Simardan

Simardan: Kebaikan kepada Orang Tua dan Pelajaran dari Kesalahan Durhaka


English Version: Simardan

Folklor dari Sumatra Utara

Simardan adalah seorang anak yatim dari Hulu Tanjungbalai, Porsea, Sumatra Utara. Suatu hari, ia bermimpi menemukan harta karun di suatu tempat di sekitar rumahnya. Pagi berikutnya, ia pergi ke lokasi tesebut dan menemukan harta tak ternilai berupa barang-barang berharga seperti emas, perhiasan, atau barang antik yang membuat Simardan menjadi kaya. Beberapa hari kemudian, ia merantau ke Malaysia untuk menjualnya. Setelah bertahun-tahun, Simardan kembali dengan kekayaan dan menikahi seorang putri bangsawan.

Ketika ibunya mengetahui kedatangan Simardan, ia berusaha memeluknya dengan penuh kasih sayang. Namun, Simardan menolak karena malu melihat kemiskinan ibunya. Saat ibunya berdoa, terjadi badai yang menghancurkan kapal Simardan, membuatnya tenggelam menjadi Pulau Simardan. Pelayannya dan istrinya berubah menjadi kera putih tanpa kesalahan dalam perlakuan buruk Simardan kepada ibunya.

Ibu Simardan, setelah tidak diakui oleh anaknya, meninggal di perjalanan pulang. Dia dimakamkan di Hau Napitu, dengan sebuah tugu yang menceritakan tentang dirinya. Cerita ini mengangkat tema anak durhaka. Ada empat tokoh, latar tempat yang berbeda, serta latar waktu. Menggunakan sudut pandang orang ketiga, bahasa Indonesia, dan simbol tempat seperti Pulau Simardan dan desa. Ironi verbal muncul saat ibu yang seharusnya penyayang berubah menjadi pendendam, dan anak yang seharusnya hormat kepada orang tua menjadi durhaka kepada ibunya.


Pesan moral: Jangan durhaka pada orang tua

Cerita Simardan ini pentingnya tidak durhaka kepada orang tua. Pesan moral tentang penghormatan, kebaikan kepada orang tua, serta konsekuensi negatif dari perbuatan durhaka sering kali muncul dalam cerita-cerita rakyat. Melalui kisah Simardan, kita belajar bahwa tindakan durhaka bisa berujung pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Memberikan penghormatan dan kasih sayang kepada orang tua adalah nilai-nilai penting dalam menjalani kehidupan.



Monyet putih







No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection