Search This Blog

La Golo and Teman-temannya

La Golo dan Teman-Temannya: Perjalanan dari Anak Manja Menjadi Lelaki Bijak

La Golo and His Friends | English Version

Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat




Pada suatu ketika, di sebuah desa yang makmur, hiduplah sepasang suami istri kaya yang hanya memiliki seorang anak laki-laki bernama La Golo. Sebagai anak tunggal, La Golo dibanjiri kasih sayang dan tak pernah ditolak apa pun yang ia inginkan. Orang tuanya selalu memanjakannya tanpa henti, selalu berkata "iya" pada setiap permintaannya.

Namun, seiring bertambahnya usia, La Golo menjadi pemalas dan suka membangkang. Ia tidak pernah membantu orang tuanya dalam pekerjaan rumah dan hanya peduli pada bermain sepanjang hari. Sang ayah, yang melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang egois dan tidak bertanggung jawab, merasa sangat kecewa.

"Aku tidak bisa membiarkan dia terus seperti ini," pikir sang ayah. "Dia harus belajar tentang kerja keras dan tanggung jawab."

Lalu, ia pun merencanakan sebuah rencana.









Tersesat di Hutan

Suatu hari, ayah La Golo memanggilnya dan berkata, "Nak, ayo kita pergi berburu ke hutan."

La Golo sangat senang. Ia menyukai berburu dan dengan cepat mengambil busur serta anak panahnya, bersemangat untuk petualangan yang menantinya.

Mereka pergi jauh ke dalam hutan, di mana pepohonan menjulang tinggi dan suara burung serta hewan memenuhi udara. Saat La Golo sibuk mencari hewan buruan, tanpa ia sadari, ayahnya perlahan-lahan menjauh dan meninggalkannya sendirian.

Setelah beberapa saat, La Golo melihat sekeliling dan menyadari bahwa ayahnya telah menghilang. Kepanikan mulai menyelimutinya.

"Ayah! Di mana kau?" teriaknya. "Ayah!"

Namun, tidak ada jawaban.

Saat itulah La Golo memahami kenyataan pahit—ayahnya telah meninggalkannya. Rasa penyesalan menyelimuti hatinya saat ia mengingat semua kesalahannya. Ia selalu membangkang, tidak pernah membantu orang tuanya, dan tidak menghargai segala yang telah mereka berikan padanya.

Kini, ia tersesat dan sendirian.


Persahabatan Baru

Bertekad untuk menemukan jalan pulang, La Golo terus berjalan menyusuri hutan. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan seorang anak bernama Sandari, yang juga ditinggalkan oleh ayahnya karena sifatnya yang manja dan suka membangkang. Mereka saling berbagi kisah dan memutuskan untuk mencari jalan keluar bersama.

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan dua anak lainnya, La Ngepe dan La Bonggo, yang mengalami nasib serupa. Keempat anak itu segera menjadi sahabat, terikat oleh pengalaman yang sama. Mereka mulai menyadari bahwa ayah mereka meninggalkan mereka karena perilaku buruk mereka sendiri.

"Kita harus berubah," kata La Golo. "Jika suatu hari kita menemukan jalan pulang, kita harus membuktikan bahwa kita bukan lagi anak-anak manja dan egois seperti dulu."


Pelajaran dari Hutan

Saat melanjutkan perjalanan, keempat anak itu bertemu dengan seekor rusa yang berlari dengan sangat cepat. Mereka terkagum-kagum melihat kecepatan rusa tersebut.

"Rusa, bisakah kau mengajari kami berlari secepat dirimu?" tanya mereka.

Rusa mengangguk. "Aku akan mengajarkan kalian, tetapi kalian harus berjanji untuk tidak berburu lagi dan bersikap baik kepada sesama makhluk hidup."

Anak-anak itu setuju dan berlatih dengan tekun hingga akhirnya mereka bisa berlari secepat rusa.

Kemudian, mereka melihat seekor monyet yang gesit berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya dengan lincah.

"Monyet, bisakah kau mengajari kami memanjat pohon sepertimu?" tanya mereka.

Monyet tersenyum. "Tentu, tetapi kalian harus berjanji untuk tidak menyakiti hewan dan selalu bersikap hormat kepada alam."

Anak-anak itu segera menyetujui, dan di bawah bimbingan monyet, mereka belajar memanjat pohon dengan mahir.

Akhirnya, mereka bertemu dengan seekor kerbau yang kuat. Dengan kepalanya, kerbau itu menabrak pohon hingga bergetar hebat.

"Kerbau, bisakah kau mengajari kami menggunakan kekuatan kepala seperti dirimu?" tanya mereka.

Kerbau menghela napas berat. "Aku bisa mengajarkan kalian, tetapi kalian harus berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan ini untuk menyakiti siapa pun, hanya untuk melindungi diri dan berbuat kebaikan."

Dengan sungguh-sungguh, anak-anak itu berjanji. Setelah berhari-hari berlatih, mereka akhirnya menguasai kekuatan kerbau.


Kompetisi Besar

Setelah berminggu-minggu berkelana, akhirnya mereka tiba di sebuah kerajaan megah. Di sana, mereka mendengar kabar gembira—raja sedang mengadakan perlombaan besar dengan hadiah emas! Ada dua kompetisi utama: lomba lari dan adu kekuatan kepala.

"Aku akan ikut dalam perlombaan ini," kata La Golo. "Jika kita menang, kita bisa membawa emas ini sebagai hadiah untuk orang tua kita dan membuktikan bahwa kita telah berubah."

Ketiga temannya bersorak, mendukung keputusan La Golo.

Perlombaan pertama adalah lomba lari. Dengan keterampilan yang diajarkan oleh rusa, La Golo berlari secepat kilat, mendahului semua peserta lain, dan memenangkan perlombaan! Penonton bersorak gembira.

"Hore! Hore!" teman-temannya berseru dengan bangga.

Selanjutnya adalah adu kepala, di mana peserta harus menghadapi prajurit terkuat kerajaan dalam uji kekuatan. Satu per satu, para penantang gagal. Saat giliran La Golo tiba, dia teringat pelajaran dari kerbau. Dengan keberanian, dia merundukkan kepalanya dan menubruk lawannya dengan kekuatan besar. Sang prajurit jatuh tersungkur, dan La Golo pun dinyatakan sebagai pemenang!

Sang raja sangat terkesan dan menghadiahi La Golo sejumlah besar emas.


Perjalanan Pulang

La Golo dan teman-temannya membagi emas itu secara adil.

"Emas ini bukan untuk kita sendiri," kata La Golo. "Kita harus pulang dan memberikannya kepada orang tua kita, bukan sebagai bayaran, tetapi sebagai bukti bahwa kita telah berubah."

Sang raja, yang terharu mendengar kisah mereka, memerintahkan para prajuritnya untuk mengantar anak-anak itu kembali ke desa masing-masing.

Ketika La Golo tiba di rumah, orang tuanya terkejut. Mereka mengira putra mereka telah hilang selamanya. Ia berlutut di hadapan mereka dan berkata,

"Ayah, Ibu, aku minta maaf. Aku telah menjadi anak yang malas dan tidak tahu berterima kasih. Tapi aku telah belajar dari kesalahanku. Tolong maafkan aku."

Mata orang tuanya berkaca-kaca. Mereka memeluknya dengan hangat, merasa bangga melihat anak mereka telah tumbuh menjadi pemuda yang bertanggung jawab.

Hal yang sama terjadi pada Sandari, La Ngepe, dan La Bonggo. Ayah mereka, yang dahulu meninggalkan mereka karena kecewa, kini menyambut mereka kembali dengan penuh kasih sayang.

Sejak hari itu, keempat anak itu hidup sebagai pribadi yang rajin dan baik hati, membuktikan bahwa bahkan anak yang paling manja pun bisa berubah dengan pelajaran yang tepat.

Dan begitulah, kisah La Golo dan teman-temannya menjadi legenda yang diwariskan turun-temurun, mengajarkan pentingnya tanggung jawab, rasa hormat, dan kekuatan perubahan.







Pesan Moral:

🌱 Kesulitan bisa menjadi pelajaran berharga.
Anak-anak itu baru memahami arti tanggung jawab dan disiplin setelah menghadapi tantangan nyata.

👨‍👩‍👦 Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak.
Memanjakan anak tanpa bimbingan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

🦌 Kebaikan dan kebijaksanaan lebih kuat daripada kekuatan fisik.
Para hewan mengajarkan bukan hanya keterampilan fisik, tetapi juga nilai-nilai seperti kesabaran dan pengendalian diri.

💡 Perubahan sejati datang dari dalam diri.
La Golo dan teman-temannya membuktikan bahwa mereka telah dewasa dengan menunjukkan tanggung jawab dan menebus kesalahan mereka.

❤️ Memaafkan dan memberi kesempatan kedua itu penting.
Anak-anak itu berusaha berdamai dengan orang tua mereka, menunjukkan bahwa pertumbuhan dan pemahaman berjalan dua arah.












No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection