Tentang Legenda Aji Saka: Kisah Keberanian dan Lahirnya Aksara Jawa
English Version: The Origin of Javanese Script
Folklor dari Jawa Timur
Pada zaman yang lampau di Medang Kamulan, terdapat seorang pemuda berbakat bernama Aji Saka yang melakukan perjalanan dengan dua sahabat setianya, Dora dan Sembada. Saat mereka berhenti di Pegunungan Kendeng, Aji Saka menyerahkan keris keramatnya kepada Sembada, memintanya untuk menjaganya dengan aman dan tidak menyerahkannya kepada siapapun kecuali dirinya. Perjalanan pun dilanjutkan tanpa kehadiran Sembada, dan di suatu tempat sebelum mencapai Medang Kamulan, Aji Saka meminta Dora untuk tinggal karena ia akan melanjutkan perjalanan seorang diri.
Di Medang Kamulan, Aji Saka dengan kekuatannya berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang terkenal karena kegemarannya memangsa manusia. Setelah menyelamatkan rakyat, Aji Saka teringat akan keris keramatnya. Ia mendatangi Dora dan memintanya untuk mengambil keris tersebut dari Sembada. Dora memenuhi perintah Aji Saka dan menuju untuk bertemu sahabatnya di Pegunungan Kendeng.
Saat bertemu, Dora mengungkapkan maksudnya untuk mengambil kembali keris keramat. Namun, Sembada yang berpegang teguh pada perintah Aji Saka, menolak untuk menyerahkan keris tersebut. Kesetiaan mereka kepada Aji Saka bertabrakan, memicu perselisihan dan akhirnya pertempuran sengit antara kedua sahabat setia tersebut. Sementara itu, Aji Saka yang khawatir karena Dora tak kunjung kembali, bergegas menuju Pegunungan Kendeng.
Tiba di tempat yang dituju, Aji Saka terkejut melihat kedua sahabat setianya tewas, setelah saling beradu kesaktian. Terpenuhi oleh kesedihan dan rasa bersalah karena tragedi yang terjadi akibat perintah awalnya, Aji Saka memberikan penghormatan kepada mereka. Ia mengukir beberapa baris pada sebuah batu yang berbunyi: "Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro (ada dua orang), Da Ta Sa Wa La = podho kerengan (mereka berdua berkelahi), Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone (keduanya sama kuat), Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone (maka dari itu, keduanya mati karena sama kuatnya)." Inskripsi ini, sebagai bentuk penghormatan Aji Saka kepada Dora dan Sembada, kemudian diakui sebagai aksara Jawa.
Kisah ini menghormati pengorbanan dan kesetiaan kedua sahabat, sambil menyoroti konsekuensi dari kesalahpahaman, serta lahirnya aksara Jawa dari penghormatan penuh penyesalan dari Aji Saka.
Pesan Moral: komunikasi yang jelas dan pentingnya kesetiaan
Dari cerita ini, pesan moralnya bisa menggambarkan pentingnya memahami pesan dengan baik, komunikasi yang jelas, dan pentingnya kesetiaan. Hal ini juga menyoroti bahwa kadang-kadang, kesalahpahaman bisa terjadi meskipun antara orang-orang yang saling percaya dan setia. Menempatkan kejelasan dan pemahaman di tengah-tengah instruksi atau pesan yang diberikan dapat mencegah konflik atau tragedi yang tidak diinginkan. Selain itu, cerita ini menggarisbawahi pentingnya memahami serta menghormati pesan yang diberikan orang lain, dan betapa berharganya kesetiaan dalam menjalankan perintah.
No comments:
Post a Comment