PERANAN DISAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM MEMPROMOSIKAN ACARA PACUAN KUDA NASIONAL
The Role of Visual Communication Design in Promoting the National Horse Racing Event
PROGRAM STUDI DISAIN KOMUNIKASI VISUAL
JURUSAN DISAIN
FAKULTAS SENI RUPA DAN DISAIN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2003
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambar tertua tentang kuda dilukis oleh manusia jaman batu di dinding gua. Gambar ini diperkirakan bukan untuk dekorasi, melainkan kegiatan magis yang dilakukan sebelum berburu agar mendapat keberuntungan. Mereka juga percaya roh hewan buruan tersebut akan beristirahat dalam gambar tersebut. Pada Cina kuno, Persia, Babilonia, Mesir dan daerah sekitarnya, kuda menjadi bagian dari kehidupan dan legenda. Salah satu kuda legenda terkenal adalah Pegasus yang berasal dari Yunani kuno. Pegasus memiliki sayap dan ia membawa petir dewa Zeus melintasi langit.1
Banyak petualang, tentara dan pahlawan lainnya memiliki kuda untuk membantu mereka dalam bertindak. Salah satu sejarah kuda yang terkenal adalah kuda kayu raksasa yang dianggap hadiah oleh bangsa Troya, sehingga dibawa masuk ke dalam kota, namun pada malam harinya, prajurit Yunani keluar dari dalam kuda kayu tersebut untuk menyerang kota Troya.
Alexander Agung adalah penguasa Yunani dan salah satu jendral terhebat dalam sejarah. Dalam usia yang sangat muda ia berhasil menjinakkan seekor kuda bernama Bucephalus yang orang lain tidak berani menaikinya. Bucephalus membawa Alexander dalam perjalanan panjangnya. Ketika kuda tersebut mati, Alexander membangun sebuah kota bernama Bucephala untuk mengenangnya.
Salah satu dari kuda termanja dalam sejarah adalah Incitatus, kuda favorit dari kaisar Romawi yang bernama Caligula. Incitatus dipelihara dalam kandang yang terbuat dari gading dan marmer. Ia juga memakai perhiasan dari permata dan selimut ungu, warna kemewahan, dan ada yang mengatakan Caligula mengangkat kudanya menjadi diplomat, jabatan tertinggi dalam pemerintahan Romawi.
Marengo adalah kuda Arab yang berwarna abu-abu milik Kaisar Napoleon dari Prancis. Kuda tersebut diberi nama setelah tentara Napoleon berhasil mengalahkan sebuah perang yang besar. Setelah kekalahan Napoleon di Waterloo, Marengo dibawa ke Inggris dan sekarang tulangnya dapat dilihat dalam National Army Museum di London.
Jendral Robert E. Lee memimpin Tentara Konfederasi dalam Perang Sipil Amerika dengan kudanya Traveler. Mereka bertempur dalam banyak peperangan dan tidak pernah mengalami cidera. Kuda tersebut adalah teman sejati sampai sang jendral meninggal.2
Peranan kuda di Indonesia lebih dekat dengan masyarakat petani, daripada keluarga Raja. Dahulu oleh para petani, kuda disamping untuk keperluan angkutan, juga untuk menarik bajak di sawah, disamping kerbau di beberapa daerah. Kuda poni Indonesia penting untuk transportasi, komunikasi dan agrikultur di berbagai daerah dengan jenis kuda masing-masing. Pengembangbiakkan didukung oleh daerah masing-masing. Kuda poni ini umumnya berasal dari jenis primitif dan selama berabad-abad mereka beradaptasi untuk bekerja di panasnya udara tropis. Kuda Jawa asli berasal dari Jawa yang merupakan keturunan Kuda Liar Mongolia. Digunakan juga untuk pekerjaan umum seperti menarik sado, kendaraan beroda dua, yang dipakai di daerah tersebut. Ia kuat dan tidak pernah lelah dan bersedia menarik beban sepanjang hari. Jenis yang lain adalah Timer yang kecil dan bentuknya bagus. Bail adalah tipe yang sangat primitif. Batak dari Sumatra, yang diperbagus dan diperbaiki dengan menyilangkan dengan darah Arab. Gayoc, juga dari Sumatra. Kuda Sumbawa yang sangat mirip dengan kuda Sumba. Kuda Sandalwood dari kepulauan Sumba dan Sumbawa merupakan kuda poni yang cepat dan berbentuk baik.3
Cikal bakal olahraga ketangkasan berkuda di Indonesia berawal dari menunggang kuda sambil berburu di hutan-hutan. Kesenangan berburu dengan menunggang kuda ini masih banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur. Di pulau Jawa, kuda di abad 16 sebelumnya menjadi simbol kemegahan para Raja dan dipergunakan untuk peperangan, yang pada gilirannya dijadikan untuk olahraga sebagai tontonan. Pada zaman Belanda, olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, dan dari situlah tumbuh peternakan tradisional, yang melahirkan kuda-kuda pacu lokal.4
Orang-orang pada zaman Mesir kuno, Yunani dan Romawi senang mengadakan Pacuan Kuda. Pacuan Kuda yang dimaksud kemudian adalah chariot-racing (Pacuan Kereta Kuda). Chariot-racing merupakan olahraga pacuan kuda yang pertama. Sekarang olahraga ini masih berlangsung namun dengan peraturan yang lebih ketat dan nama baru yaitu harness racing. Dalam harness racing, kuda-kuda tersebut melangkah dengan trot namun dalam gerakan yang lebih cepat (bukan center atau gallop) dengan menarik kereta-kereta kuda beroda dua yang ringan bernama gigs atau sulkies.
Pacuan kuda dengan joki yang menunggang sudah sama tuanya dengan harness racing yang sudah masuk dalam Olimpiade tahun 648 SM. Sejak saat itu, langsung menjadi olahraga populer dan bisnis yang besar. Ada dua jenis pacuan kuda: flat-racing dan steeple-chasing. Flat-racing adalah pacuan kuda yang berlangsung pada track (lintasan) yang datar. Mereka melakukannya pada musim panas ketika tanah keras sehingga dapat berlari dengan cepat. Pada steeple-chasing, pertandingan dilengkapi dengan pagar untuk dilompati dan rintangan lainnya. Steeple-chasing adalah olahraga musim semi dimana tanah lebih empuk agar lebih aman untuk meloncat. 5
Pada zaman Belanda, organisasi olahraga kuda pacu di Indonesia sudah terbentuk, sesuai dengan perkembangan fasilitas gelanggang pacuan di daerah-daerah. Perkumpulan yang terkenal pada waktu itu adalah Bataviase en Buitenzorgse Wedloop Sociteit (BBWS), Minahasa Wedloop Sociteit (MWS), Preanger Wedloop Sociteit (PWS). Setelah kemerdekaan, maka tahun 1950 di beberapa daerah yang sebelum Perang Dunia II ada perkumpulan kuda pacu, mulai menata kembali perkumpulan-perkumpulannya. Seperti di Bogor dengan Perkumpulan Pacuan Kuda Jakarta-Bogor (PPKDB) dan Perkumpulan Pacuan Kuda Priangan (PPKP) dan lain-lainnya.
PORDASI (Persatuan Olah Raga Berkuda Seluruh Indonesia) yang sekarang diakui oleh pemerintah sebagai satu-satunya organisasi Induk berkuda di Indonesia, selalu aktif dalam menyelenggarakan pacuan kuda di Indonesia.
Olahraga Ketangkasan Berkuda (Equestrian) secara resmi diperlombakan dalam Olimpiade dan Pekan Olahraga Nasional (PON), yang terdiri atas 3 disiplin:
1. Lomba Tiga Hari (The Three Days Event)
2. Lomba Tunggal Serasi (The Dressage)
3. Lomba Lompat Rintangan (The Show Jumping).
Pacuan kuda yang kita kenal, tidak termasuk dalam nomor Equestrian.6
Namun belakangan ini anggapan masyarakat terhadap Pacuan Kuda Tingkat Nasional hanya sebagai cabang olahraga untuk kalangan tertentu dan sebagai arena taruhan. Dengan melihat perkembangan hubungan manusia dengan kuda, maka kita perlu menyadari agar tradisi tersebut tidak hilang, walaupun pada zaman sekarang perhatian masyarakat terhadap kuda sudah berkurang. Salah satu penyebabnya adalah sudah banyak alat transportasi lain yang dapat menggantikan tenaga kuda.
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya anggapan masyarakat bahwa olahraga ini hanya untuk kalangan tertentu dan tempat berjudi atau bertaruh.
2. Pemahaman dan apresiasi masyarakat yang masih rendah terhadap olahraga ini.
3. Berkurangnya fungsi kuda karena berkurangnya perhatian masyarakat terhadap kuda.
C. Rumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan bidang studi grafis, secara garis besar masalah dirumuskan sebagai berikut.
1. Strategi apakah yang menunjukkan solusi paling efektif dalam membangun citra dan pesan yang tepat?
2. Pengembangan visual apakah yang komunikatif, sesuai khalayak sasaran yang ditetapkan?
3. Pemanfaatan media apakah yang dapat mencapai khalayak sasaran dengan cost-effective?
D. Ruang Lingkup
1. Membuat dan menyusun konsep komunikasi sesuai dengan tujuan pemasaran yang digariskan oleh pemrakarsa.
2. Mengembangkan konsep visual yang memberikan daya tarik dan menimbulkan minat khalayak sasaran.
3. Mengumpulkan dan menganalisa data.
E. Tujuan
Tujuan penulisan Laporan Karya Tugas Akhir ini adalah sebagai pengantar untuk Karya Tugas Akhir tentang mempromosikan acara Kejuaraan Pacuan Kuda Nasional dengan konsep visual yang menarik sehingga diharapkan sasaran khalayak datang untuk menonton acara ini.
F. Metode Penelitian
Penulisan Laporan Karya Tugas Akhir ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mencoba menjelaskan apa yang terjadi dalam perjalanan waktu tertentu yang masih berlangsung sampai saat ini.7 Teknik pencarian data yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Kaji Pustaka. Mencari data dan kerangka teori melalui buku, artikel, media massa, perpustakaan.
2. Pengamatan. Mengambil secara langsung kegiatan dan suasana kegiatan olahraga Pacuan Kuda ini.
3. Wawancara. Mengadakan Tanya jawab dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan olahraga ini.
4. Pemotretan. Mengambil gambar dalam bentuk foto kegiatan dan aksi di dalam kejuaran ini yang diperlukan sebagai pendukung tugas.
G. Sistematika Penulisan
Bab I, membahas latar belakang penulisan Laporan Karya Tugas Akhir, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian serta ruang lingkup yang membatasi penulisan Laporan Karya Tugas Akhir. Bab II, berisikan landasan teori yang dipergunakan dalam penulisan Laporan Karya Tugas Akhir. Bab III, pembahasan mengenai tinjauan data yang berisikan tinjauan umum, tinjauan khusus, profil penyelenggara dan profil sponsor. Bab IV, menulis tentang analisis data dengan analisa SWOT. Bab V, Menjelaskan tentang konsep perencanaan dan perancangan visual. Bab VI, yang merupakan bab terakhir dari penulisan Laporan Karya Tugas Akhir ini yang berisikan kesimpulan yang diperoleh.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Komunikasi Periklanan
David Berstein, tokoh periklanan yang termasyhur, menjelaskan perlunya pemerapan prinsip-prinsip VIPS. Prinsip VIPS ini terdiri dari visibilitas, identitas, janji (promise), serta pikiran yang terarah (singlemindedness). Jadi, sebuah iklan haruslah visible, artinya mudah dilihat atau mudah memikat perhatian. Identitas pengiklan produk dan barang jasanya harus dibuat sejelas mungkin dan tidak tertutup oleh pernak-pernik perhiasan atau rancangan yang serampangan. Janji atau promise perusahaan kepada konsumen juga harus dibuat sejelas mungkin. Untuk mencapai semua itu, maka kegiatan periklanan harus berkonsentrasi sepenuhnya pada tujuan utama, dan tidak tergoda untuk melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu.
Formula AIDCA (Attention, Interest, Desire, Conviction, Action)
Formula AIDCA merupakan formula yang sering digunakan untuk membantu perencanaan suatu iklan secara menyeluruh.
1. Perhatian (Attention)
Perhatian mungkin dapat diraih dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi atau dengan memanfaatkan ukuran atau bentuk iklan itu sendiri.
2. Ketertarikan (Interest)
Rasa tertarik dapat dimunculkan dengan pewarnaan, gambar atau copy iklan yang menarik dan hal ini pada gilirannya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan penyusunan kalimat dalam copy iklan.
3. Keinginan (Desire)
Pembaca harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.
4. Keyakinan (Conviction)
Kita juga perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan. Untuk mewujudkan hal ini, memerlukan fakta-fakta yang meyakinkan, bukti-bukti dari penampilan dan fakta-fakta lain yang berkaitan dengan produk yang di iklankan.
5. Tindakan (Action)
Iklan cetak bersifat statis, dan tidak mudah untuk membuat pembaca melakukan tindakan sesuai yang diinginkan. Tentu saja mungkin ada suatu pendekatan yang langsung memunculkan aksi pada headline atau mungkin implisit di keseluruhan iklan. Perangkat-perangkat tertentu dapat digunakan untuk membuat pembaca melakukan tindakan misalnya dengan mencantumkan kupon, undangan untuk mencoba sampel, dorongan untuk mengunjungi ‘dealer’ atau ‘showroom’, atau daftar menyimpan produk (stockist) yang mempermudah untuk mencari penyuplai. 8
B. Teori Disain
Prinsip disain yang dapat diterapkan dalam iklan adalah:
1. Hukum Kesatuan (Law of Unity)
Semua bagian dari suatu layout harus menyatu guna membentuk keseluruhan layout.
2. Hukum Keberagaman
Meskipun demikian, dalam suatu layout harus ada suatu perubahan dan pengkontrasan seperti menggunakan jenis huruf tebal (bold) dan medium, atau juga memanfaatkan ruang kosong dalam keseluruhan layout. Iklan slayaknya tidak menimbulkan kesan monoton, serta kesan keabu-abuan dari huruf yang tercetak mesti diimbangi dengan subjudul (subheading). Keberagaman juga dapat dihasilkan dengan pemanfaatan gambar-gambar.
3. Hukum Keseimbangan
Suatu iklan harus menampilkan keseimbangan. Keseimbangan optis adalah sepertiga bawah suatu ruang iklan, bukan setengahnya. Suatu gambar atau headline (judul) mungkin memakan tempat sepertiga, dan teks iklan dua pertiganya, sehingga memenuhi syarat keseimbangan optis. Keseimbangan simetris dapat dicapai dengan pembagian sehingga suatu rancangan (design) dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama, seperemat bagian dan seterusnya, tetapi kehati-hatian mesti tetap diterapkan untuk tidak membagi suatu iklan menjadi dua bagian sehingga mengesankan mirip iklan yang terpisah.
4. Hukum Ritme (Irama)
Meski iklan cetak bersifat statis, namun masih memungkinkan untuk menimbulkan kesan gerakan sehingga mata pembaca dapat dibawa dan diarahkan ke seluruh bagian iklan. Aliran secara keseluruhan terhadap disain mesti menyiratkan irama yang nyaman.
5. Hukum Harmoni (Law of Harmony)
Dalam rancangan atau layout iklan selayaknya tidak ada kekontrasan yang menyolok, membosankan, serta menyentak. Seluruh unsur iklan harus harmonis, serta membantu menciptakan kesatuan.
6. Hukum Proporsi (Law of Proportion)
Makin lebar suatu naskah (atau ukuran) makin besar ukuran huruf yang harus digunakan dan demikian pula sebaliknya.
7. Hukum Skala (Law of Scale)
Jarak penglihatan (visibility) tergantung pada skala nada serta warna, beberapa tampak kurang mencolok, sedangkan warna mencolok ditampakkan oleh warna primer.
8. Hukum Penekanan (Law of Emphasis)
Bila semua ditonjolkan maka yang akan terjadi adalah tidak ada yang dapat ditonjolkan (all emphasis is no emphasis). Penekanan merupakan hal yang penting dan hal ini berkaitan erat dengan hukum lainnya terutama hukum keberagaman dan skala.9
C. Teori Tipografi
Tipografi adalah seni memilih jenis huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia; menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda; menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia; dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda.
Suatu font huruf adalah urutan abjad lengkap dengan tanda dan pungtuasi, dan suatu family huruf adalah seperangkat huruf dengan kelebaran, ukuran, dan variasi yang berbeda-beda. Ada dua kelompok huruf utama, huruf untuk display dan book atau text, meskipun huruf text dengan ukuran yang lebih besar dapat digunakan untuk tujuan display. Suatu tipikal gabungan antara huruf display dan text adalah digunakan jenis huruf sans serif untuk display dan jenis huruf serif untuk huruf yang dicetak kecil untuk teks. Serif adalah garis tipis yang ada di ujung kaki atau lengan huruf. Jenis huruf serif lebih mudah dibaca dalam jenis huruf dengan ukuran kecil, dan khususnya pada kertas yang mengkilat dibanding dengan jenis huruf sans serif. Buku-buku dan surat kabar-surat kabar umumnya diset dalam jenis huruf serif.
Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan, kemenarikan dan desian huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diklankan.10
D. Teori Warna Aktif
Untuk banyak orang kombinasi dari warna-warna primer, sekunder dan tertier mengesankan kegiatan olahraga, perjalanan, kesenangan atau liburan. Kebanyakan dari kombinasi warna ini tidak termasuk warna ‘alami’ tapi karena mereka merupakan warna alami yang dilebih-lebihkan, mereka biasanya digunakan untuk menyampaikan kesan outdoor, perjalanan keliling dunia, hal yang eksotis dan petualangan, Karena intensitas mereka, kombinasi warna ini biasanya ditujukan untuk orang muda dewasa yang aktif. Jarang kombinasi warna dengan intensitas seperti ini ditujukan untuk audience yang lebih tua dan koservatif.11
E. Teori Poster
Karakteristik media ini dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Ukuran dan dominasi. Karena ukurannya yang pada umumnya cukup besar, maka poster mendominasi pemandangan dan mudah menarik perhatian.
2. Warna. Kebanyakan poster dihiasi dengan aneka warna, dengan gambar-gambar dan pemandangan realistis sehingga memudahkan pemirsa untuk mengigatkan produk yang diwakilinya.
3. Pesan-pesan singkat. Karena dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang yang sedang bergerak, dan poster mungkin saja hanya dari kejauhan, maka kalimat atau pesan-pesan tertulis, biasanya terbatas pada slogan singkat atau sekedar satu nama yang sengaja dicetak dengan huruf yang besar-besar dan mencolok.
4. Zoning. Kampanye iklan secara umum dapat diorganisir dalam suatu daerah atau kota tertentu. Tapi sebuah kampanye yang berskala nasional dapat dirancang secara lebih rinci jika pengiklannya menggunakan poster. Pemasangan poster dalam jumlah minimum bisa diatur di setiap kota untuk menjamin kesempatan menyimpakan yang maksimum dari pemirsa. Penenpatan poster secara strategis dapat menciptakan suatu kampanye iklan yang sangat ekonomis. Dalam perencanaan kampanye yang memakai aneka rupa media (multimedia planning), wilayah siaran televisi regional biasanya digunakan sebagai basis pemilahan masing-masing media iklan.
5. Efek mencolok. Mungkin karakteristik poster yang paling penting adalah kemampuannya dalam menciptakan kesan atau ingatan pemirsa melalui penebalan warna, ukuran dan pengulangan.12
F. Teori Identitas Perusahaan
Identitas perusahaan (corporate identity) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan-perusahaan lainnya. Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal kahs/unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu, memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu. Identitas perusahaan memiliki elemen-elemen utama yang meliputi warna/bentuk bangunan atau pabrik, tipe logo, atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan. Hal ini sama juga diupayakan melalui penyeragaman tempat tinggal, dan sering pula diaplikasikan pada segala hal yang dicetak, serta berbagai barang seperti barang pecah belah atau serbet.
Selain warna, bentuk huruf juga harus dipilih dengan hati-hati berdasarkan empat pertimbangan berikut.
1. Setiap bentuk huruf mengandung kesan atau karakter tertentu yang berbeda satu sama lain.
2. Huruf-huruf sans serif secara umum lebih mudah dibaca daripada huruf-huruf serif, apalagi jika dicetak dalam ukuran kecil.
3. Tidak semua mesin cetak memiliki bentuk huruf yang lengkap, sehingga ada kemungkinan mesin tersebut tidak bisa menyajikan bentuk huruf yang anda pilih. Ini merupakan suatu masalah yang bisa diatasi dengan penataan huruf-huruf lewat teknik fotografik modern dan sistem desk top.
4. Ada sebagian bentuk huruf yang nampak menarik apabila ditayangkan dalam ukuran besar, tetapi tidak terlalu mudah dibaca (khususnya apabila bentuk huruf tersebut mempunyai garis horizontal yang rendah, misalnya ukuran dari huruf-huruf dasar seperti ‘b’, ‘p’, ‘h’) jika disajikan dalam ukuran teks yang kecil. Pertimbangan-pertimbangan ini sangat penting dalam periklanan-periklanan di media massa, jika koran-koran daerah diharapkan menata iklan yang akan dimuat pada cabang lokal dari sebuah perusahaan nasional seperti agen-agen perumahan yang besar, maka keempat faktor ini harus senantisa diperhatikan.13
G. Teori Fotografi Pacuan Kuda
Tak lama setelah diperkenalkannya kamera, kuda telah diabdikan dalam fotografi. Kini, para fotografer kuda telah tersebar diseluruh Amerika, menerbitkan karya mereka mengenai kuda yang mengagumkan dalam majalah, brosur peternakan, dan menempatkan foto-foto tersebut dalam album keluarga dan bingkai foto.
Fotografer kuda memberikan rasa cinta yang besar kepada peralatan mereka, kamera, dan pemikiran mereka yaitu kuda yang cantik dengan bentuk fisiknya yang mengagumkan dan sikap tenangnya yang tak terkalahkan. Area fotografi ini, sebagai suatu spesialisasi, mempunyai suatu potensi yang besar. Para pemilik kuda menyukai kudanya sebagaimana para pecinta anjing dan kucing. Tapi untuk memelihara seekor kuda kita harus mempunyai penghasilan yang besar. Kuda membutuhkan tempat tinggal, banyak makanan, dan perawatan dan perhatian yang berkelanjutan. Hal itu merupakan tugas yang berat, dan merupakan suatu investasi yang utama baik dari segi waktu dan uang. Karena itu, para fotografer yang menyukai kuda dan mempunyai ketrampilan yang baik, adalah memungkinkan untuk berhasil dalam bidang ini, yang membedakannya dari sekedar pengamat atau pengagum pada umumnya.
Mungkin kita tidak terbiasa memotret kuda, namum dengan bantuan dan keahlian dari orang lain yang ahli, kita bisa mendapatkan arahan yang diperlukan untuk memotret kuda dalam suatu arahan yang berbeda, sesuai yang seharusnya. Tak lama setelah orang-orang mulai menunggang kuda, mereka akan memulai masuk ke langkah logis berikutnya yaitu menunggang hewan yang luar biasa ini dalam suatu pacuan.
Fotografi tidak hanya sebagai kunci untuk menentukan pemenang dari berbagai pacuan kuda, namun juga memerankan sesuatu yang penting dalam pasar artistik diantara pemilik kuda pacuan dan pencinta pacuan. Kuda jantan hitam dan kuda putih Clydesdale, atau Kuda Morgan yang berwarna coklat, memberikan suatu objek bagi kamera untuk merekam sesuatu bentuk yang atletis dan kuat dari kuda. Secara bersamaan, fotografi kuda memegang peranan penting dalam kehadiran historik dan estetika dalam bidang pacuan kuda. Dan saat para kuda kembali ke kandangnya, foto-foto ini menyimpan suatu drama.
Pacuan kuda mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1930-an sampai 1950-an. Tidaklah kebetulah bahwa dalam masa itu Bert Morgan, fotografer pacuan yang resmi pada Asosiasi Pacuan Kuda New York, membuat suatu karya yang berpengaruh dan mempunyai profil yang kuat. Sudut pandang standar para fotografer pacuan kuda saat ini adalah merupakan pengaruh dari ciri khas Morgan. Contohnya: pengambilan foto dari balik pagar dan pengambilan gambar kepala dari pacuan kuda yang merupakan ciri khas Morgan.
Saat kita mengambil foto dari jauh maupun dekat, kita harus mengadakan observasi dan mengetahui temperamen dari kuda. Seperti makhluk hidup lainnya, setiap kuda adalah berbeda. Kuda dapat melompat-lompat, meringkik, dan menginjak-injak dengan kekuatan yang luar biasa, sehingga kita harus tahu bagaimana memperlakukannya. Dalam banyak hal, pemahaman atas subyek diperoleh dari menghabiskan waktu dengan para kuda dan mengetahui apa yang mereka sukai dan tidak sukai.
Seperti yang telah disebutkan, ada beberapa tipe kasik dari gambar-gambar fotografi pacuan kuda, namun, penting untuk diingat untuk menciptakan suatu keanekaragaman. Hanya karena sudut pandang tertentu telah dipakai selama bertahun-tahun, tidak berarti bahwa kita harus terus mengulanginya. Contohnya karya foto “Hamering Thor” yang indah. Gunnar, pemotretnya tidak mengambil foto dari luar jalur pacuan supaya tidak mengganggu para kuda, namun ia mengambil sudut pandang yang tinggi dari atas ke bawah arena rumput pacuan. Hasilnya, kita akan mendapatkan perspektif yang unik dan menarik. Kita tidak selalu merasakan intensitas dari suatu pacuan kuda seperi halnya kita mengambil foto dari luar jalur pacuan. Yang terpenting adalah sudut pandangnya Gunnar menunggu sampai para kuda mendekati sasaran dengan bayangan mereka.
Foto garis finish dari suatu pacuan kuda terkadang bisa menjadi peristiwa pengambilan foto yang paling tepat, dalam hal keuntungan dan kemungkinan untuk menentukan pemenang pacuan. Dalam hal ini, adalah penting untuk mengambil memotret sebanyak mungkin. Umumnya memerlukan lima sampai tujuh kali pengambilan foto, sampai kuda medekati dan melewati garis finish. Adalah penting untuk mengambil jarak yang dekat ke kuda yang dipotret saat ini. Yang paling penting, jangan menggunakan cahaya lampu kilat yang terlalu kuat. Ini bisa membuat kuda terganggu dan mengamuk.
Pada jalur pacuan pada umumnya, urutan pengambilan foto pacuan yang sebenarnya diambil oleh kamera khusus yang dimiliki arena pacuan untuk mengambil foto kuda saat mendekati garis finish. Kamera jenis ini membuat foto yang unik juga.
Bukan merupakan hal yang penting untuk melakukan sentuhan akhir secara digital pada foto yang dihasilkan. Terdapat banyak area pada pacuan yang memungkinkan keanekaragaman pengambilan foto. Contohnya, memotret kuda sedang sedang berkeliling atau berlari dari bukit kecil bisa menciptakan suatu kepuasan tersendiri dalam pacuan. Kita tidak menginginkan untuk meng-crop foto kuda sebagai subyek utama, sehingga kita harus memperhatikan secara seksama pemandangan sekelilingnya supaya mendukung keindahan foto. Hal ini sangat penting saat kita memotret sekelompok kuda. Selain itu, jangan sampai ada bagian tubuh kuda, terutama hidungnya, yang terpotong dalam pengambilan gambar, karena akan terlihat janggal.
Musim pacuan kuda berlangsung dari April sampai November. Cuaca di banyak tempat akan menjadi baik kembali. Kita bisa menerapkan teori tentang fotografi pacuan pada pacuan yang sebenarnya. Hal ini sangat penting dalam mengembangkan bakat kita. Mengambil foto dari berbagai subyek bisa memberikan tantangan pada pekerjaan kita dan secara bertahap akan membuat tekhnik fotografi kita makin baik untuk jangka panjang. Yang terpenting adalah, perlu diingat bahwa mengunjungi pacuan kuda adalah suatu cara yang paling menyenangkan untuk menghabiskan waktu, bernostagia dan menikmati romansa yang terpancar dari pacuan kuda tersebut.14
BAB III
TINJAUAN DATA
A. Tinjauan Umum
Secara garis besar, olah raga berkuda mempunyai nomor-nomor perlombaan sebagai berikut.
Skema 3.1
Jenis Olah raga Berkuda
Kejuaraan Lompat Rintangan merupakan keahlian berkuda dalam melewati berbagai macam halangan seperti pagar, dinding dan kolam. Pada kejuaraan tersebut terdapat banyak belokan yang tajam untuk menguji kemampuan kuda dalam melompat lurus setelah berbelok. Rintangan biasanya berdekatan satu sama lain.
Pada Lomba Tunggang Serasi kuda harus melakukan langkah-langkah dan gerakan-gerakan yang berbeda, termasuk gerakan-gerakan berputar dan berbalik. Kuda yang baik ialah kuda yang menuruti instruksi dari penunggangnya dengan cepat dan melakukan setiap gerakan dengan kontrol yang baik dan tepat. Selama berlomba penunggang dan kudanya harus bergerak bersama-sama dengan mulus. Mereka juga kompak sebab penampilan yang baik juga menjadi bagian dalam penilaian.
Dalam Lomba Tiga Hari kuda harus kuat, gesit dan prima, sanggup berlari berkilo-kilo meter, mampu untuk melewati setiap rintangan dan penurut. Kejuaraan ini berlangsung selama tiga hari.15 Polo adalah olah raga berkuda yang mirip permainan hoki, tetapi pemainnya menunggang kuda ketika mengejar bola untuk memasukkannya ke tiang gawang.16
Kejuaraan Pacuan Kuda yang diselenggarakan PORDASI pada Gelanggang Pacuan Kuda Pulomas adalah nomor Kejuaraan Pacuan kuda dengan lintasan Datar (Flat-racing). Kejuaraan ini mengadu kecepatan untuk melintasi jalur dengan jarak yang ditetapkan hingga mencapai garis finish. Kuda yang paling dahulu mencapai finish dinyatakan sebagai pemenang. Pada garis finish terdapat kamera untuk memotret kuda yang lebih dulu menyentuh garis tersebut. Hal ini akan mempermudah penilaian apabila ada kuda-kuda yang saling berdekatan ketika mencapai finish.
B. Tinjauan Khusus
Jenis olah raga berkuda yang dipilih adalah olah raga Pacuan Kuda pada lintasan datar dengan joki penunggang. Nama acara adalah Final Piala Tiga Mahkota Seri III. Alasan pemilihan kejuaraan ini adalah selain dilakukan rutin setiap tahun, kegiatan ini memiliki pengunjung paling banyak karena Pengurus Besar Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PB PORDASI) sebagai penyelenggara mengundang peserta dari berbagai daerah baik perorangan maupun regu dan didukung oleh masing-masing daerah. Daerah-daerah yang ikut serta dalam perlombaan ini adalah sebagai berikut.
1. DKI Jakarta (Budi Manis Stable, J. S. Stable, Victory Stable).
2. Jateng (Trijaya Stable).
3. Kaltim (Kumala Stable).
4. Sumbar (Sakti Stable, Pasadama Stable, Sago Stable, Nikita Stable, Cienggang Stable, Rintop Stable, Bendang Stable).
5. Sulut (Putra Sumba Stable, Gita Stable, Tiple “R” Stable).
6. NTT (Putra Sumba Stable).
7. Jatim (Balang Stable, Trojan Stable).
8. Jabar (Manglayang Stable, Kartika Stable, Aragon Stable, O. K. K. Stable).
9. Jateng (Tombo Ati Stable, Lala Stable, Alva Stable, Manfaat Stable, D. K. Stable, Sukun Stable).
10. D. I Yogya (Bullion 99 Stable).
Lokasi acara tepatnya di Gelanggang Pacuan Kuda Pulomas Jl. Pulomas I no. 1 Jakarta Timur pada tanggal 25 Juli 2004 jam 11.00 WIB sampai selesai yaitu sekitar jam 16.45. Nama-nama piala yang ada pada kejuaraan tersebut disesuaikan dengan nama sponsor. Misalnya memiliki Sponsor bernama PT. Toyota Astra Motors, maka piala tersebut bernama Piala PT. Toyota Astra Motors. Tiket masuk pada kejuaraan ini seharga Rp 1000,00 per orang
Nama-nama Piala pada acara ini adalah sebagai berikut.
1. Piala Nikita Stable (Kelas Bonsai-400 m).
2. Piala Princess (Kelas Sandel-600 m).
3. Piala Putra Sumba Stable (Kelas 2 Tahun Perdana-600 m).
4. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas 2 Tahun Pemula C/D-800 m).
5. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas 2 Tahun Pemula A/B-1.000 m).
6. Piala Tombo Ati Stable (Kelas D/E-1.100 m).
7. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas Remaja-1.200 m).
8. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas C-1.400 m).
9. Piala Hadikusumo (Kelas B-1.600 m).
10. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas Derby 1.200 m).
11. Piala PT. Toyota Astra Motors (Kelas A Terbuka-1.850 m).
Pengunjung yang datang diharapkan mencapai 3.000 orang pada setiap perlombaan hingga 10.000 orang bila dengan publikasi (misalnya melalui media cetak). Acara ini dilaksanakan dalam rangka melestarikan budaya dan sebagai perkembangan peternakan kuda dalam mengembangkan kuda-kuda bermutu tinggi. Pada kejuaraan ini kuda-kuda terbaik saling berlomba untuk membuktikan kemampuannya dalam berpacu.
Peristiwa ini dibuat dengan standar yang telah ditetapkan, misalnya ada kelas Tradisional dan kelas Nasional. Pada kelas Tradisional jenis yang diperlombakan adalah kuda asli Indonesia seperti kuda Sandel. Sedangkan pada kelas Nasional menggunakan kuda-kuda terbaik dari hasil persilangan dengan kuda luar negri. Joki memakai pakaian dan peralatan pada kejuaraan pacuan kuda pada umumnya seperti baju berwarna cerah yang mewakilkan warna tim tersendiri dan topi berkuda. Kuda dilengkapi dengan pelana dan tali kekang.
Susunan acara dimulai dengan kata sambutan dari pejabat, Menteri Olah raga dan KONI. Acara berlangsung sesuai jadwal dan pada saat pergantian babak diselingi dengan musik/ band untuk menghibur penonton.
Kuda-kuda yang akan berpacu dalam arena, sebelumnya harus melewati tes air seni dan tes darah yang diselenggarakan oleh panitia. Pemeriksaan juga dilakukan secara khusus terutama jika ada kuda yang menunjukkan kelainan ketika berpacu. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya zat-zat terlarang (doping).
Selanjutnya setelah melewati tes air seni dan tes darah, kuda yang akan turun pada pacuan berikutnya, berkeliling pada arena kecil di sisi arena pacuan dengan dituntun oleh seorang petugas. Setelah itu, kuda dinaiki oleh joki mengitari arena sekali untuk selanjutnya bersama kuda-kuda lainnya bersiap-siap menuju garis start.
Tujuan menyelenggarakan lomba ini adalah untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kuda (masyarakat pencinta kuda). Dalam acara ini juga dimeriahkan dengan penjualan makanan dan minuman.
Yang dilakukan PORDASI guna meningkatkan mutu kejuaraan tersebut adalah dengan bekerjasama dengan para sponsor dengan imbalan berupa publikasi atau promosi; bekerja sama dengan para Produsen misalnya produk obat-obatan, makanan, minuman, bank serta bekerja sama dengan TV swasta.
C. Profil Penyelenggara
Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) didirikan pada tahun 1966 yaitu sebuah organisasi berkuda yang merupakan satu-satunya yang telah diakui oleh KONI Pusat. PORDASI dibentuk atas prakarsa empat daerah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan satu klub SEKARDIU yang dibentuk corps Kavaleri Bandung. Sebagai Ketua Umum pertama adalah Achmad Syam dari Bogor, PORDASI diakui oleh pemerintah dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Olahraga tanggal 28 Oktober 1996, nomor: 016/tahun 1996. Sejak itu PORDASI selalu aktif menyelenggarakan perlombaan-perlombaan, baik dalam pacuan kuda maupun lomba ketangkasan berkuda. Bahkan Piala Soeharto, selalu diperebutkan dalam Kejuaraan Nasional Kuda Pacu.17
Areal Kejuaraan Pacuan Kuda yang ada di Pulomas merupakan kerjasama antara PORDASI dengan PT Pulo Mas Jaya berupa penyewaan areal olahraga berkuda tersebut. PT Pulo Mas Jaya telah mengembangkan kawasan olah raga berkuda seluas 43,7 Ha. PT Pulo Mas Jaya merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta. Pacuan Kuda Pulomas didirikan pada tahun 1971 di dekat perumahan perdana di Jakarta yang dibangun sekitar tahun 1959 atau 1962. Luas kawasan pacuan kuda itu seluruhnya mencapai 24 hektar. Areal balap kuda dilengkapi dengan danau. Saat ini di ruang terbuka tersebut digunakan untuk pembinaan atlet PORDASI.
Tujuan PORDASI adalah sebagai wadah, induk dari klub-klub berkuda dan Pengda-pengda (Pengurus Daerah) Berkuda dan sebagai wadah untuk menyalurkan hobi. Sedangkan visi dan misi PORDASI adalah mencari bibit kuda unggul Indonesia dengan cara menyilangkan kuda lokal dengan Thoroughbred atau Warm-blood dari Australia. Serta menyerap tenaga kerja seperti pelatih kuda, joki, perawat kuda, pencari rumput, pengrajin (membuat sadel dan peralatan kuda lainnya), produksi pakan (Bren yang terbuat dari terigu, vitamin, jagung, kacang hijau dan sebagainya).
Susunan dan Personalia Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP PORDASI) Masa Bakti 2002-2007:
1. Pembina : Menteri Dalam Negeri
Menteri Pertanian
Menteri Sosial
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Gubernur Propinsi DKI Jakarta
2. Penasehat : Prof. DR. Fuad Hassan
Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto
Mayjen TNI (Purn) Pribadi Poedjajadi
H. Idra Rukmana
3. Ketua Umum : Drs. Roesmanhadi, SH. MM
4. Wakil Ketua Umum : Mayjen TNI (Purn) A.T. Paruntu, S. lp
5. Sekretaris Umum : Umbu S. Samapaty, SH
6. Bendahara Umum : Drg. Sybilla H. Hardikusumo
7. Kabahumas : E. Hana Simanjuntak
8. Wakabahumas : Drs. H. Lukman Didong.
9. Majelis Pakar
a. Ketua : Mayjen TNI (Purn). Sulatin
b. Sekretaris : Letkon Kav. (Purn) Suheryana
c. Angg. Bid. Pengemb. Pacuan : R.H. Ali Badri Zaini
d. Angg. Bid. Pengemb. Equestrian : Rafiq Hakim R.
e. Angg. Bid. Pengemb. Peternakan : Ny. Oetari S.
f. Angg. Bid. Pengemb. Polo : Drs. H. Syaukani HR, MM.
10. Komisi Oritbang & Binkum
a. Kepala Bidang Orlitbang : DR. Bambang Heru M. Sc.
b. Kepala Bidang Pembinaan : Drh. Moch. Nurhadi
c. Kepala Bidang Hukum : Alex Sato Bya, SH
11. Komisi Pacuan
a. Ketua : Brigjen TNI (Purn) H. Ikasuma H.
b. Wakil Ketua : Mohammad Chaidir S., MBA
c. Sekretaris : Tonny Rumambie
d. Wakil Sekretaris : Herian Matrusdi
e. Bendahara : H. Syahrul
f. Bidang Dana/Usaha : Ir. H. M. Munawir
Isril Zainal
12. Ka. Bid. Program : Edwin Basuki
13. Ka. Bid. Teknik & Perwasitan : Berd Supit
14. Ka. Bid. Kesehatan Hewan : Drh. Mudjo Semedi
15. Ka. Bid. Registrasi : Noviardi, Amd.
16. Komisi Equestrian
a. Ketua : Irvan Yusrizal Gading, ISE
b. Wakil Ketua : Alfons Tungadi
c. Ketua Harian : Pingkan Ulmer
d. Sekretaris : Marissa Thalib
e. Wakil Sekretaris : Widjaya M. Noeradi
f. Bendahara : Idaharyati Thalib
g. Humas & PR : Larasati Gading
h. Pembinaan & Orlitbang : Ronny Lukito
i. Pengawasan Teknik & Perwasitan: Mulyono Sugito
Ir. Rasika Wiyarti
j. Veterinary : Drh. Wirasmono S.
Drh. Narti
k. Peternakan : Drh. Bambang Purwantara
Budi Tulodo
l. Penanggung Jawab Dressage : Barbara Pulungan
m. Penanggung Jawab Show Jumping : Nico Pelealu
n. Penanggung Jawab Eventing : Lina Aro Hardy
o. Penanggung Jawab Endurance : Winson Pola
17. Komisi Peternakan dan Kesehatan Hewan
a. Ketua : DR. Drh. Soehadji
b. Wakil Ketua : Ir. Don P. Utoyo, MBA
c. Sekretaris/Bendahara : Ir. S. Nusantara Nasution, M. Agr.
d. Ka. Bid. Peternakan : Ir. Jacky P.L. Toruan
e. Ka. Bid. Kesehatan Hewan/Kuda : Drh. Abdul R.
f. Ka. Bid Umum : R. H. Rachman G. P., MSc. Phd.
g. Kepala Biro Registrasi Kuda : Drh. Sridadi Wiryosuhanto
h. Wak. Kep. Biro Reg. Kuda : Ir. Putu Gde Sukertia
18. Komisi Polo
a. Ketua : Eddy Yunarko
b. Wakil Ketua : Ir. Don P. Utoyo, MBA
c. Sekretaris : Noviardi Sikumbang
d. Bendahara : Lily Joehanes
e. Ka. Bid. Orlitbang : Iwan Darmawan
f. Peraturan & Pertandingan : Drs. M. P. Siahaan, SH
Susunan Panitia Penyelenggara Kejuaraan Pacuan Kuda Tingkat Nasional “Piala Tiga Mahkota”
1. Organisasi Penyelenggara : Komisi Pacuan PP Pordasi
2. Penasehat : Drs. Roesmanhadi, SH, MM
A.T. Paruntu, S. lp
H. Ikasuma Hamid
Drs. H. Syaukani, HR, MM
H.E. Bahar
Budiono Gunawan, MBA
Pelaksana dalam Kejuaraan Tingkat Nasional “Piala Tiga mahkota” adalah sebagai berikut
1. Ketua : Edwin Basuki
2. Sekretaris : Herlan M. Rusdi
3. Benddahara : H. Syahrul
4. Administrasi Perlombaan : Noviardi Sikumbang
5. Perlengkapan Lapangan : Wahono AT
6. Konsumsi : Nora Robot
7. Dokumentasi & Publikasi : Firdaus Ismail
8. Pengukuran Kuda & Vteriner
a. Ketua : Bert Supid
b. Anggota : Drh. Mudjo Semedi
Dewan stewards
a. Ketua : Bert Supid
b. Anggota : Eddy Saddak
Widodo W. Kaliprogo
c. Pembantu Stewards : Sugiarto
d. Hakim Pacuan : D.M. Fakih, SH
e. Pencatat Waktu: Arsyad Magu
f. Anouncer : Kusmadi Soeparno Andes
g. Pelepas Kuda : Rudy Robot
h. Juru Timbang : Djamiyanto
i. Foto Finish : Arifin-Djoko Waluyo
j. Kuri Foto Finish : Zainal
k. Joki Room : Agus Purwanto-Gino
l. Petugas Teknik : Paryono
m. Sound System : Syamsul Bahri
n. Keamanan : Polsek Metro Pulo Gadung
Satpam PT. Pulo Mas Jaya18
Selama ini PORDASI telah mengikuti beberapa kegiatan kompetisi, baik yang internasional maupun tingkat nasional. Di internasional turut terjun dalam Asian Games, SEA Games, ASEAN dan sebagainya. Sedangkan tingkat nasional secara tetap kini turut serta dalam Pekan Olahraga Nasional (PON). Walaupun di tingkat internasional Indonesia belum begitu banyak bicara, tetapi keikutsertaan PORDASI di arena internasional, merupakan modal utama bagi perkembangan dan peningkatan prestasi olahraga di Indonesia. Tercatat beberapa atlet berkuda yang cukup memiliki prestasi, diantaranya sebagai berikut: Eng Haryanto, Samri, H. Lumenta, Puspa Utama, Sanusi dan lain-lainnya. Sedang di tingkat remaja masih terdapat nama-nama seperti Oxi S. Graha, Luhur Dewantoro, Maya D. Pusponegoro, Yanti Soediro, Heru Yasmin dan lain-lain.19
Selain menyelenggarakan Kejuaraan olahraga berkuda PORDASI juga menyelenggarakan Pameran Kuda dan “Bursa Kuda” sebagai maksud dan tujuan untuk memantau perkembangan ternak kuda, sampai sejauh mana (kuantitatif maupun kualitatif), yang dicapai oleh para peternak kuda dalam menghasilkan kuda pacu/olahraga di Indonesia yang pembinaannya berdasarkan Pola Lokakarya Ternak Kuda Tahun 1975. Selain itu juga untuk mendorong para peternak kuda meningkatkan populasi dan mutu kuda pacu/olahraga menuju Kuda Indonesia yang diinginkan.
B. Profil Sponsor
1. PT. Toyota Astra Motors
a. Visi dan Misi
Visi dan misi PT. Toyota-Astra Motors (TAM) adalah Profesional Berkelas Internasional. Dengan komitmen untuk selalu mengutamakan kepuasan pelanggan, TAM, sebagai perusahaan pelopor industri otomotif Indonesia, senantiasa terus menerus menciptakan inovasi terbaiknya. Hal ini selaras dengan visi TAM untuk menjadi perusahaan industri otomotif berkelas internasional.
Guna mewujudkannya, TAM mencanangkan misi untuk tetap unggul di bidang industri otomotif dan kepuasan pelanggan; selalu memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial; meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan kepercayaan dengan karyawan, dealer dan pemasok; memelihara kelangsungan lingkungan hidup dan keselamatan kerja; serta menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan kerjasama tim.
b. Komitmen PT Toyota Astra Motors
Komitmen TAM adalah Mengembangkan Bisnis, Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Guna mendukung program lokalisasi komponen, saat ini TAM telah menggunakan suku cadang dan komponen dari sekitar 100 pemasok dalam negeri dan akan terus bertambah. Dalam upaya memacu kualitas, TAM menyelenggarakan berbagai program, seperti TMC (Toyota Manufacturing Club) hingga pengenalan Sistem Produksi Toyota - Toyota Production System (TPS) seperti Kaizen dan Kanban yang mampu membantu mereka mencapai tingkat kualitas dan biaya yang kompetitif.
Sebagai bagian masyarakat, TAM berupaya menyempurnakan peran dan tanggung jawab sosialnya. Misalnya dengan mendirikan Yayasan Toyota & Astra pada tahun 1974. Hal ini selaras dengan tujuannya yaitu turut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan bantuan pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek. Diawali dengan memberikan beasiswa sebesar Rp 10 juta pada 41 mahasiswa di lima universitas tahun 1976, menjadi Rp 2,9 miliar untuk beasiswa 555 mahasiswa di 47 universitas serta dana berbagai kegiatan yayasan lainnya meliputi penelitian, alat peraga pendidikan, pelatihan wiraswasta hingga praktek kerja magang.
Aktivitas sosial melalui apresiasi seni pun tak luput dari perhatian TAM. Sejak 1992, secara berkala didatangkan kelompok orkestra terkemuka dunia melalui program Toyota Classic. Juga mengadakan program Lintas Nusa sebagai bakti sosial pertiwi dalam rangka 50 tahun kemerdekaan Indonesia, sebanyak 50 Kijang menjelajahi Banda Aceh hingga Larantuka di Nusa Tenggara Timur sepanjang lebih dari 6000 km.
c. Kinerja (Performance)
1) Pelopor Kendaraan Keluarga Indonesia
Menyebut nama Toyota di Indonesia tak bisa dipisahkan dengan salah satu kendaraan produksinya yang merajai pasar dan hati masyarakat yaitu Kijang. Sejak generasi pertama diluncurkan tahun 1977, Kijang mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat.
Begitu pula ketika generasi kedua Kijang diluncurkan pada tahun 1981, animo masyarakat semakin meluap. Bahkan menjamurnya industri karoseri turut mengubah Kijang dari kendaraan niaga menjadi kendaraan keluarga. Reputasi Kijang meroket sejak tahun 1986, tatkala diluncurkannya generasi ketiga yaitu Super Kijang, yang tercermin dari total produksi yang mencapai hingga 300.000 unit Kijang di tahun 1991.
Setahun kemudian Kijang menggunakan Toyota Original Body yang 100% bebas dempul, menjadikan kualitas bodinya setara sedan. Dua tahun setelah mesin Kijang ditingkatkan menjadi 1800 cc di tahun 1995, TAM meluncurkan Kijang generasi ke-4 (tahun 1997), dengan pilihan mesin bensin dan diesel serta varian mewah Krista dan transmisi otomatis. Di awal tahun 2000, TAM melengkapi mesin Kijang 1800 cc dengan kecanggihan EFI (Electronic Fuel Injection). Diikuti dengan kehadiran Kijang 2000 cc EFI, varian baru yang lebih mewah, canggih dan bertenaga besar. Total produksi pun terus meroket, hingga akhir tahun 2000 lebih dari 800.000 unit Kijang menjelajahi kota-kota di Indonesia. Peningkatan yang terjadi pada ekspor Kijang untuk konsumen mancanegara terlihat dari total nilai ekspor Kijang yang mencapai USD 71.827.617 hingga tahun 2000.
2) Mengasah Kemampuan, Meningkatkan Kesejahteraan
Dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia untuk program alih teknologi, TAM secara berkesinambungan mengirim teknisi berbakatnya ke TMC (Toyota Motor Corporation) Jepang untuk mengikuti pelatihan ICT (Intra-Company Transfree) selama 1 sampai 2 tahun, disamping program jangka pendek 3 sampai 10 bulan. Melalui berbagai pelatihan tersebut, lebih dari 1000 karyawan TAM telah dikirim ke Jepang untuk berbagai program. Kemampuan wiraniaga TAM juga terus ditingkatkan melalui beragam sales training maupun workshop. Dengan demikian mutu pelayanan terhadap pelanggan semakin ditingkatkan.
Guna lebih memacu kemampuan teknisi, TAM menggelar kontes keterampilan teknisi setiap tahun. Para juara diikutsertakan dalam kontes internasional, dan berkali-kali pula teknisi TAM meraih juara pertama. Hal ini menandakan bahwa kualitas teknisi TAM tak kalah dibanding teknisi Toyota dari negara lain. Pada tahun 1991, TAM mendirikan fasilitas Pusat Pelatihan Toyota di atas lahan 1200 m². Dalam setahun rata-rata 1500 peserta dari berbagai tingkatan teknisi dan service advisor baik dari TAM sendiri maupun dealer, telah memanfaatkan fasilitas ini.
Kesejahteraan karyawan pun senantiasa diprioritaskan, dengan menyediakan berbagai fasilitas seperti olah raga, rohani, kesehatan hingga koperasi. Dan untuk menjalin keakraban sesama karyawan TAM, setiap tahun diadakan Family Day yang melibatkan seluruh jajaran, dari direksi hingga staf.
3) Tradisi Keunggulan
Setelah didirikan tahun 1971 sebagai distributor kendaraan merek Toyota, TAM memulai kegiatan perakitan (assembly) dan penjualan kendaraan yang diimpor secara terurai (CKD). Setelah itu, TAM memperluas bidang usahanya ke arah pencetakan bodi (stamping), permesinan (engine, machining & casting), serta pembuatan perangkat produksi (dies & jigs). Pada bulan Desember 1988, TAM memantapkan posisi dan reputasinya sebagai produsen dan distributor kendaraan melalui penyatuan beberapa perusahaan manufaktur komponen terkait.
Reputasi TAM sebagai produsen dan distributor mobil papan atas di Indonesia banyak ditunjang oleh kesuksesan Kijang sebagai kendaraan terlaris di Indonesia selama berpuluh tahun. Sejak diluncurkan tahun 1977, Kijang telah mengalami perubahan-perubahan berkat inovasi teknologi dan semakin memantapkan reputasinya sebagai kendaraan serbaguna yang memiliki variasi model paling banyak. Kijang generasi keempat yang diluncurkan bulan Januari 1997 juga meraih sukses luar biasa. Produksi Kijang terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan berhasil mencapai akumulasi total penjualan yang tak tertandingi yaitu sebesar 730.000 unit pada akhir 1998.
Disamping keberhasilannya mengantar TAM memimpin pasar otomotif, Kijang juga sukses menawarkan gaya hidup baru pada masyarakat Indonesia dengan memperluas fungsinya lebih dari sekedar sarana transportasi. Bila direntangkan, sejarah perkembangan Kijang berlangsung sejak mulainya era motorisasi di Indonesia hingga saat ini.
4) Pertumbuhan yang Didukung Teknologi Unggul
Teknologi pengembangan produk, rekayasa teknik produksi, dan strategi pemasaran telah mendorong laju pertumbuhan produksi yang luar biasa. Hasil yang nyata tercermin pada tercapainya produksi TAM ke-1.000.000 unit di bulan Agustus 1996.
Sejak didirikan, TAM telah menaruh perhatian pada proses pencetakan bodi (Stamping) dan permesinan (machining & casting). Melalui kerja samanya dengan TMC, pihak TAM kini telah memulai pembuatan desain produk dan rekayasa teknik produksi dengan bantuan komputer (CAD/CAM).
Secara proaktif TAM terus mendorong pemakaian suku cadang dan komponen lokal sejak tahap awal produksi. TAM melakukan penilaian secara menyeluruh saat pemilihan pemasok lokal, mencakup kualitas, harga, dan kemampuan produksinya. Sebagai wujud dukungan luas kepada para pemasok TAM memperkenalkan Sistem Produksi Toyota (TPS) seperti Kaizen dan Kanban. Penerapan sistem produksi inilah yang kemudian membantu mereka mencapai kualitas dan biaya yang kompetitif dan berstandar internasional. TAM juga mengandalkan sumber daya manusianya untuk mewujudkan prinsip ‘Berkembang Bersama’.
Besarnya perhatian ini ditujukan antara lain, dengan mengirimkan insinyur muda dan staff berbakat ke TMC dalam program pelatihan Intra-Company Tranferee (ICT) selama satu sampai dua tahun. Sedangkan program kerja praktek selama tiga sampai sepuluh bulan tersedia bagi teknisi dan maupun staff produksi lainnya. Secara keseluruhan, lebih dari 1.000 pegawai telah dikirim ke Jepang untuk beragam program pelatihan yang menghasilkan penguasaan teknologi maju, kemampuan manajemen dan keterampilan teknis yang lebih tinggi.
Seiring dengan pertumbuhan pasar di Indonesia, TAM telah mengambil langkah-langkah nyata dalam hal manajemen kualitas serta pelestarian lingkungan. Pada tahun 1998, pabrik mesin TAM berhasil meraih sertifikasi ISO 9002 untuk manajemen pengendalian kualitas di bidang manufaktur. Pada saat yang bersamaan, pabrik perakitan di Sunter berhasil meraih ISO 14001 untuk sertifikasi pengelolaan lingkungan. Secara umum, TAM juga selalu mengupayakan terciptanya lingkungan kerja yang bersih dan menyenangkan bagi seluruh karyawannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, pabrik perakitan Karawang yang modern dilengkapi dengan teknologi terbaru selesai dibangun pada tahun 1998. Pengoperasian pabrik yang memiliki fasilitas canggih ini mengacu pada manajemen kualitas dan pengelolaan lingkungan mutakhir.
5) Berjaya di Nusantara, Merambah Mancanegara
Komitmen TAM untuk menjadi yang terbaik di bidangnya telah dicanangkan sejak didirikan. Terbukti mulai tahun 1987 hingga sekarang, hampir setiap tahun TAM meraih triple crown peringkat teratas dalam kategori sedan, kendaraan niaga dan gabungan keduanya. Jika pada tahun 1991 total produksi Toyota masih sebanyak 200.000 unit, maka pada tahun 1989 meroket hingga 500.000 unit dan pada tahun 1996 berhasil menembus 1.000.000 unit Hingga akhir tahun 2000 telah melebihi 1,2 juta unit. Hal ini mencerminkan mobil Toyota berhasil menjadi raja di hati konsumen Indonesia.
Melakukan ekspor adalah salah satu upaya TAM dalam mempersiapkan diri menghadapi era perdagangan bebas tahun 2003. Hal ini telah dilakukan dari jauh hari sebelumnya, seperti melakukan ekspor perdana Kijang CBU sejak tahun 1987 ke beberapa negara Asia dan Pasifik, diantaranya Brunei Darussalam dan Papua Nugini. Ekspor mesin Kijang 5K (1500 cc) sejak tahun 1989 ke Malaysia, bahkan ekspor ke negara asalnya, Jepang, mulai tahun 1991. Ekspor perdana mesin Kijang 7K (1800 cc) pada tahun 1996 ke Taiwan, Filipina dan Jepang. Dilanjutkan ekspor CKD Kijang mulai tahun 1998 ke Malaysia, Taiwan dan Filipina. Sementara ekspor komponen terus bertambah seperti welding jigs, press dies, home jigs hingga engine assy sejak tahun 1987. Total nilai ekspor Toyota hingga akhir tahun 2000 sudah mencapai USD 431.938.818. Adalah suatu kebanggaan bahwa kualitas produksi TAM berhasil memenuhi tuntutan konsumen lokal maupun standar internasional di berbagai negara, sekaligus mendatangkan devisa bagi negara.
d. Profil PT Toyota Astra Motors
1) Jalan Panjang Menuju Sukses
Kisah keberhasilan Toyota dalam industri otomotif di Indonesia, berawal dengan diresmikannya PT Toyota-Astra Motors (TAM) pada tanggal 12 April 1971. Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1998, TAM, yang 51% sahamnya dikuasai PT Astra Internasional dan selebihnya dimiliki Toyota Motor Corporation Jepang, melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain PT Multi Astra (pabrik perakitan, didirikan tahun 1973), PT Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, didirikan tahun 1976), PT Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun 1982) dengan nama PT Toyota-Astra Motors. Merger ini dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam menjawab tuntutan akan kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif. Memasuki millenium ketiga, TAM semakin solid dalam memajukan industri otomotif. Untuk mewujudkannya, TAM didukung oleh 4544 karyawan, 2 pusat produksi (Sunter dan Karawang) serta pusat penyediaan suku cadang (Parts Center) terbesar di Indonesia. Sementara untuk pelayanan kepada para pelanggan, TAM didukung 5 dealer utama dengan 120 sales outlet dan 126 jaringan bengkel resmi yang tersebar di seluruh Indonesia.
2) Profil Perusahaan
Perusahaan ini memiliki Kantor Pusat (Head Office) yang terletak di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330. TAM Didirikan 12 April 1971. Modal disetor sebanyak Rp. 19.523.503.000,00 pada tanggal 31 Maret 2001. Pada tanggal 31 Maret 2001 jumlah karyawan mencapai 4544 orang. Pemegang Saham yaitu PT Astra International Tbk. sebanyak 51% dan Toyota Motor Corporation sebanyak 49%. Fasilitas Produksi Kawasan Sunter dan Karawang. Sunter dan Karawang Plant adalah Pabrik Perakitan, Pabrik Pengecoran, Pabrik Mesin dan Pabrik Pencetakan. Jaringan Dealer Toyota terdapat 5 Dealer Utama yaitu PT Astra International, PT New Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, NV Hadji Kalla Trd.Co. Outlet resmi TAM sebanyak 120 pada tanggal 31 Maret 2001. Bengkel resmi TAM sebanyak 126 pada tanggal 31 Maret 2001.
3) Tentang TAM
PT. Toyota-Astra Motor yang didirikan pada tahun 1971 merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan Toyota Motor Corporation, Jepang. Selama 30 tahun, PT. Toyota-Astra Motor telah memainkan peranan penting dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam industri pendukungnya. Saat ini, PT. Toyota-Astra Motor telah memiliki pabrik produksi seperti Stamping, Casting, Engine dan Assembly di area industri Sunter, Jakarta.
Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, Pabrik Karawang, yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia, telah selesai dibangun pada tahun 1998 berikut sistem manajemen kualitas dan lingkungan. TAM juga telah mencatat keberhasilan dalam membangun jaringan penjualan dan purna jual di seluruh Indonesia. Terdiri dari 5 Main Dealer dan 75 Dealer yang mengoperasikan 142 outlet penjualan dan 101 outlet purna jual. Dengan jaringan yang sangat luas ini, TAM berhasil meraih sukses meraih penjualan terbanyak dalam industri otomotif dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebagai contoh, pada tahun 2000, TAM berhasil menjual 90.148 unit mobil, dengan peningkatan market share dari 28.8% menjadi 30.2% dibanding tahun sebelumnya.
TAM juga mempelopori program eksport komponen otomotif dan kendaraan CBU ke berbagai negara berkembang. Sejak tahun 1986, lebih dari 200.000 unit Kijang CBU juga CKD telah dieksport ke Brunai Darussalam, Malaysia, Philippina, Taiwan, Thailand, Afrika Selatan dan Papua New Guinea. Mesin seri-K yang diproduksi oleh TAM juga telah merambah ke Malaysia, Taiwan, Philippina dan Jepang.
TAM berdiri 12 April 1971. Beroperasi 1 Januari 1972. Bulan Desember 1988 Merger dengan PT.Multi-Astra, PT. Toyota-Mobilindo dan PT. Toyota-Engine Indonesia. Modal Rp 19.5 milyar. Aktivitas agen penjualan, importir, perakit dan distributor produk Toyota. Pabrik pembuat mesin, jig, dies dan komponen otomotif. Eksportir kendaraan Toyota dan part komponen kendaraan.
Presiden Direktur TAM adalah Johnny Darmawan Danusasmita. Wakil Presiden Direktur TAM adalah Takashi Hibi. Direktur TAM adalah Benny Radjo Setyono, Joko Trisanyoto, Juwono Andrianto, Widodo Eko Rijanto, Johana Jonatan, Mikihiro Mori, Keiichi Murakami, Koji Hyodo, Toru Keseki, dan Takao Kanai. Ketua Dewan Komisarisnya adalah Koji Hasegawa. Wakil Ketua adalah Budi Setiadharma, S.H. Komisaris TAM adalah Rudyanto Hardjanto, Philip Eng Heng Nee, Ryuji Araki dan Akiyoshi Watanabe. Karyawan 5.331 orang per 1 Oktober 2001.20
2. Top Oil
a. Profil
Top Oil adalah perusahaan pelumas yang dimiliki dan dioperasikan secara independen dan bermarkas di kota Kalifornia. Mereka adalah pabrik dan pemasar internasional dari pelumas-pelumas khusus, bahan-bahan kimia dan juga produk-produk perawatan mobil untuk pasar otomotif dan indusri. Top Oil ditemukan oleh William A. Ryan. Ryan adalah spesialis pemasaran internasional yang telah berpengalaman selama lebih dari limapuluh tahun dalam hal pelayanan purna jual otomotif. Sebagian besar dari waktunya dihabiskan untuk dikonsentrasikan di area perbatasan Pasifik.
Dari permulaan hingga sekarang, fokus dari Top Oil adalah untuk memproduksi pelumas berkualitas tertinggi dengan menawarkan harga yang kompetitif. Refleksi dari kesuksesan ini adalah lini produk Top Oil telah berkembang lebih dari 250 produk dengan formula “Kualitas Tertinggi + Harga yang bersaing”. Top Oil memiliki persetujuan yang besar mengenai penekanan pada Riset dan penembangan. Para ahli kimia yang bekerja di belakang di Top Oil memegang sejumlah hak paten internasional dan tim Riset dan Pengembangan Top Oil selalu menggunakan teknologi terbaru. Edisi terbaru dari Riset dan Pengembangan Top Oil adalah pengenalan terbaru dari teknologi Syngen-2000 base oil. Tim pengoperasian Top Oil bekerja dengan saling menghargai, percaya diri dan saling percaya untuk mengembangkan bisnisnya bersama pelanggan di seluruh dunia.
b. Produk
Produk-produk Top Oil antara lain.
1) Synthetic Oil
2) Synthetic Motorcycle Oil
3) Motor Oil
4) Grease
5) ATF
6) Fuel System
7) Engine Care21
3. Nyonya Meneer
a. Profil
Sejak dahulu kala, Indonesia telah dikenal akan kekayaannya, tanah yang subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan yang luas. Tanah yang subur dengan kekayaan tanaman sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia karena mereka bergantung dari alam dalam usahanya untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan hasil panen, proses alam tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai produk yang berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Leluhur kita menggunakan resep yang terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, serta persiapan-persiapan lain yang menyediakan perawatan kecantikan muka dan tubuh yang lengkap. Campuran tanaman obat traditional ini di kenal sebagai jamu.
Bagi masyarakat Indonesia, Jamu adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Sebagai salah satu pabrik jamu yang tertua di Indonesia, Nyonya Meneer telah lama mengembangkan obat traditional untuk berbagai keperluan di kehidupan modern. Reputasinya akan produksi kualitas Jamu yang baik tetap belum tertandingi. Dan sangatlah tepat jika kita menggambarkan Jamu Nyonya Meneer sebagai Jamu Jawa yang benar-benar asli dari Indonesia. Saat ini Nyonya Meneer telah mengembangkan Kosmetika Traditional dengan cara yang modern. Jamu Nyonya Meneer sudah bisa didapatkan di semua distributor atau penyalur, agen dan toko yang berada di seluruh Indonesia.
b. Produk
Sebagai pewaris tertua dari tradisi jamu nusantara, Nyonya Meneer mempertahankan dan mengembangkan rangkaian produk jamu, yang ditujukan untuk memelihara kesehatan dan kecantikan masyarakat Indonesia. Rangkaian produk Nyonya Meneer ini terbuat dari bahan-bahan pilihan dan proses pembuatannya di bawah pengawasan ketat para ahli, sehingga mutu dan kualitasnya sangat terjamin serta aman untuk digunakan.
1) Jamu Untuk Wanita
Untuk menjaga kecantikan kaum wanita dan remaja putri serta menyembuhkan penyakit-penyakit kaum wanita.
2) Jamu - jamu Kosmetika.
Jamu dan produk kosmetika untuk memelihara dan menambah kecantikan kaum wanita.
3) Jamu-jamu Kesejahteraan Keluarga.
Untuk memelihara kesehatan ibu dan anak serta mencipatakan suasana bahagia pasangan suami-istri
4) Jamu - jamu untuk Pria
Untuk memelihara dan menambah kesehatan dan keperkasaan kaum pria.
5) Jamu -jamu Kesehatan
Untuk memelihara kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang sering muncul
6) Jamu - jamu Penyembuh.
Untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang sering dialami anggota keluarga.22
BAB IV
ANALISA DATA
A. PORDASI/ penyelengara
1. Kekuatan (Strength)
a. Memiliki badan pendukung seperti KONI pusat
b. Letaknya dekat dengan stadion Pacuan Kuda Pulomas yang cukup strategis yaitu di kota besar Jakarta
2. Kelemahan (Weakness)
Masih sedikitnya anggota penyelenggara.
3. Peluang (Opportunity)
Letaknya yang cukup strategis dan dekat dengan stadion akan mempermudah menyelenggara dan menggali informasi
4. Ancaman (Treat)
Jika ada penyelenggara acara lain yang digemari masyarakat
B. Pacuan kuda Nasional
1. Kekuatan (Strength)
a. Banyaknya peternakan kuda yang menghasilkan kuda-kuda unggulan untuk kuda pacu.
b. Terdapat arena kejuaraan olahraga ini di berbagai daerah di Indonesia.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Anggapan olah raga ini untuk kalangan tertentu saja.
b. Penggemar pacuan kuda di Indonesia belum banyak.
3. Peluang (Opportunity)
a. Stadion olahraga tersebut telah tersedia dan tinggal dipergunakan saja.
b. Pacuan Kuda Nasional telah memiliki kalender acara dalam satu tahun sehingga memungkinkan diadakan promosi.
4. Ancaman (Treat)
a. Banyaknya jenis kejuaraan lain yang digemari masyarakat
b. Karena dilakukan di tempat terbuka ada kemungkinan hambatan perubahan cuaca seperti terjadi hujan yang deras.
BAB V
KONSEP PERENCANAAN & PERANCANGAN VISUAL
A. Konsep Perencanaan
1. Strategi Komunikasi
a. Tujuan Komunikasi
1) Menampilkan citra sebuah peristiwa olahraga yang meriah, bersemangat dan penuh aksi.
2) Tumbuhnya pemahaman mengenai siapa saja yang menjadi peserta lomba, tempat dan kapan acara tersebut berlangsung.
3) Timbulnya minat untuk datang.
4) Adanya tindakan untuk datang ke acara tersebut.
b. Pendekatan Komunikasi
Pendekatan yang dipakai untuk promosi kejuaraan Pacuan Kuda Nasional ini adalah sebagai berikut.
1) Pendekatan secara emosional, dengan maksud agar dapat menggugah hati, yaitu dengan cara menampilkan ajang yang berkesan meriah dan bersemangat, misalnya dengan menampilkan warna-warna yang cerah yang melukiskan suasana acara pacuan kuda tersebut. Selain itu terdapat pula kalimat ajakan.
2) Pendekatan secara rasional dengan maksud agar dapat meyakinkan sasaran pendekatan yang logis yaitu dengan menampilkan hal yang masuk akal. Misalnya menampilkan adegan kuda berpacu dengan bentuk yang proporsional dan gerakan yang tidak berlebih-lebihan, ditambah pula dengan informasi menganai peserta, tanggal, jam dan lokasi acara tersebut berlangsung.
2. Sasaran Khalayak
a. Demografi
1) Berumur 25-35 tahun
2) Pria dan wanita
3) Pendidikan sekolah menengah keatas.
b. Psikografi
1) Mempunyai sikap yang suka bertualang dan menyukai kebebasan.
2) Memiliki kebiasaan yang sering pergi ke luar rumah.
3) Para penggemar olahraga Pacuan Kuda.
4) Masyarakat yang gemar menyaksikan kejuaraan sebagai rekreasi.
5) Masyarakat yang tertarik dan ingin tahu lebih banyak mengenai olahraga ini.
c. Geografi
1) Jabotabek
2) Bandung
3) Surabaya
3. Positioning
Piala Tiga Mahkota adalah Pacuan Kuda Nasional Khusus para juara.
4. Jadwal dan Penempatan Media
a. Iklan TV, Surat Kabar dan Majalah
Dimuat sebulan sebelum pertandingan berlangsung. Surat Kabar yang diutamakan berisikan berita umum dengan jangkauan nasional. Majalah yang diutamakan disini adalah majalah olahraga dan hiburan.
b. Poster
Media poster ditempatkan satu bulan sebelum pertandingan. Poster ditempatkan di tempat-tempat yang ramai seperti di tempat-tempat hiburan dan pusat perbelanjaan.
c. Brosur
1) Brosur yang disebarkan sebulan sebelum acara berlangsung pada tempat-tempat yang ramai.
2) Brosur yang disebarkan pada saat acara berlangsung di tempatkan dekat loket penjualan tiket dan buku panduan acara.
d. Tiket Masuk
Dijual pada loket penjualan tiket dekat pintu masuk sebelum acara berlangsung.
e. Buku Panduan Acara
Dijual bersamaan dengan tiket masuk sebelum acara berlangsung.
f. Umbul-umbul
Ditempatkan di sekitar stadion ketika acara berlangsung
g. Merchandise
Dijual di tempat terbuka pada sebuah stand penjualan ketika acara berlangsung.
B. Konsep Perancangan
1. Konsep bentuk, gambar, tipografi dan warna.
a. Konsep Bentuk
Bentuk materi yang dikembangkan berdasarkan efektifitas disini adalah kuda pacu yang sedang berlari bersama jokinya menimbulkan lambang kecepatan berupa garis-garis. Konsep bentuk dapat pula berupa penggunaan kertas A1, A2, A4 dan lain sebagainya.
b. Konsep Gambar
Kejuaraan pacuan kuda merupakan pertunjukan yang sudah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan pemilik-pemilik kuda adalah orang-orang yang mampu untuk membangun istal-istal kuda yang menghasilkan kuda-kuda bibit unggul. Pendekatan yang diutamakan disini adalah elegan dimana terdapat unsur klasik dan hangat. Acara Kejuaraan Pacuan Kuda Piala Tiga Mahkota ini menampilkan kesan bersemangat untuk mencapai kemenangan. Kuda dilukiskan sebagai makhluk yang memiliki semangat untuk bekerja keras dan selalu setia kepada tuannya.
Gambar-gambar yang diutamakan disini adalah adegan pacuan kuda yang diambil dari berbagai sudut pandang. Selain itu terdapat pula gambar penonton yang menyaksikan acara tersebut. Pada event identity terdapat gambar tiga mahkota yang melambangkan nama acara yaitu ‘Piala Tiga Mahkota’.
c. Konsep Tipografi
Tipografi yang diutamakan disini adalah jenis serif yang modern, dimana huruf tersebut terkesan elegan seperti Charlemagne dan Charlesworth.
d. Konsep Warna
Warna-warna yang digunakan disini adalah warna-warna hangat karena pacuan kuda ini meriah, diramaikan oleh sambutan penonton dan suasana arena pacuan. Selain itu para joki juga mengenakan baju-baju yang berwarna cerah.
2. Perancangan Logo
Logo yang digambarkan disini menggambarkan nama kejuaraan tersebut yaitu Kejuaraan Pacuan Kuda Piala Tiga Mahkota, sehingga pada logo tersebut terdapat tiga buah mahkota dan dua ekor kuda berpacu bersama jokinya. Dibawahnya terdapat nama acara dan background berwarna hijau yang merupakan warna lapangan rumput yang terdapat ditengah-tengah arena.
3. Perancangan Media
a. Media komunikasi Above The Line
1) Iklan Televisi
Media yang paling efektif dan efisien, dapat dilihat dan didengar secara langsung. Jangkauannya yang luas baik secara demografi, geografi maupun psikografi.
2) Iklan Majalah
Informasi dapat dibaca dengan cermat. Selain itu jangka waktu efektif lebih lama dan informasi yang diterima lebih cepat.
3) Iklan Surat Kabar
Visual dapat ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan iklan majalah. Iklan Surat Kabar juga lebih cepat diterbitkan.
b. Media Komunikasi Below The Line
1) Poster
Memiliki ukuran yang relatif besar, informasi yang jelas dan mudah menarik perhatian.
2) Brosur
a) Brosur yang disebarkan sebelum acara berlangsung isinya mengutamakan lokasi tempat acara, dilengkapi dengan peta untuk memberikan informasi lokasi yang lebih jelas tentang ajang olahraga ini.
b) Brosur yang disediakan ketika acara berlangsung yang isinya memberikan informasi lebih jelas mengenai acara Piala Tiga Mahkota.
3) Tiket Masuk
Sebagai bukti telah membayar biaya menonton acara tersebut.
4) Buku Panduan Acara
Memberikan informasi lebih jelas mengenai jadwal acara, pesera dan hadiah yang akan diberikan.
5) Umbul-umbul.
Umbul-umbul ini dipakai untuk menabah meriah suasana dan berkesan semarak.
6) Merchandise
Sebagai kenang-kenangan untuk mengingat kejuaraan ini. Merchandise yang dijual dapat berupa mug, piring, gantungan kunci, T-Shirt dan produk lain yang memungkinkan untuk menampilkan bentuk visual dari acara tersebut.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi visual sangat memberikan pengaruh kepada popularitas sebuah cabang olah raga. Selain itu komunikasi yang terencana, terarah dan menjangkau sasaran yang luas dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk terlibat. Dengan demikian program apapun perlu didukung oleh program komunikasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adkins, Val, Creating Brochures and Booklets. Ohio: North Light Books, 1994.
Artini Kusmiati, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan, 1999.
Budiansky, Stephen, The Nature of Horses. Great Britain: The Guernsey Press Co. Ltd., 1998.
Cook, Bill, Imperial China. The Art of The Horse in China History. Korea: Library of Congress, 2000.
Draper, Judith, The Ultimate Book of The Horse And Rider. London: Barner and Noble Books, 1999.
Dell, Catherine, Super Facts: Horses. New York: Derry dale Books, 1992.
Fisher, Alison, Decoratives Art of Sumba. Amsterdam: Pepin Press, 1999.
Harrison, Lorraine, Horse from Noble Steeds to Beast of Burden. Singapore: The Ivy Press Limited, 2000.
Hart, John, The Art of The Storyboard. United States of America: Focal Press, 1999.
Heller, Steven, The Annual of Graphic The American Design Institute of USA Graphic Arts. New York: The American Institute of Graphic Arts, 1999.
Jefkins, Frank, Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997.
Kidd, Jane. The Horses: The Complete Guide to Horse Breeds and Breeding. London: Salamander Books Ltd.,1985.
Krause, Jim, Idea Index. Ohio: North Light Books, 2000.
¬¬¬__________, Layout Index. Ohio: How Design Books, 2001.
__________, Color Index. Ohio: How Design Books, 2002.
Landa, Robin, Graphic Design Solutions. United States of America: International Thomas Publishing Inc., 1996.
Lesley, Eccles. Fact Finder: Horses and Ponies. London: Salamander Books. Ltd., 1989.
Martin, Diana, Graphic Design: Inspiration and Innovation. Ohio AS: Rockport Publishers, Inc.,1995.
Morris, Desmond, Ilustrated Horsewatching. Australia: Ebury Press, 1997.
Ries, Al, Positioning: The Battle for Your Mind. Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Sietsema, Robert, Designs of the Ancient World. New York: Hard Publishing Company, Inc., 1978.
Sri Pudjiastuti, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti, 1997.
Thompson, Della, The Oxford Compact English Dictionary. New York: Oxford University Press, 1996.
Togarma Naibaho, Metodologi Riset Seni Rupa Dan Desain. Jakarta: Universitas Trisakti, 1998.
Walter, Helen, 100% Cotton T-Shirt Graphic. London: Lourance King Publishing, 2001.
Yusuf Affendi, Desain Warna Susunan dan Fungsinya. Jakarta, 1978.
----------------------
1 Cathene Dell, Super Facts Horses, Derrydale Books, New York, 1985, hlm. 4-5
2 ibid., hlm. 12-13.
3 http://equineestates.com/library/breeds/j001.htm.
4 KONI Pusat, National Olimpic Committee of Indonesia, http://wwwkoni.or.id/koni_pb_pordasi.htm.
5 Cathene Dell, Op.Cit., hlm. 14
6 KONI Pusat, Loc. Cit.
7 Togama Naibaho, Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain (Jakarta Penerbit: Universitas Trisakti, 1998), hlm. 38.
8 Frank Jefkins, Periklanan (Jakarta: Penerbit Erlangga), hlm. 241-243.
9 ibit., hlm. 245-247.
10 ibit., hlm.246.
11 Jim Krause, Color Index (Ohio: How Design Books, 2002), hlm. 44.
12 Frank Jefkins, op. cit., hlm. 128-129
13 Frank Jefkins, op. cit., hlm. 296-297.
14 http://www.nyip.com/gen_info/NYIJoin_form.hmtl
15 Catherine Dell, op. cit., hlm.16-17.
16 KONI Pusat, loc. cit.
17 KONI Pusat, loc. cit.
18 PP PORDASI, Buku Panduan Acara Piala Tiga Mahkota Seri I, hlm. 3-6.
19 KONI Pusat, loc. cit.
20 www.toyota.astra.co.id
21 www.topoil.com
22 www.nyonyameneer.com
Lampiran:
NASKAH STORYBOARD PACUAN KUDA
1. Narasi : Peserta di gerbang start sedang bersiap-siap, terlihat kepala kuda pacu di balik pagar
FX/SFX : Suara kuda nafas kuda
Kamera : Extreme Close-up
Durasi : 3 detik
2. Narasi : Pintu gerbang terbuka, peserta melaju ke arena
FX/SFX : Suara gerbang terbuka
Kamera : Medium Shot
Durasi : 3 detik
3. Narasi : Penonton bersorak menyaksikan peserta memasuki arena
FX/SFX : Suara penonton bersorak
Kamera : Medium Close-up
Durasi : 2 detik
4. Narasi : Peserta berpacu meninggalkan gerbang terlihat dari serong belakang
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Medium Shot
Durasi : 3 detik
5. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari serong depan
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Medium Shot
Durasi : 3 detik
6. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari depan
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Berpindah ke Long Shot
Durasi : 4 detik
7. Narasi : Penonton terlihat dari samping menyaksikan acara
FX/SFX : Suara kerumunan penonton
Kamera : Long Shot
Durasi : 3 detik
8. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari samping
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Medium Close-up
Durasi : 3 detik
9. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari serong atas
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Long Shot
Durasi : 4 detik
10. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari serong depan
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Berpindah ke Close-up
Durasi : 2 detik
11. Narasi : Peserta berpacu terlihat langkah ketika berlari
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Medium Close-up
Durasi : 2 detik
12. Narasi : Peserta berpacu terlihat dari serong depan
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Medium Shot
Durasi : 5 detik
13. Narasi : Peserta melewati garis finish
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Long Shot
Durasi : 3 detik
14. Narasi : Penonton bersorak
FX/SFX : Suara penonton bersorak
Kamera : Close up
Durasi : 3 detik
15. Narasi : Juara
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Close-up
Durasi : 4 detik
16. Narasi : Kuda berpacu di zoom out kemudian di freeze
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu kemudian suara mengecil ketika di freeze
Kamera : Long Shot
Durasi : 3 detik
17. Narasi : Berubah menjadi logo
FX/SFX : -
Kamera : Medium Shot
Durasi : 2 detik
18. Narasi : Logo terbentuk
FX/SFX : -
Kamera : Medium Shot
Durasi : 1 detik
19. Narasi : Logo menjauh dengan zoom out
FX/SFX : -
Kamera : Long Shot
Durasi : 2 detik
20. Narasi : Muncul informasi acara dari kiri ke kanan
FX/SFX : Suara derapan kaki kuda berpacu
Kamera : Long Shot
Durasi : 1 detik
21. Narasi : Logo dan informasi acara
FX/SFX : -
Kamera : Long Shot
Durasi : 3 detik
Contoh Mind Mapping |
No comments:
Post a Comment