Folklor dari Banten
SUATU hari di musim hujan, para penduduk desa merasa senag senang. Kebanyakan dari mereka adalah petani. Hujan mengairi sawah mereka dan segera akan panen padi. Pak Bong adalah salah satu petani. Dia juga sangat senang.
Dia ingin membeli beberapa pakaian untuk dirinya, istrinya, dan putri tercinta, Nyi Banjarsari. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Orangtuanya mencintainya karena dia sangat patuh. Suatu malam, Pak Bong bermimpi buruk. Seorang pria tua datang kepadanya dan mengatakan hujan tidak akan pernah berhenti dan akan ada banjir besar.
Pada awalnya Pak Bong pikir itu hanyalah sebuah mimpi, namun ternyata dia punya mimpi yang sama di malam berikutnya. Dia memutuskan untuk memberitahu semua penduduk desa tentang mimpinya dan meminta mereka untuk mengungsi di sebuah bukit tidak jauh dari desa mereka.
"Ha ha ha! Anda bercanda, Pak Bong? Bagaimana kita bisa meninggalkan sawah kita? Kami akan memiliki panen besar, ingat?" Semua orang menertawakan Pak Bong.
Pak Bong tidak menyerah. Dia terus meminta warga untuk mengungsi ke bukit. Akhirnya beberapa warga desa percaya padanya. Bersama dengan istrinya, dan anak perempuannya Nyi Banjarsari, Pak Bong dan teman-temannya pergi ke bukit.
Sementara itu, hujan deras turun hari dan malam dan terus berlanjut sampai air masuk ke rumah-rumah. Para penduduk desa menyesal mereka tidak mendengarkan Pak Bong dan mengabaikan nasihatnya. Tak lama kebudian desa tenggelam! Pak Bong dan teman-temannya tidak bisa melakukan apa-apa. mereka sedih karena desa mereka ada di dalam air.
Kemudian mereka berdoa kepada Tuhan. Mereka meminta Tuhan bagaimana agar bisa air kering dari desa mereka. Jawabannya datang dalam mimpi Pak Bong. Dalam mimpinya, orang tua yang sama mengatakan kepadanya bagaimana untuk menyelamatkan desa mereka.
"Jika Anda ingin air mengering, Anda harus mengorbankan putri Anda. Dia harus melompat ke dalam air!" Kata orang tua.
Pak Bong sangat sedih. Dia kemudian mengatakan kepada keluarganya tentang mimpinya. Istrinya tidak setuju sama sekali. Dia tidak ingin kehilangan putrinya yang indah.
"Tidak apa-apa, Ibu. Jika ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan desa kami, saya akan melompat ke dalam air," kata Nyi Banjarsari.
Orangtuanya tidak bisa mengatakan apa-apa. Mereka tidak bisa mencegah anak mereka dari melompat ke dalam air. Perlahan-lahan, air mengering. Pak Bong dan teman-temannya kemudian kembali ke desa mereka. Mereka membangun rumah-rumah mereka dan memiliki kehidupan mereka kembali. Untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka dan terima kasih untuk Nyi Banjarsari, penduduk desa bernama desa mereka ke Banjarsari. ***
No comments:
Post a Comment