Si Lancang



Si Lancang >> Edisi Bahasa Inggris

Folklor dari Riau

Pada zaman dahulu kala, di daerah Kampar, hiduplah seorang pemuda bernama Si Lancang. Ia tinggal bersama ibunya, dan mereka bekerja sebagai buruh tani. 

Suatu hari, Si Lancang memutuskan untuk merantau untuk memperbaiki kehidupan mereka. Mereka hidup dalam kemiskinan, dan ia percaya bahwa mencari peluang di tempat lain adalah cara terbaik untuk mengubah nasib mereka.

Si Lancang: "Ibu, aku bertekad untuk memperbaiki hidup kita. Aku akan meninggalkan Kampar dan mencari rejeki di tempat lain."

Ibu: "Anakku, berhati-hatilah dalam perjalananmu. Ingatlah bahwa seberapa jauh pun kau pergi, jangan pernah melupakan dari mana kau berasal."

Si Lancang memulai perjalanannya dan, seiring waktu, ia berhasil menjadi saudagar sukses. Ia memiliki banyak kapal, barang-barang mewah, dan bahkan memiliki tujuh orang istri. Sayangnya, ia lupa pada ibunya dan asal-usul sederhana mereka.

Beberapa tahun kemudian, Si Lancang memutuskan untuk kembali ke Kampar. Kabar kepulangannya sampai ke ibunya, yang sangat gembira. Ia bergegas untuk menemui anaknya, sangat ingin bertemu dengannya lagi.

Ibu: "Anakku pulang! Aku tak sabar untuk melihatmu dan kehidupan hebat yang kau buat untuk dirimu sendiri."

Ketika Si Lancang tiba di Kampar bersama ketujuh istrinya, ia disambut oleh ibunya. Namun, ia menolak mengakui ibunya.

Si Lancang: "Aku tidak mengenal wanita ini. Dia adalah orang asing bagiku."

Hati ibunya hancur karena penolakannya. Merasa sangat terluka dan dikhianati, ia pulang ke rumah, bertekad untuk membuat Si Lancang merasakan akibat dari ketidaktaatannya.

Kembali di rumahnya, ia mengambil lesung pusaka dan sebuah nyiru tradisional. Dalam kesedihan dan kemarahannya, ia mengutuk Si Lancang.

Ibu: "Kau telah melupakan dari mana kau berasal, dan untuk itu, aku mengutukmu. Semoga kau merasakan akibat dari perbuatanmu."

Segera setelah ia selesai mengucapkan kutukannya, badai ganas melanda laut. Si Lancang, yang tidak mengetahui adanya kutukan tersebut, melihat kapal-kapal dan harta bendanya hancur oleh badai.

Si Lancang: "Apa yang terjadi? Kapal-kapalku! Kekayaanku! Semua hancur!"

Meskipun ia menyadari kesalahannya, sudah terlambat. Badai merusak armadanya dan semua yang telah ia kumpulkan. Kehidupan sukses Si Lancang hancur dalam sekejap.

Akhirnya, Si Lancang belajar pelajaran keras tentang pentingnya menghargai akar dan keluarga serta konsekuensi dari mengabaikan keluarga.


Pesan Moral:

Kisah ini mengajarkan kita bahwa kita harus selalu menghargai dan mengingat keluarga serta asal-usul kita. Mengabaikan orang yang telah membesarkan kita, meskipun kita telah mencapai kesuksesan, dapat membawa akibat yang fatal.

Referensi: brainly.co.idkompasiana.com


Cerita lain dengan nama Lancang: :

👉 Lancang Kuning



Storm wave

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection