Search This Blog

Putri Hijau

🌿 Putri Hijau: Gema Sang Monarki Zamrud – Kisah Rakyat Melayu tentang Keberanian, Cinta, dan Kesetiaan Sang Naga

English Version: Putri Hijau (Green Princess)

Folklor Melayu




Dulu, di masa ketika api peperangan membakar langit Selat Malaka dan kekuasaan diperebutkan dari kerajaan ke kerajaan, lahirlah sebuah kisah indah di tepian Sungai Deli—kisah tentang seorang putri yang kecantikannya seolah memancarkan cahaya hijau dari jiwanya.

Di sebuah desa bernama Siberaya, dekat Sungai Petani, hiduplah Putri Hijau, bersama dua saudara uniknya: seekor naga besar bernama Ular Simangombus, dan sebuah meriam sakti yang dikenal sebagai Meriam Puntung.





Suatu pagi, rakyat desa berkumpul dengan wajah cemas.

“Putriku,” ujar seorang tetua desa, “kami tak sanggup lagi memberi makan naga itu. Padi kami habis, hasil laut pun lenyap.”

Putri Hijau, yang selalu bicara dengan lembut namun penuh wibawa, menjawab:

“Kalau rakyatku menderita, maka aku tak layak tinggal di sini. Kita harus pergi. Kita akan mulai lagi… di tempat baru yang damai.”

Mereka pun berpindah ke Deli Tua dan membangun sebuah benteng kuat di atas bukit. Dari sana, negeri mereka menjadi makmur, dipenuhi suara tawa dan alunan suling bambu.

Namun, kabar tentang kecantikan Putri Hijau menyebar sampai ke Aceh. Sang Raja Aceh mengutus utusannya membawa pesan:

“Putri Hijau, engkau bak zamrud di tengah hutan. Jadilah permaisuriku, dan kita satukan kekuatan dua kerajaan.”

Putri Hijau menatap surat itu dengan tenang.

“Katakan pada rajamu,” katanya pada sang utusan, “aku bukan hadiah. Aku tidak dipinang oleh kuasa, melainkan dihargai oleh cinta dan kesetiaan.”

Penolakan itu membuat Raja Aceh murka. Pasukannya menyerbu Deli Tua, namun benteng itu terlalu kuat.

Lalu, mereka menggunakan siasat licik: menembakkan emas ke halaman benteng.

Penjaga mulai tergoda.

“Lihat! Emas! Kita kaya!” teriak seorang prajurit.

“Tunggu!” seru penjaga lainnya, “jangan tertipu—ini jebakan!”

Tapi terlambat. Pasukan Aceh menyusup saat penjaga lengah. Meriam Puntung diledakkan, namun akhirnya pecah dan tak dapat lagi melindungi istana.

Dalam kekacauan itu, Ular Simangombus menghampiri adiknya.

“Cepat, naik ke punggungku!” raung sang naga.

“Tapi rakyatku—” Putri Hijau menoleh dengan air mata di mata.

“Kita akan kembali. Tapi untuk sekarang, kau harus selamat.”

Dan bersama deru angin dan air laut yang mendidih, mereka menyelam ke kedalaman Selat Malaka. Sebagian percaya mereka pergi ke negeri bawah laut, tempat Putri Hijau kini menjaga laut dengan kebijaksanaannya.

Namun ada versi lain…

Putri Hijau sempat ditawan Raja Aceh. Dalam diam, ia berdoa:

“Jika ini takdirku, maka aku terima. Tapi jika masih ada kekuatan di langit yang adil, bawa aku kembali ke lautan yang jernih.”

Saudaranya datang, meluluhlantakkan pasukan Aceh dan membawanya pergi… menghilang selamanya dari dunia manusia.

Kabarnya, saat Raja Aceh pulang, ia tak membawa harta, tak pula kejayaan. Hanya penyesalan.





💫 Pesan Reflektif

Putri Hijau bukan hanya lambang kecantikan—ia adalah suara hati yang berani, cinta tanpa pamrih, dan keberanian menolak kekuasaan yang tak menghormati.

“Lebih baik aku hilang, daripada tunduk tanpa kehormatan,” kata sang Putri di hati para pendongeng.

Kisahnya terus diceritakan… karena legenda yang tulus tak pernah benar-benar tenggelam.






Pesan Moral:

Dari legenda Putri Hijau, ada beberapa pesan moral yang dapat diambil:

  1. Keberanian dan Pengorbanan: Karakter Putri Hijau dan saudaranya menunjukkan keberanian dan pengorbanan untuk melindungi orang-orang yang mereka cintai. Mereka rela melakukan apa pun untuk melindungi tanah air mereka.
  2. Keteguhan Hati dalam Menghadapi Tantangan: Meskipun menghadapi serangan dan pengepungan, mereka tetap bertahan dengan kokoh. Ini mengajarkan tentang pentingnya tetap teguh dan tidak menyerah di tengah cobaan.
  3. Kepercayaan pada Kekuatan Bersatu: Ketika bersatu, orang-orang bisa mengatasi bahkan ancaman terbesar. Cerita ini menekankan kekuatan persatuan dalam menghadapi musuh yang lebih besar.
  4. Hormat dan Perlindungan terhadap Alam: Kisah ini juga menunjukkan hubungan erat antara manusia dan alam, menggambarkan bagaimana mereka melindungi dan menghormati alam sekitar mereka, termasuk saudara-saudara yang memiliki wujud sebagai bagian dari alam.
  5. Kepekaan terhadap Kebutuhan Orang Lain: Ketika Putri Hijau meminta perlakuan khusus sebelum peti yang memenjarakannya turun dari kapal, ini menunjukkan kepekaannya terhadap kebutuhan dasar meskipun dalam situasi sulit.

Dari cerita ini, kita dapat memahami nilai-nilai seperti keberanian, ketekunan, persatuan, dan keterhubungan antara manusia dengan alam sekitar.




Putri Hijau






No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection