Legenda Pohon Kelapa





The Legend of Coconut Tree >> English version

Cerita Rakyat dari Papua

DAHULU kala di Pulau Moor di Papua hidup suami dan istri. Nama suaminya adalah Mora, dan nama istrinya adalah Taribuy. Mereka tinggal berdua. Tidak ada orang lain yang tinggal di pulau.

Tanah di Moor Pulau subur. Setiap tanaman tumbuh dengan baik. Pasangan ini tidak memiliki masalah dengan makanan. Mereka bisa makan setiap buah-buahan dan sayuran di pulau. Pasangan ini hidup bahagia.

Mora dan Taribuy tidak memiliki anak. Pasangan ini berharap mereka bisa memiliki sorang anak sehingga kehidupan mereka akan lebih bahagia. Mereka berdoa kepada Tuhan untuk memberikan anak.

Dan Tuhan menjawab doa mereka. Taribuy hamil. Pasangan ini sangat senang. Mora bekerja lebih keras. Dia membuka lahan dan ia membangun rumah yang lebih besar. Dia meminta istrinya hanya untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja keras. Dia ingin istri dan bayi menjadi sehat.

Sembilan bulan kemudian, bayi itu lahir. Dia adalah seorang bayi laki-laki. Mora menamainya Reio. Mora dan Taribuy sangat senang. Mereka mengurus Reio dengan cinta.

Reio tumbuh sebagai anak yang baik. Dia selalu membantu orang tuanya. Setiap pagi ia membantu ayahnya pergi berburu binatang dan mengambil beberapa buah-buahan dan sayuran.

Suatu hari, Mora dan Reio berburu. Sementara mereka sedang mencari hewan, tiba-tiba Mora merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.

"Apakah kamu baik-baik saja, Ayah?"

"Saya tidak yakin, Nak. Aku tidak merasa nyaman."

Mereka pulang ke rumah. Taribuy benar-benar khawatir. Dia merawat suaminya. Dia meminta anaknya untuk memilih daun tertentu. Dia ingin membuat obat tradisional.

Sayangnya obat tidak bekerja. penyakit Mora semakin parah. Mora semakin lemah.

Mora merasa dia tidak akan hidup lebih lama. Dia memanggil istrinya dan anaknya dan memberi mereka pesan.

"Istri dan anak saya, saya semakin lemah. Aku merasa aku akan segera mati."

"Tolong, jangan mengatakannya, Ayah. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyembuhkan Ayah," kata Reio.

Dia menangis.

"Tidak apa-apa, Nak. Aku tahu kau dan ibumu telah melakukan terbaik. Tapi dengar. Jika aku meninggal, tolong kubur saya di halaman depan. Bersihkan kuburan saya setiap hari. Dan ketika pohon tumbuh di kuburan saya, tolong urus pohon itu. Ia akan berguna bagimu," kata Mora.

Tidak lama setelah itu, Mora meninggal. Reio dan ibunya sangat sedih. Dan mereka melakukan permintaan Mora. Mereka mekuburkannya di halaman depan.

Apa yang Mora kstakan benar. Sebuah pohon tumbuh di kuburan Mora. Reio dan ibunya tidak tahu apa-apa tentang pohon itu. Itu adalah pohon yang aneh. Mereka belum pernah melihat pohon itu sebelumnya. Buahnya keras. Dan ketika mereka mengupas kulitnya, mereka menemukan buah keras di dalam. Mereka memecahkan dan menemukan air yang manis. Dan mereka juga menemukan daging buah yang lezat. Mereka mencintai pohon itu.

Mereka menamakan pohon sebagai Nera yang berarti kepala Mora. Pohon itu tumbuh dengan baik dan sekarang pohon dikenal sebagai pohon kelapa. ***



Pesan Moral

Pesan moral dari cerita tentang Mora, Taribuy, dan putra mereka Reio di Pulau Moor, Papua, menekankan beberapa nilai utama:

1. Bersyukur dan Kepuasan: Mora dan Taribuy bersyukur atas tanah yang subur dan kehidupan sederhana yang bahagia yang mereka miliki. Mereka menunjukkan penghargaan atas apa yang mereka miliki, bahkan sebelum putra mereka lahir.

2. Kerja Keras dan Tanggung Jawab: Mora bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan keluarganya dan membangun rumah yang lebih baik. Reio mengikuti jejak ayahnya, membantu berburu dan mengumpulkan makanan, menunjukkan pentingnya tanggung jawab dan ketekunan.

3. Cinta dan Perhatian: Cerita ini menyoroti cinta dan perhatian yang mendalam dalam keluarga. Kepedulian Mora terhadap kesejahteraan istri dan anaknya, upaya Taribuy untuk menyembuhkan suaminya, dan dedikasi Reio kepada orang tuanya menunjukkan kekuatan ikatan keluarga.

4. Menghormati Keinginan Terakhir: Permintaan Mora untuk dimakamkan di halaman depan dan merawat pohon yang akan tumbuh di sana dihormati oleh keluarganya. Ini mengajarkan pentingnya menghormati dan menghargai keinginan orang yang kita cintai.

5. Transformasi dan Warisan: Transformasi makam Mora menjadi pohon kelapa melambangkan bagaimana kehidupan dapat terus berlanjut dan menyediakan bagi orang lain bahkan setelah kematian. Ini menunjukkan bahwa merawat warisan orang yang kita cintai dapat menghasilkan manfaat yang tak terduga dan abadi.

Secara keseluruhan, cerita ini mengajarkan tentang bersyukur, kerja keras, cinta, menghormati keinginan orang lain, dan gagasan bahwa warisan dapat memberikan dukungan dan kebutuhan yang berkelanjutan.


No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection