan selamat, dan beras, sebagai simbol kehidupan, menjanjikan kemakmuran di hari-hari mendatang.

Saat api perlahan meredup, para penduduk desa mulai berjalan pulang. Jalan setapak diterangi oleh cahaya senja yang memudar, dan udara terasa sejuk dan tenang. Marapu dan Raja, berjalan beriringan dengan langkah yang santai, ketegangan dari peristiwa hari itu perlahan memudar seiring setiap langkah. Keheningan di antara mereka terasa nyaman, sebuah pemahaman bersama yang lahir dari pengalaman bersama. Mereka berhenti di puncak bukit yang menghadap desa, di mana lampu-lampu dari rumah-rumah di bawah berkelap-kelip seperti bintang. Marapu menatap pemandangan itu, merasakan ikatan mendalam dengan tanah ini dan orang-orangnya. Pemandangan ini mengingatkan bahwa Pasola bukan hanya sebuah festival, tetapi perayaan kehidupan bersama dan sejarah mereka.

Keesokan paginya, desa kembali hidup dengan suara tawa dan percakapan. Penduduk desa berkumpul di area pertemuan utama untuk makan bersama, sebuah tradisi yang menandai akhir dari Pasola. Makanannya sederhana, namun melimpah, dengan hidangan yang terbuat dari hasil panen segar dan ikan yang ditangkap dari sungai terdekat. Sambil makan, para penduduk desa berbagi momen favorit mereka dari festival, tertawa dan mengenang keberanian serta momen mendebarkan yang terjadi. Suasananya hangat dan santai, sangat berbeda dengan energi intens dari Pasola. Bagi Marapu dan Raja, ini adalah momen untuk kembali terhubung dengan teman dan tetangga, merayakan bukan hanya akhir dari festival, tetapi juga ikatan yang semakin kuat.

Kemudian hari itu, saat matahari kembali mulai terbenam, Marapu mendapati dirinya berdiri di dekat pohon suci desa. Pohon yang kuno dan bijaksana ini adalah tempat refleksi, di mana penduduk desa datang untuk mencari petunjuk atau sekadar merenung. Marapu memandang ke atas cabang-cabang pohon yang menjulang, merasakan beban peristiwa festival yang masih terlintas di benaknya. Pasola adalah ujian keberanian dan keterampilan, tetapi juga pengingat akan hubungan mendalam yang mengikat mereka semua. Saat ia berdiri di sana, Marapu merasakan semangat baru. Festival telah usai, tetapi semangatnya akan terus membimbingnya di hari-hari mendatang. Ia berbalik dari pohon itu, siap menghadapi tantangan dan kebahagiaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengetahui bahwa pelajaran dari Pasola akan selalu bersamanya.





Kembali ke Rutinitas Sehari-hari

Dengan berakhirnya Pasola, kehidupan di desa mulai kembali pada pola-pola yang sudah dikenal. Penduduk desa kembali ke ladang mereka, merawat tanaman dengan perhatian dan kepedulian yang sama seperti yang mereka tunjukkan selama festival. Tanah yang subur dan kaya merespon dengan penuh semangat terhadap usaha mereka, menjanjikan panen yang melimpah. Marapu memperhatikan saat para petani bekerja, tangan mereka bergerak dengan keterampilan yang sudah terasah. Ada ritme dalam gerakan mereka, kecepatan yang stabil dan tidak terburu-buru yang berbicara tentang pengetahuan dan tradisi yang diwariskan selama berabad-abad. Ladang-ladang itu adalah mozaik hijau dan emas, tanaman yang bergoyang lembut di angin. Ini adalah pemandangan yang memenuhi Marapu dengan kedamaian mendalam. Inilah inti dari kehidupan mereka, pekerjaan yang tenang dan stabil yang menopang mereka semua.

Di desa, para wanita sibuk dengan kerajinan mereka, menenun pola-pola rumit ke dalam kain dan menciptakan perhiasan yang indah. Udara dipenuhi dengan suara obrolan mereka, latar belakang yang konstan dan menenangkan bagi kegiatan hari itu. Anak-anak, yang bebas dari kegembiraan Pasola, kembali ke permainan mereka, tawa mereka menggema di seluruh desa. Marapu dan Raja sering berkeliling di tengah-tengah pemandangan ini, kehadiran mereka mengingatkan akan festival yang baru saja berlalu. Namun, tidak ada rasa gangguan. Sebaliknya, mereka adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, sama pentingnya dengan tanaman dan kerajinan. Pikiran Marapu sering kembali ke Pasola, tetapi sekarang, pikiran itu diwarnai oleh ketenangan kehidupan sehari-hari. Festival itu adalah ujian keterampilan dan keberanian, tetapi ini, ia menyadari, adalah ukuran kekuatan yang sebenarnya—kemampuan untuk kembali ke pekerjaan sederhana dan stabil dengan dedikasi dan kepedulian yang sama.





Hari Baru di Sumba

Saat fajar menyingsing di desa, cahaya pertama hari itu mewarnai lanskap dengan nuansa lembut keemasan. Desa perlahan-lahan mulai hidup, dengan suara ayam berkokok dan desiran dedaunan yang tertiup angin pagi. Penduduk desa bangun bersama matahari, siap menghadapi hari kerja dan kebersamaan yang lain. Bagi Marapu dan Raja, ini adalah momen refleksi yang tenang. Mereka berdiri di tepi desa, memandang ke ladang dan laut yang jauh. Tanah itu terbentang luas di depan mereka, penuh dengan janji. Ini adalah hari baru, awal yang baru, dan mereka siap menghadapinya dengan keberanian dan tekad yang sama yang telah membawa mereka melalui Pasola. Festival mungkin telah berakhir, tetapi semangatnya tetap hidup di hati para penduduk desa, membimbing mereka dalam kehidupan sehari-hari dan mengingatkan mereka akan kekuatan yang mereka temukan dalam satu sama lain.

Bab ini ditutup dengan gambar yang tenang ini, menangkap esensi kehidupan di Sumba—kehidupan yang berakar pada tradisi, dipelihara oleh kerja keras, dan diperkaya oleh ikatan kebersamaan. Pasola mungkin telah berakhir, tetapi warisannya berlanjut, terjalin dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengingat terus-menerus akan keberanian, keterampilan, dan persatuan yang mendefinisikan masyarakat Sumba.





Jejak Pasola

Jejak Pasola: Intro

Prolog: Perayaan Pasola: Mengikuti Langkah Marapu

Bab 1: Festival Pasola yang Penuh Warna

Bab 2: Ikatan Persaudaraan

Bab 3: Tantangan Pasola

Bab 4: Kehidupan Setelah Pasola



No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection