Folklor dari Kalimantan Tengah
Dia selalu terbangun di sore hari. Lalu ia pergi memancing di sungai sampai malam. Uder tidak pernah membantu istrinya. Itu sebabnya istrinya selalu bekerja sendirian di lapangan. Dia tidak pernah menyerah memberinya saran. Tapi, Uder tidak pernah mendengarkan istrinya. dalam suatu sore, Uder pergi memancing. dia mengambil beberapa cacing sebagai umpan. Dalam perjalanan ke sungai, dia bertemu tetangganya.
"Hei Uder, kemana Anda akan pergi?"
"Aku akan memancing," kata Uder.
"Apa yang Kau memiliki umpan?"
"Beberapa ekor cacing," jawab Uder.
Kemudian ia terus berjalan. Kemudian ia bertemu tetangga lain. Sekali lagi, tetangga bertanya di mana Uder akan dan apa yang dia punya untuk umpan. Uder menjawab.
Setelah itu, ia bertemu tetangga lain. Dia juga menanyakan hal yang sama. Uder lelah menjawab. Dia marah. Jadi dia memutuskan untuk mengabaikan semua orang.
Sementara ia berjalan sangat cepat, ia bertemu sekelompok monyet. Mereka bisa bicara seperti manusia.
"Hei Uder, Kau akan memancing?" Tanya salah satu monyet.
"Ya."
"Apa yang Kau miliki untuk umpan?"
Uder masih kesal dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang sama. Kali ini ia tidak tahan lagi.
"Aku akan menggunakan ibumu sebagai umpan!" kata Uder.
"Hei! Jangan mengejek ibuku!" monyet-monyet itu marah.
Mereka menangkap Uder. Lalu mereka mengikatnya di pohon besar.
"Maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk mengejek ibumu. Aku hanya kesal dengan semua pertanyaan yang sama dari tetangga-tetangga saya," jelas Uder.
"Baiklah, kami memaafkanmu. Kami akan membebaskanmu, jika kau dapat memberitahu kami tempat di mana kita bisa memakan buah-buahan. Kami lapar."
"Pergi ke seberang sungai. Di sana Kau bisa melihat pohon rambutan yang sangat besar. Anda bisa makan rambutan sampai kalian semua kenyang."
Kemudian monyet membebaskannya. Uder kemudian berlari secepat yang dia bisa. Setelah ia tiba di rumah, dia meminta maaf kepada istrinya dan berjanji untuk menjadi suami yang baik. ***
No comments:
Post a Comment