Kisah Burung Cengnge'

Buaian Emas: Kisah Cinta dan Penyesalan


The Story of Cengnge' Bird | English Version

Cerita Rakyat dari Sulawesi Barat


Setiap saat di Mandar, Sulawesi Selatan, tinggal seorang petani dan istrinya. Mereka miskin. Mereka tinggal sendiri dan tidak punya anak. Mereka berdoa kepada Tuhan siang dan malam untuk memberi mereka bayi.

Petani bahkan berdoa, "Ya Tuhan, jika Anda memberi kami seorang anak laki-laki, saya akan memasukkannya ke dalam ranjang emas."

Suatu hari, Tuhan menjawab doa mereka! Istrinya sedang hamil. Mereka sangat senang tapi tidak bertahan lama. Petani itu bingung. Dia telah berjanji untuk memasukkan bayinya ke dalam buaian emas. Dia tahu dia harus bekerja keras untuk membeli buaian emas. Dia berencana pergi ke Jawa untuk bekerja. Sebelum dia pergi, dia memberi tahu istrinya pesan.

"Jika bayi laki-laki, tolong jagalah dia dengan baik, tapi kalau bayi itu perempuan, bunuh dia!" Pemerintah petani

Ya, dia tidak suka anak perempuan. Sang istri tidak mengerti mengapa suaminya membenci anak perempuannya. Dia hanya berharap bayi itu laki-laki.

Petani pergi ke Jawa dengan kapal. Butuh waktu berbulan-bulan. Saat petani tiba di Jawa, bayinya lahir. Itu adalah bayi perempuan! Istrinya sangat sedih. Dia sangat mencintai bayinya dan dia tidak ingin kehilangan dia.

Sang istri pergi ke rumah saudara perempuannya. Dia tinggal di desa lain dan dia memintanya untuk membesarkan bayinya.

"Tolong jaga dia, suamiku berharap bisa melahirkan bayi laki-laki dan dia memintaku untuk membunuh bayinya jika bayinya perempuan," isteri petani itu menjelaskan kepada kakaknya.

Untuk meyakinkan suaminya bahwa dia sudah membunuh bayi perempuan itu, sang istri menggali tanah dan membangun sebuah kuburan.

Kemudian si petani pulang dari Jawa. Dia telah bekerja sangat keras dan akhirnya dia bisa membeli buaian emas.

Dia membawa buaian emas ke rumah.

Dia bertanya, "Di mana bayi kita?"

"Saya sangat menyesal bayi kami adalah seorang gadis dan saya melakukan apa yang Anda minta kepada saya, saya sudah membunuhnya," kata sang istri.

Petani itu sangat terdiam. Dia telah bermimpi untuk memiliki bayi laki-laki.

Sementara itu, bayi perempuan itu tumbuh sebagai gadis cantik dan suatu hari dia tahu bahwa orang tuanya yang sebenarnya tinggal di desa lain. Dia sangat sedih saat mengetahui alasan mengapa orang tuanya tidak menginginkannya.

Gadis itu berdoa kepada Tuhan. Dia tidak ingin hidup sebagai manusia lagi. Dia ingin menjadi burung sehingga dia bisa terbang dan pergi kemanapun yang dia suka.

"Ya Tuhan, tolong ubah saya menjadi burung, saya tidak ingin menjadi manusia lagi, saya sangat sedih dengan hidup saya, saya ingin pergi kemanapun saya suka."

Gadis itu terus berdoa. Dia benar-benar ingin menjadi burung. Dan keinginannya menjadi kenyataan! Dia perlahan berubah menjadi burung yang indah.

Burung itu begitu indah dan dia juga memiliki suara yang bagus. Burung itu kemudian pergi ke rumah orang tuanya yang sebenarnya.

Burung itu menyanyikan sebuah lagu, "Saya sangat sedih, orang tua saya tidak mencintaiku."

Burung itu terbang di atas rumah orang tuanya. Dia terus menyanyikan lagunya. Hal itu menarik perhatian orang tuanya. Ketika mereka tahu bahwa putri mereka yang cantik telah berubah menjadi burung, mereka menyesali hal itu. Namun sudah terlambat, anak perempuan mereka telah berubah menjadi burung. Orang-orang menamainya sebagai Burung Cengnge. ***










Pesan Moral

Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa setiap anak adalah anugerah yang harus diterima dan dicintai tanpa memandang jenis kelaminnya. Selain itu, cerita ini juga mengajarkan tentang konsekuensi dari keputusan yang tidak bijaksana dan pentingnya cinta dan kasih sayang dalam keluarga. Ketidaksukaan petani terhadap anak perempuan menyebabkan penderitaan yang besar dan penyesalan di kemudian hari, menunjukkan bahwa diskriminasi dan ketidakadilan tidak membawa kebahagiaan.


No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection