Naga Baruklinting

Legenda Baruklinting: Persembahan Sang Naga dan Nasib Sembilan Gembala



Legenda Desa Kesongo

Cerita rakyat dari Jawa

Zaman dahulu, ada seekor naga raksasa. Namanya Baruklinting. Suatu hari, salah satu dewa memintanya untuk menangkap sembilan orang gembala sebagai persembahan untuk para dewa.

Kemudian Baruklinting pergi ke gunung. Dia membuka mulutnya yang besar setiap hari. Ia berharap gembala akan masuk ke mulutnya. Di desa, sepuluh orang gembala membawa sapi mereka ke lapangan rumput di gunung. Mereka tidak tahu ada seekor naga. Salah satu gembala itu sangat kurus dan kotor. Teman-temannya selalu mengolok-oloknya. Gembala kurus tidak pernah marah. Dia hanya diam dan meninggalkan teman-temannya setiap kali mereka menertawakannya.

Pada suatu hari yang sangat panas, para gembala merasa sangat lelah. Mereka ingin menemukan tempat yang sejuk untuk beristirahat. Seorang gembala yang kurus sudah menemukan tempat yang bagus untuk beristirahat yaitu di bawah sebatang pohon yang besar. Tempat itu teduh sehingga dia tidak merasa panas lagi. Teman-temannya merasa iri.

"Mari kita rebut tempatnya," kata salah satu dari mereka.

"Ayo! "Gembala lainnya setuju.

Mereka mengambil beberapa lumpur dan melemparkannya ke gembala kurus. Gembala kurus sangat sedih. Namun, dia tidak marah. Dia hanya meninggalkan mereka dan berjalan pergi.

"Ha ha ha. Pergi sekarang, Kurus! "Mereka menertawakannya.

Tiba-tiba langit menjadi gelap. Ada guntur dan kilat. Hujan deras mulai turun. Para gembala tidak ingin basah. Mereka harus menemukan tempat yang lebih baik. Mereka akhirnya menemukan sebuah gua besar. Gua itu punya bebatuan tajam di dalamnya. Semua gembala tidak tahu bahwa gua itu sebenarnya mulut naga raksasa, yang tidak lain adalah mulut Baruklinting! Ketika semua gembala berada di dalam 'gua', tiba-tiba salah satu dari mereka mendorong gembala kurus pergi.

"Keluar! Tempat ini hanya untuk kami! "

"Tapi di luar hujan," kata gembala kurus.

"Aku tidak peduli!" Kemudian mereka mendorongnya.

Tepat setelah gembala kurus berada di luar gua, tiba-tiba mulut gua tertutup! Ya, Baruklinting baru saja mendapatkan sembilan gembala untuk para dewa.

Ketika para gembala kurus melihat gua tertutup, dia berlari! Ia berlari secepatnya. Dia kemudian mengatakan kepada warga desa tentang gua dan naga. Penduduk desa kemudian pergi ke gunung untuk membunuh naga. Tapi ketika mereka tiba, naga sudah pergi.

Sejak hari itu, desa itu bernama Desa Kesongo. Songo berarti sembilan mengartikan sembilan gembala yang dimakan oleh Naga Baruklinting. ***











Pesan Moral:

Pesan moral dari cerita ini mengajarkan beberapa hal penting:

1. Kebaikan dan Kesabaran: Gembala kurus menunjukkan kesabaran dan kebaikan yang luar biasa meskipun diperlakukan buruk oleh teman-temannya. Dia memilih untuk tidak marah atau membalas dendam, menunjukkan bahwa lebih baik tetap tenang dan pergi daripada membalas perlakuan yang buruk.

2. Akibat dari Perundungan: Gembala-gembala lain mengejek dan mengucilkan si gembala kurus karena penampilannya, tetapi ketidakbaikan mereka akhirnya membawa malapetaka bagi mereka. Ini mencerminkan bagaimana memperlakukan orang lain dengan buruk dapat membawa konsekuensi negatif di kemudian hari.

3. Kerendahan Hati: Kerendahan hati si gembala kurus menyelamatkannya. Sementara yang lain bersikap sombong dan egois, mendorongnya keluar dari gua, mereka tanpa sadar bertemu dengan nasib buruk, sementara yang rendah hati dan sabar selamat.

4. Keadilan yang Tegak: Naga Baruklinting mengambil sembilan gembala sebagai bagian dari keadilan ilahi. Ini memperkuat gagasan bahwa pelaku kesalahan akhirnya akan menghadapi konsekuensi, meskipun mereka tidak menyadarinya.

Cerita ini menyoroti nilai kesabaran, kerendahan hati, pentingnya memperlakukan orang lain dengan kebaikan, serta gagasan bahwa keadilan pada akhirnya akan ditegakkan.




No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection