Search This Blog

Legenda Bunga Seroja/Teratai

Legenda Bunga Seroja: Kisah Perubahan Dewi Arum di Umbul Wening

The Legend of Lotus >> English Edition

Folklor dari Jawa Barat






Dongeng Rakyat dari Jawa Barat

Alkisah, di jantung tanah Pasundan, berdirilah sebuah kerajaan yang damai bernama Umbul Wening. Namanya berarti "mata air jernih", dan memang benar, negeri itu diberkahi dengan air yang berkilauan serta pepohonan hijau yang rimbun. Rakyat hidup rukun dan sejahtera, dipimpin oleh seorang raja bijaksana dan penuh kasih bernama Prabu Ranubahu.

Sang raja memiliki seorang putri bernama Dewi Arum, seorang putri yang begitu cantik hingga bunga-bunga pun tampak mekar lebih indah saat ia lewat. Namun, Dewi Arum memiliki kebiasaan yang cukup unik—ia sangat gemar berenang. Lebih dari apa pun, Dewi Arum menyukai saat-saat menyelam di dalam air jernih sebuah kolam suci di taman istana. Setiap hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam di sana, tenggelam dalam riak dan pantulan air, bermimpi di bawah langit terbuka.

Meskipun kolam itu begitu indah, kegemarannya yang berlebihan mulai membuat sang raja dan ratu khawatir.
"Putriku sayang," bisik sang ratu lembut, "jangan terlalu larut dalam air. Masih banyak tugas kerajaan yang menantimu."

Namun Dewi Arum sering kali lupa akan segalanya saat berenang—pelajaran, tugas, bahkan waktu makan. Hal itu membuat sang raja merasa cemas.
"Seorang putri tak boleh mengabaikan tanggung jawabnya," tegasnya. "Kau bukan lagi anak kecil yang bisa bermain sepanjang hari!"





Suatu hari, suasana ceria di Umbul Wening berubah drastis. Penyakit misterius mulai menyebar ke seluruh kerajaan. Warga desa menjadi lemah dan demam, dan tak seorang pun tahu penyebabnya. Prabu Ranubahu sangat sedih melihat rakyatnya menderita. Ia segera memanggil tabib istana, berharap ada obat yang bisa menyembuhkan mereka.

Namun bahkan sang tabib istana, yang selama ini berhasil menyembuhkan berbagai macam penyakit, hanya bisa menggelengkan kepala dengan wajah murung.
“Paduka, hamba telah mencoba semua ramuan yang hamba miliki, namun tak satu pun berhasil. Penyakit ini di luar pemahaman hamba.”

Hati sang raja hancur melihat penderitaan rakyatnya. Ia pun berdoa dengan sungguh-sungguh. 🌙 Hari demi hari, malam demi malam, ia berlutut dalam keheningan, membisikkan harapan kepada langit.
“Ya Tuhan,” pintanya lirih, “tunjukkanlah cara untuk menyembuhkan negeriku.”

Suatu malam, saat sedang tertidur di kamarnya, Prabu Ranubahu mengalami mimpi yang aneh namun terasa begitu nyata. Dalam mimpinya, muncul seorang lelaki tua berjanggut putih panjang dan berwajah bercahaya. Suaranya lembut dan penuh kebijaksanaan, seperti desir angin yang berhembus di antara pepohonan tua.

“Paduka Raja,” kata orang tua itu, “masih ada harapan. Di dalam hutan lebat Krendawahana, tersembunyi sebuah kolam suci. Di tempat itu tumbuh bunga-bunga ajaib yang tak ada duanya. Jika sang putri, Dewi Arum, memetik bunga itu dengan hati yang tulus, penyakit akan lenyap dari negeri ini.”

Prabu Ranubahu terbangun dengan jantung berdegup kencang. Mimpi itu terasa nyata dan sangat mendesak. Tanpa menunda waktu, ia memanggil Dewi Arum ke ruang singgasana.

“Putriku,” ucapnya lembut, “Ayah mendapat penglihatan... pesan dari Yang Maha Kuasa. Hanya engkau yang dapat memetik bunga-bunga penyembuh itu. Mereka tumbuh di sebuah kolam tersembunyi, jauh di dalam hutan Krendawahana.”

Dewi Arum terkejut, namun ia bisa melihat kegelisahan di mata ayahnya dan mendengar keputusasaan dalam suaranya. Meskipun belum pernah bepergian sejauh itu, ia mengangguk dengan berani.
“Jika aku bisa membantu, aku akan pergi, Ayahanda.”

Namun begitu, sang raja tetap diliputi kekhawatiran. Hutan Krendawahana itu liar dan jauh dari perlindungan istana. Tak ingin membiarkan Dewi Arum pergi sendirian, ia memerintahkan beberapa dayang setia dan prajurit istana untuk menemani sang putri dalam perjalanan. Dengan doa dan restu, Dewi Arum beserta rombongannya pun berangkat—menuju perjalanan yang akan mengubah segalanya.

Setelah menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan, Putri Dewi Arum dan para dayangnya akhirnya tiba di hutan misterius Krendawahana. Jalan yang mereka lalui tidaklah mudah—semak berduri menutupi jalur, dan suara binatang asing menggema dari balik pepohonan. Tak seorang pun dari istana pernah memasuki hutan ini sebelumnya. Tatapan-tatapan asing seolah mengintai mereka dari kegelapan, dan gemerisik dedaunan membuat mereka saling berpegangan dalam ketakutan. Namun hati mereka tetap dipenuhi harapan. Mereka hanya ingin menemukan kolam ajaib itu, memetik bunga penyembuh, dan meninggalkan hutan yang liar ini.

