Janji Watuwe: Penjagaan Satwa Liar Sungai Tami
Watuwe the Magic Crocodile >> English Version
Folklor dari Papua
Dahulu kala, di tepian Sungai Tami di Papua, ada sepasang suami istri yang menunggu kehadiran seorang anak. Sang suami bernama Towjatuwa sangat gelisah karena istrinya yang sudah tua sedang hamil.
Hanya ada satu cara untuk membantu istrinya melahirkan, yaitu dengan mengoperasinya. Yaitu dengan menggunakan batu tajam dari Sungai Tami. Saat ia sedang mencari batu tajam, tiba-tiba muncul seekor buaya besar di depannya. Towjatuwa terkejut. Dia sangat ketakutan dan hampir pingsan.
Buaya tersebut semakin mendekati Towjatuwa dengan tubuh yang terlihat aneh tidak seperti buaya lainnya. Di punggung buaya tumbuh bulu burung kaswari. Hal ini membuat buaya terlihat menyeramkan saat bergerak.
Ketika buaya semakin mendekat, Towjatuwa mulai bersiap untuk melarikan diri.
Tiba-tiba Buaya menyapa Towjatuwa dengan ramah.
"Jangan takut! Saya minta maaf jika saya mengejutkan Anda. Nama saya Wituwe. Siapa namamu dan apa yang kamu cari di sungai ini? tanya buaya.
“Na .. namaku Towjatuwa. Saya di sini mencari batu tajam untuk membantu istri saya melahirkan, jawab Towiatuwa ketakutan.
Ketakutan Towjaniwa lama kelamaan sirna karena buaya itu tidak seseram kelihatannya. Percakapan mereka menjadi lebih akrab dan santai.
“Kamu tidak perlu khawatir, Towjatuwa. Aku akan membantu istrimu melahirkan,” kata buaya sakti.
Towjatuwa senang mendengar kata-kata buaya. Dia kembali ke rumah dan memberi tahu istrinya tentang pertemuannya dengan buaya ajaib.
Keesokan harinya perut istri Towjatuwa mulai terasa sakit. Towjatuwa sangat panik, dia menunggu kedatangan Buaya sakti. Namun yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Namun di saat-saat terakhir, ketika istrinya tidak tahan menahan sakit, buaya sakti itu datang ke rumahnya.
Watuwe si Buaya sakti menepati janjinya. Dia membantu istri Towjatuwa melahirkan. Akhirnya istri Towjatuwa dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Bayi itu diberi nama Narrowra.
Towjatuwa sangat berterima kasih kepada Buaya ajaib.
Buaya itu hanya berpesan, “Towjatuwa, kamu dan keturunanmu jangan membunuh atau memakan daging buaya. Jika Anda melanggarnya, Anda dan keturunan Anda akan mati! ”
“Ya aku akan mengingat pesanmu wahai buaya sakti…!” kata Towjatuwa
Towjatuwa dan putra keturunannya memenuhi janji mereka. Mereka tidak hanya melestarikan buaya di sungai Tami, mereka juga tidak mengganggu hewan lain di sekitar sungai untuk menghormati buaya ajaib tersebut.
Pesan Moral: Kesetiaan dan Perlindungan Lingkungan: Menghormati Janji dan Menjaga Alam
Pesan moral dari cerita ini adalah tentang pentingnya berterima kasih dan mematuhi janji serta menjaga lingkungan. Towjatuwa dan keturunannya memperoleh berkah besar dari kebaikan Watuwe, dan sebagai imbalannya, mereka harus menghormati dan menjaga hewan-hewan di sekitar Sungai Tami, serta mematuhi larangan untuk tidak membunuh atau memakan daging buaya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan alam dan penghormatan terhadap makhluk hidup memiliki dampak positif dalam kehidupan manusia dan lingkungan.
Tahukah Kamu?
Buaya Irian atau dalam bahasa Inggrisnya The New Guinea crocodile (Crocodylus novaeguineae) adalah spesies kecil buaya yang ditemukan di pulau Papua di utara pegunungan yang membentang di sepanjang tengah pulau. Populasi yang ditemukan di selatan punggungan gunung, sebelumnya dianggap sebagai populasi yang berbeda secara genetik, sekarang dianggap sebagai spesies berbeda, Hall's New Guinea crocodile (C. halli).
No comments:
Post a Comment