Search This Blog

Ina Pala

Ina Pala dan Pohon yang Tak Boleh Disentuh Sembarangan


Cerita tutur dari tanah Banda





Angin malam meniup lembut dari arah laut, membawa aroma garam dan sisa harum dari pohon pala yang sedang berbuah. Di sebuah pelataran kecil, di bawah naungan pohon tua yang daunnya berdesir pelan, anak-anak duduk melingkar di atas tikar anyaman. Obor bambu berdiri di sudut halaman, cahayanya menari di wajah-wajah penasaran.

Seorang lelaki tua, rambutnya sudah memutih dan bajunya sederhana, duduk di tengah lingkaran. Matanya tajam namun hangat. Ia mengetuk-ngetukkan tongkat kayunya ke tanah, lalu berkata dengan suara rendah tapi jelas:

"Kalian tahu kenapa pohon pala di pulau ini selalu harum? Bukan cuma karena buahnya. Tapi karena ada yang menjaga... sejak dahulu kala."

Anak-anak saling berpandangan. Angin seolah berhenti sebentar. Lelaki tua itu menarik napas dalam, dan melanjutkan:

"Dengar baik-baik... ini bukan cerita main-main. Ini kisah tentang seorang roh perempuan yang masih menjaga tanah ini sampai sekarang. Namanya… Ina Pala. Dan ini bukan dongeng yang ditulis di buku, tapi kisah yang diwariskan dari mulut ke mulut, dari malam ke malam, di antara bisik daun dan desau laut Banda."

"Kalau kau dengar baik-baik malam ini, mungkin kau juga akan mencium jejaknya."

Lalu ia mulai bertutur…





Sebelum orang-orang datang dari jauh, sebelum kapal besar bersandar di pelabuhan, Banda sudah harum oleh bau pala. Harum itu bukan sekadar wangi buah, tapi juga wangi doa, wangi roh, dan wangi tanah yang dijaga dengan hati-hati.

Di tengah hutan yang lebat, ada satu pohon pala yang berdiri paling tua. Orang-orang tak berani menyentuhnya sembarangan. Karena di sanalah bersemayam Ina Pala—roh perempuan yang menjaga keturunan pohon itu sejak awal mula.

Ina Pala bukan sembarang roh. Ia bukan hantu untuk ditakuti, tapi ibu yang melindungi. Rambutnya panjang seperti benang pala yang kering, dan sorot matanya seperti embun pagi yang tak ingin kau ganggu. Bila seseorang datang dengan hati yang serakah—ingin mengambil pala tanpa izin—maka pohonnya akan kering, buahnya rontok, dan malam-malamnya akan dipenuhi mimpi buruk.

Tetapi bila seseorang datang dengan niat yang baik, membawa sesajen kecil dari sirih, pinang, dan air kelapa muda... dan mengucap salam dengan hati yang jernih, maka pohon itu akan berbuah lebat. Bahkan kadang, kalau kau cukup peka, kau akan melihat bayang Ina Pala menari perlahan di antara daun-daun—seperti kabut yang tersenyum.

Kakekmu dulu bilang, ia pernah melihat seorang pemuda yang lupa beri izin pada malam panen. Malam itu angin berhenti berhembus, dan semua obor padam. Pohon-pohon berbunyi tanpa disentuh angin. Lalu muncul suara perempuan dari arah hutan:
"Anak yang tak tahu adat, jangan harap buahmu membawa berkah..."

Sejak itu, kami tak pernah lupa. Setiap musim panen, selalu ada nyanyian kecil di bawah pohon. Bukan untuk memanggil roh, tapi untuk mengingat bahwa alam punya penjaganya.

Itulah sebabnya kita selalu memberi hormat sebelum memetik. Karena pala bukan hanya buah... tapi juga titipan dari dunia yang tak terlihat.





🌱 Pesan Moral

Menghormati alam dan penjaganya yang tak kasat mata membawa berkah, sementara keserakahan membawa petaka. Selalu minta izin dan bersyukur.





No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection