Malem Diwa

Kisah Malem Diwa dan Batu Atu Pepangiren


English Version >> Malem Diwa

Cerita Rakyat dari Aceh

Dahulu kala, di Aceh, ada seorang pemuda bernama Malem Diwa. Ia adalah seorang pengembara dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Seruling dengan suara yang sangat merdu selalu menemaninya dalam perjalanannya sebagai obat rasa sepi.

Ia tiba di lingkungan Buntul Temil yang dekat dengan sungai, dan ia memilih untuk tinggal. Dia memelihara ternak, menanam sayuran, dan menangkap ikan di sungai di sana.

Malem Diwa pernah bertemu dengan seorang wanita tua di hutan mencari kayu bakar saat sedang mencari ikan di sungai. Inen Keben, nama perempuan sepuh itu, tinggal di Buntulkubu. Malem Diwa membantu wanita tua itu membawa kayu bakar ke rumahnya karena adab sopan santun. Malem Diwa akhirnya menganggap Inen Keben sebagai orang tuanya sendiri karena sering bertemu dengannya dan mengantarkan kayu bakar ke rumahnya.

Belakangan, saat Malem Diwa sedang memancing, beberapa perempuan tiba-tiba tertawa dan melontarkan canda. Malem Diwa karena penasaran, ia segera mencari sumber suara tersebut. Dia melihat tujuh bidadari cantik bermain di atas batu besar di sungai dari balik pohon. Batu tempat para bidadari bermain akhirnya diberi nama Atu Pepangiren, atau batu pemandian.

Ternyata para bidadari itu hanya mengunjungi daerah itu satu kali saja. Mereka bolak-balik mandi dan bermain. Malem Diwa juga menunggu kedatangan mereka, meski sedang bersembunyi. Malem Diwa mengambil salah satu pakaian mereka dan menyembunyikannya di rumah suatu hari ketika mereka sedang mandi.

Oleh sebab itu terjadilah keributan setelah mandi akibat hilangnya salah satu baju terbang mereka yang ternyata milik bidadari termuda. Butuh waktu lama bagi bidadari lain untuk mencoba membantu menemukan pakaian itu, tetapi usaha mereka sia-sia. Akhirnya, bidadari kembali ke kahyangan, meninggalkan bidadari termuda yang telah kehilangan pakaiannya. Sehingga bidadari itu amat sedih dan menangis di tepi sungai.

Malem Diwa kembali ke sungai setelah menyembunyikan pakaian terbang bidadari dan menawarkan untuk membantu bidadari. Ia menyarankan agar bidadari itu menginap di rumah Inen Keben yang tak jauh dari rumah Malem Diwa. Sejak itu mereka dekat karena Malem Diwa sering membantu Inen Keben mengantarkan kayu bakar atau memperbaiki rumahnya. Malem Diwa meminta bidadari termuda untuk menikah dengannya karena mereka saling tertarik dan jatuh cinta. Mereka hidup bahagia selamanya sebagai suami istri.






Pesan Moral dalam Bahasa Indonesia:

1. Kebaikan Hati dan Bantuan kepada Orang Lain

Malem Diwa membantu Inen Keben yang sudah tua dengan tulus. Ini menunjukkan bahwa kebaikan hati dan kepedulian kepada orang lain, terutama yang lebih tua atau membutuhkan bantuan, adalah tindakan mulia yang akan dihargai dan membawa kebahagiaan dalam kehidupan.


2. Konsekuensi dari Tindakan yang Tidak Jujur

Malem Diwa mengambil pakaian terbang malaikat termuda dengan niat tersembunyi, yang akhirnya membuat malaikat tersebut terpisah dari saudara-saudaranya dan merasa sedih. Ini mengajarkan bahwa tindakan yang tidak jujur atau curang, bahkan jika niatnya baik, dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan dan melukai orang lain.


3. Cinta dan Kesetiaan

Meskipun awalnya hubungan mereka dimulai dengan tindakan yang kurang jujur, Malem Diwa dan malaikat termuda akhirnya jatuh cinta dan hidup bahagia bersama. Ini mengajarkan bahwa cinta dan kesetiaan dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang penuh pengertian dan kasih sayang.



No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection