Search This Blog

Onde-onde

Perjalanan Menggelinding Onde-onde: Dari Kerajaan Kuno ke Kotak Camilanmu






Di banyak daerah di Indonesia—terutama di Pulau Jawa—onde-onde adalah camilan yang sangat disukai. Bentuknya bulat keemasan, permukaannya ditaburi wijen, renyah di luar dan kenyal manis di dalam. Biasanya berisi pasta kacang hijau, dan mudah ditemukan di pasar tradisional atau gerobak jajanan kaki lima. 🟡✨

Tapi tahukah kamu? Kalau kamu tanya orang Sumatra tentang onde-onde, bisa jadi mereka akan menunjukkan bola ketan hijau yang kenyal dan meletupkan gula merah di mulut—yang dikenal sebagai klepon di Jawa! 😄

Jadi, dari mana sebenarnya onde-onde berlapis wijen itu berasal?
Yuk, kita gigit sepotong sejarah dan menggelinding ke masa lalu di Tiongkok kuno…







🏯 Dari Dapur Dinasti Tang

Konon, onde-onde lahir pada masa Dinasti Tang, sekitar abad ke-7. Di ibu kota Changan (sekarang bernama Xi’an), camilan ini dikenal dengan nama jian dui (煎堆)—bola goreng berlapis wijen yang berisi pasta kacang manis. Teksturnya renyah di luar, lembut di dalam, dan menjadi hidangan favorit baik bagi para kaisar maupun rakyat biasa.

Ada yang mengatakan bahwa camilan ini pertama kali dibuat sebagai hadiah untuk para pekerja yang membangun istana, setelah seharian bekerja keras. Ada juga yang percaya bahwa bentuk bulatnya melambangkan keberuntungan—seperti koin emas atau bulan purnama.





🚢 Berlayar ke Kepulauan Rempah

Maju cepat ke abad ke-15! Kapal-kapal besar berlayar melintasi samudra, membawa rempah-rempah, kain sutra, dan—ya—juga resep-resep makanan! Salah satu pelaut paling terkenal saat itu adalah Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming. Saat ia dan awak kapalnya mengunjungi pulau-pulau tropis di Nusantara (sekarang Indonesia), mereka juga membawa makanan dari negeri asal mereka—termasuk onde-onde!

Namun, penduduk lokal tidak hanya menyalin resep begitu saja. Oh, tentu tidak! Mereka menambahkan sentuhan ajaib khas Nusantara. Alih-alih menggunakan pasta kacang merah, mereka menggantinya dengan isian kacang hijau yang manis, lembut, dan super lezat! Sejak saat itu, onde-onde pun menemukan rumah barunya di pasar-pasar Jawa, Sumatra, dan daerah lainnya.




🧁 Banyak Wajah Onde-onde

Hari ini, onde-onde hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran! Yuk, kita kenalan dengan beberapa versi terkenalnya:

Onde-onde Mojokerto 🏯
Di Jawa Timur, onde-onde begitu populer sampai-sampai Mojokerto dijuluki Kota Onde-onde! Konon, kepopulerannya sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit, bahkan dapur kerajaan pun sering menggoreng onde-onde emas ini.

Onde-onde Mini (Keciput) 🍘
Kecil, renyah, dan bikin nagih—versi mini dari onde-onde ini pas banget buat camilan. Di Jawa Tengah, orang-orang menyebutnya keciput.

Onde-onde Beku ❄️
Onde-onde zaman sekarang? Tentu saja ada! Kini onde-onde juga dijual dalam bentuk beku agar bisa dipanaskan kapan saja saat kamu ingin camilan manis.





💡 Tahukah Kamu?

Di beberapa tempat seperti Malaysia atau Sumatra, kata "onde-onde" justru merujuk pada makanan yang berbeda—yaitu klepon! Klepon adalah bola ketan hijau berisi gula merah cair di dalamnya dan dilapisi kelapa parut di luar. Jadi, kalau kamu sedang jalan-jalan dan melihat onde-onde yang bentuknya beda, jangan kaget ya. 😉




🌕 Apa Arti Onde-onde?

Dalam banyak budaya Asia, makanan berbentuk bulat melambangkan kebersamaan dan kebahagiaan. Lapisan wijen emas di luarnya? Itu dipercaya membawa keberuntungan. Jadi, saat kamu makan onde-onde, kamu bukan hanya menikmati camilan—kamu juga mencicipi sejarah, tradisi, dan harapan akan masa depan yang bahagia. ✨




🥢 Gigitan Terakhir: Apa Ceritamu Tentang Onde-onde?

Mungkin kamu pernah mencicipi onde-onde saat ulang tahun, mungkin membelinya di pasar tradisional, atau mungkin membuatnya sendiri bersama keluarga di rumah. Di mana pun kamu berada, ingatlah satu hal: setiap onde-onde punya cerita—dan sekarang, kamu sudah tahu sebagian dari perjalanan luar biasanya.

Jadi, saat kamu menggigit bola emas kenyal itu… bayangkan kerajaan-kerajaan, pelaut-pelaut, dan senyum-senyum hangat yang membawa onde-onde sampai ke piringmu. 😊




No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection