Dilema Moral: Harga Kesetiaan
English Version: The Deceitful King
Folklor dari Riau
Di zaman kerajaan Tiangkerarasen, kedamaian dan keserasian tumbuh subur di bawah pemerintahan rajanya yang bijaksana. Ia memiliki beberapa putra dan putri dari seorang ratu yang anggun.
Namun, ketentraman itu tak berlangsung lama. Suatu hari, Raja menemukan seorang gadis muda yang menawan saat berkuda. Setelah berkenalan, ia membawanya ke istananya. Gadis itu tak hanya cantik, tetapi juga lemah lembut dan ramah. Sang Raja, terpesona olehnya, menikahinya, yang menyebabkan kekecewaan dari ratu dan anak-anaknya. Meski mereka menentang, sang Raja tetap terpikat.
Beberapa bulan kemudian, sang istri muda hamil. Ratu dan anak-anak semakin marah. Pertentangan mereka dengan sang Raja semakin memuncak, dan keturunannya memberontak. Keadaan ini sangat memberatkan sang Raja. Akhirnya, ia merencanakan cara untuk memisahkan diri dari istri mudanya.
Suatu hari, ia mengajaknya ke hutan, menaiki perahu menyusuri sungai besar. Saat istri sedang menikmati pemandangan, tiba-tiba sang Raja mendorongnya ke sungai. Terkejut, sang istri berteriak minta tolong, berjuang untuk bertahan di dalam air. Hatinya hancur, namun ia bertekad untuk mengakhiri hubungan yang tegang dengan keluarga.
Di hilir sungai, seorang nelayan menyelamatkan istri muda sang Raja.
Tahun berganti, dan putra sang istri tumbuh menjadi remaja bernama Aji Bonar. Ia gemar bermain gasing dan memancing. Suatu hari, mendengar tentang kegemaran sang pangeran kerajaan dalam gasing dan taruhan, ia memutuskan untuk berkunjung ke Kerajaan Tiangkerarasen. Aji Bonar menantang sang pangeran untuk bertaruh dan menang, dan kemenangannya memicu taruhan yang semakin besar.
Taruhannya berulang kali, dari yang kecil hingga yang besar—sebuah rumah beserta isinya. Aji Bonar selalu menang. Sang pangeran tidak patah semangat, ingin mengalahkan Aji Bonar.
Suatu hari, sang pangeran mengundang seluruh rakyat untuk menyaksikan pertandingan gasing. Sang Raja pun dihadirkan. Sang pangeran mengumumkan taruhannya: seluruh kerajaan melawan Aji Bonar. Jika Aji kalah, ia harus mengembalikan kemenangannya kepada Raja. Namun jika sang Raja kalah, kerajaannya akan diserahkan kepada Aji. Rakyat pun menyetujui.
Pertandingan dimulai. Semua bersorak dan mendukung pilihannya. Gasing Aji Bonar berputar cepat, mengalahkan gasing sang pangeran. Aji Bonar menjadi raja baru.
Beberapa hari kemudian, dengan pasukannya, Aji Bonar menjemput ibunya. Seluruh rakyat menyaksikan kejadian itu, termasuk sang pangeran yang kalah taruhan. Di sampingnya adalah mantan Raja, merasa malu karena putranya yang telah mempertaruhkan kerajaannya. Sementara itu, putra yang diasingkan menjadi raja. Keduanya menyaksikan Raja Aji Bonar dengan rasa malu yang tak terbendung.
Pesan moral: Kesetiaan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
Kisah ini menekankan pentingnya kesetiaan dalam hubungan, khususnya dalam keputusan Raja yang memutuskan untuk meninggalkan istri muda di tengah konflik dengan keluarganya. Ini menegaskan pelajaran tentang kesetiaan dalam menjaga hubungan meskipun dihadapkan pada tekanan dan konflik. Selain itu, juga memberikan peringatan tentang konsekuensi tindakan ceroboh dan curang. Hal ini menjadi pengingat akan pentingnya kejujuran dan keadilan dalam hubungan serta berhati-hati dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
Di Bawah Langit Riau: Perjalanan dengan menunggang kuda |
No comments:
Post a Comment