The Legend of Moopoo Bird >> English Edition
Folklor dari Sulawesi Utara
DAHULU kala di Minahasa hiduplah seorang pria tua dengan cucunya. Nama cucu itu Nondo. Orang tua itu sangat mencintai Nondo.
Dia adalah anak yang baik dan rajin. Ketika kakeknya pergi ke hutan untuk mengumpulkan katu bakar, Nondo tinggal di rumah. Dia selalu melakukan pekerjaan rumah tangga.
Nondo selalu ingin bergabung kakeknya ke hutan. Namun, kakeknya tidak memungkinkan dia. Nondo pincang. Dia tidak bisa berjalan dengan baik.
Kakeknya selalu pergi ke hutan di pagi hari dan kembali ke rumah pada sore hari. Di malam hari, sebelum tidur, kakek selalu mengatakan Nondo apa pun yang terjadi di
hutan.
Nondo benar-benar menikmati mendengarkan tentang hewan-hewan di hutan. Nondo selalu bermimpi pergi ke hutan dan melihat binatang.
Pada suatu pagi, Nondo tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia memohon untuk kakeknya.
Dia benar-benar ingin pergi ke hutan dan melihat binatang.
"Saya mohon, Kakek. Biarkan saya bergabung dengan Anda. Kali ini saja," Nondo memohon.
Orang tua itu tidak ingin mengecewakan cucu tercinta.
Setelah berpikir dalam-dalam, ia kemudian berkata, "Kamu dapat bergabung dengan saya saat ini. Tapi Kamu harus berada di dekat saya, ya? Aku akan membawa hutan, jadi saya tidak bisa mengawasimu sepanjang waktu."
Nondo sangat bahagia. Dia berjanji pada kakeknya bahwa ia akan selalu berada di dekatnya. Nondo tidak sabar untuk melihat binatang.
Kemudian, mereka meninggalkan rumah. Dan akhirnya mereka tiba di hutan. Pada mulanya, Nondo bisa berjalan di dekat kakeknya.
Namun segera, jarak itu semakin jauh. Setiap kali Nondo melihat binatang, ia selalu berhenti sejenak. Dia benar-benar kagum. Kakek selalu mengingatkan Nondo tidak berhenti berjalan. Sayangnya, Nondo sangat senang melihat binatang. Dia mengabaikan peringatan kakeknya.
Segera, Nondo hilang di hutan. Dia terpisah dari kakeknya.
"Kakek! Kakek! Di mana kau? Kakek, jangan tinggalkan aku di sini," Nondo berteriak.
Perlahan-lahan, kegelapan meliputi hutan. Nondo benar-benar takut. Suara hewan benar-benar membuatnya takut. Dia terus memanggil kakeknya.
Sementara itu, sang kakek baru menyadari bahwa cucunya hilang. Ia mencari Nondo dan memanggil namanya. Tapi tetap ia tak dapat menemukan Nondo.
Kakek itu benar-benar sedih. Ia menyayangkan membiarkan Nondo bergabung dengannya. kakek memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia berharap Nondo akan sudah tiba di rumah. Sayangnya, Nondo tidak pulang belum.
Di pagi hari, kakek pergi ke hutan lagi. Dia ingin menemukan Nondo. Dan ketika ia tiba di hutan, ia melihat seekor burung.
Burung itu membuat suara aneh. Dikatakan, "Moo poo ... Moo po ..."
Kakek itu benar-benar penasaran. Dia tidak pernah mendengar burung membuat suara seperti itu. Dia menatap burung dengan hati-hati, dan lagi burung mengatakan, "Moo poo ..."
Lalu ia merasa sangat aneh. Dia merasa bahwa burung mengatakan, "Opoku ... Opoku ..."
Ini berarti "Kakek saya ... kakek saya ..."
Karena benar-benar penasaran, dia mendekati burung itu. Ia sangat terkejut karena burung itu tertatih-tatih.
kakek menangis. Dia ingat cucunya. Dia yakin bahwa cucunya telah berubah menjadi seekor burung. Sejak itu, orang yang bernama burung sebagai Moopoo burung. Hal ini dapat ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara. ***
Folklor dari Sulawesi Utara
DAHULU kala di Minahasa hiduplah seorang pria tua dengan cucunya. Nama cucu itu Nondo. Orang tua itu sangat mencintai Nondo.
Dia adalah anak yang baik dan rajin. Ketika kakeknya pergi ke hutan untuk mengumpulkan katu bakar, Nondo tinggal di rumah. Dia selalu melakukan pekerjaan rumah tangga.
Nondo selalu ingin bergabung kakeknya ke hutan. Namun, kakeknya tidak memungkinkan dia. Nondo pincang. Dia tidak bisa berjalan dengan baik.
Kakeknya selalu pergi ke hutan di pagi hari dan kembali ke rumah pada sore hari. Di malam hari, sebelum tidur, kakek selalu mengatakan Nondo apa pun yang terjadi di
hutan.
Nondo benar-benar menikmati mendengarkan tentang hewan-hewan di hutan. Nondo selalu bermimpi pergi ke hutan dan melihat binatang.
Pada suatu pagi, Nondo tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia memohon untuk kakeknya.
Dia benar-benar ingin pergi ke hutan dan melihat binatang.
"Saya mohon, Kakek. Biarkan saya bergabung dengan Anda. Kali ini saja," Nondo memohon.
Orang tua itu tidak ingin mengecewakan cucu tercinta.
Setelah berpikir dalam-dalam, ia kemudian berkata, "Kamu dapat bergabung dengan saya saat ini. Tapi Kamu harus berada di dekat saya, ya? Aku akan membawa hutan, jadi saya tidak bisa mengawasimu sepanjang waktu."
Nondo sangat bahagia. Dia berjanji pada kakeknya bahwa ia akan selalu berada di dekatnya. Nondo tidak sabar untuk melihat binatang.
Kemudian, mereka meninggalkan rumah. Dan akhirnya mereka tiba di hutan. Pada mulanya, Nondo bisa berjalan di dekat kakeknya.
Namun segera, jarak itu semakin jauh. Setiap kali Nondo melihat binatang, ia selalu berhenti sejenak. Dia benar-benar kagum. Kakek selalu mengingatkan Nondo tidak berhenti berjalan. Sayangnya, Nondo sangat senang melihat binatang. Dia mengabaikan peringatan kakeknya.
Segera, Nondo hilang di hutan. Dia terpisah dari kakeknya.
"Kakek! Kakek! Di mana kau? Kakek, jangan tinggalkan aku di sini," Nondo berteriak.
Perlahan-lahan, kegelapan meliputi hutan. Nondo benar-benar takut. Suara hewan benar-benar membuatnya takut. Dia terus memanggil kakeknya.
Sementara itu, sang kakek baru menyadari bahwa cucunya hilang. Ia mencari Nondo dan memanggil namanya. Tapi tetap ia tak dapat menemukan Nondo.
Kakek itu benar-benar sedih. Ia menyayangkan membiarkan Nondo bergabung dengannya. kakek memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia berharap Nondo akan sudah tiba di rumah. Sayangnya, Nondo tidak pulang belum.
Di pagi hari, kakek pergi ke hutan lagi. Dia ingin menemukan Nondo. Dan ketika ia tiba di hutan, ia melihat seekor burung.
Burung itu membuat suara aneh. Dikatakan, "Moo poo ... Moo po ..."
Kakek itu benar-benar penasaran. Dia tidak pernah mendengar burung membuat suara seperti itu. Dia menatap burung dengan hati-hati, dan lagi burung mengatakan, "Moo poo ..."
Lalu ia merasa sangat aneh. Dia merasa bahwa burung mengatakan, "Opoku ... Opoku ..."
Ini berarti "Kakek saya ... kakek saya ..."
Karena benar-benar penasaran, dia mendekati burung itu. Ia sangat terkejut karena burung itu tertatih-tatih.
kakek menangis. Dia ingat cucunya. Dia yakin bahwa cucunya telah berubah menjadi seekor burung. Sejak itu, orang yang bernama burung sebagai Moopoo burung. Hal ini dapat ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara. ***
Pesan Moral
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa anak-anak seharusnya selalu mendengarkan orang tua atau yang lebih tua, terutama ketika mereka diperingatkan tentang bahaya yang mungkin terjadi. Ketidakpatuhan Nondo terhadap peringatan kakeknya membuatnya tersesat di hutan dan akhirnya berubah menjadi burung Moopoo. Cerita ini juga menekankan ikatan yang kuat antara kakek dan cucunya, serta rasa penyesalan dan kesedihan yang bisa timbul akibat tidak mengikuti nasihat yang bijak.
No comments:
Post a Comment