Akhirnya, setelah berjalan seakan tanpa akhir, mereka menemukan sebuah kolam tersembunyi di tengah rimba. Tempat itu sungguh menakjubkan. Airnya berkilau seperti kaca diterpa cahaya mentari, dan burung-burung warna-warni beterbangan di sekelilingnya. Seluruh tempat itu tampak seperti surga rahasia. Untuk sesaat, semua orang terdiam, terpesona.

Dewi Arum pun sangat terpukau. “Tempat ini bahkan lebih indah dari kolam kerajaan,” bisiknya, matanya berbinar penuh kekaguman. Tanpa ragu, ia melangkah masuk ke dalam air sambil tertawa riang. Air yang jernih dan sejuk menyambutnya dengan lembut, dan ia berenang dengan bahagia, seperti saat di taman istana.

Para dayang, meskipun ikut terpesona dengan keindahan tempat itu, mulai merasa cemas. Mereka memanggilnya dengan lembut,
“Paduka Putri, mohon ingat tujuan kita. Kita harus menemukan bunga penyembuh dan segera kembali ke istana.”
Namun Dewi Arum tak mengindahkan. Ia larut dalam keajaiban kolam itu, berenang selama berjam-jam, hingga melupakan alasan kedatangannya.

Sementara itu, di istana, Prabu Ranubahu berjalan mondar-mandir dengan cemas. Kegelisahan tergambar jelas di wajahnya. Ia tak bisa tidur, tak mampu makan. Rakyatnya masih menderita, dan bunga penyembuh itu belum juga tiba. Setiap detik terasa begitu lama.

“Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi,” kata sang raja akhirnya. “Aku harus mencarinya sendiri.”

Tanpa ragu, Prabu Ranubahu menunggang kudanya dan menembus hutan lebat, dengan hati yang penuh harap sekaligus cemas. Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya ia tiba di kolam tersembunyi itu—dan pemandangan yang dilihatnya membuat hatinya remuk.

Di sana, di tengah air yang berkilauan, Dewi Arum masih berenang dan tertawa, sama sekali tak menyadari berapa lama waktu telah berlalu. Hati sang raja terbakar oleh amarah dan kecewa.

“Dewi Arum!” teriaknya lantang. “Apa yang kau lakukan?! Rakyat kita menderita, dan kau di sini bermain air?! Ayah sudah memperingatkanmu untuk tidak melupakan tanggung jawab! Berenang boleh, tapi tidak ketika tugasmu sebagai putri sedang dipertaruhkan! Kau diutus ke sini untuk sebuah tujuan!”

Suaranya bergetar karena emosi.
“Ayah kecewa… Kau tak layak kembali ke istana. Jika kau lebih mencintai kolam ini daripada rakyatmu, maka tinggallah di sini—untuk selamanya!”

Begitu kata-kata menyakitkan itu terucap, keheningan aneh menyelimuti tempat itu.

Tiba-tiba, air kolam beriak… dan Dewi Arum menghilang ke dalamnya.

Sebagai gantinya, muncul sebuah bunga yang sangat indah—kelopaknya lembut, bersinar lembut seolah disinari cahaya bulan. Prabu Ranubahu terperanjat.

“Tidak… apa yang telah kulakukan?” bisiknya lirih, jatuh berlutut di tepi kolam. Namun semuanya sudah terlambat. Dewi Arum telah tiada—berubah menjadi bunga yang lahir dari cintanya pada air dan tugas yang belum ditunaikan.

Dengan hati hancur, sang raja memetik bunga itu dengan lembut dan membawanya pulang ke istana. Dan sungguh ajaib—kehadiran bunga tersebut menyembuhkan semua rakyat yang sakit. Keceriaan kembali ke negeri, dan rakyat pun bersorak penuh syukur.

Mereka menamai bunga itu Seroja/Teratai, sebagai penghormatan bagi sang putri yang menjadi lambang kesedihan… dan harapan.



Roh Dewi Arum yang Mekar —Sebuah pengingat lembut bahwa keindahan sejati tumbuh dari cinta dan pengorbanan.





🌸 Pesan Moral 🌸
Kadang, hal-hal yang kita cintai bisa membuat kita lupa akan hal yang lebih penting. Kisah Dewi Arum mengajarkan kita tentang tanggung jawab, disiplin diri, dan kekuatan sebuah pengorbanan. Meski ia pernah salah langkah, kisahnya tetap mekar menjadi sesuatu yang indah—mengingatkan kita bahwa dengan ketulusan, kita masih bisa memberi cahaya bagi orang lain, bahkan setelah kita tiada. 🌼





Seroja/Teratai





🌿 Fun Fact – Teratai vs. Seroja 🌿

Tahukah kamu? 🌸
Di Indonesia, bunga seroja (🌺 Nelumbo nucifera) sering disebut teratai. Padahal, secara ilmiah, teratai adalah nama untuk water lily (Nymphaea spp.), yang bunganya mengapung di atas air.

Sementara seroja atau lotus justru menjulang di atas permukaan air, dan punya makna spiritual yang mendalam di banyak budaya Asia.

✨ Jadi meskipun dalam cerita ini disebut "teratai", bunga yang dimaksud sebenarnya adalah seroja—bunga cantik yang muncul dari kolam dan menjadi simbol pengorbanan Dewi Arum. 🌺🌊





🌿 Catatan Tambahan: Seroja vs. Teratai dalam Budaya dan Pengobatan 🌿

🔹 Seroja (Lotus / Nelumbo nucifera)

  • Simbolisme Spiritua: Seroja memiliki makna mendalam dalam budaya Asia, melambangkan kesucian, pencerahan, dan kebangkitan spiritual. Dalam ajaran Buddha dan Hindu, bunga ini sering dikaitkan dengan perjalanan jiwa menuju kesempuraan.

  • Manfaat Pengobata: Seluruh bagian tanaman seroja digunakan dalam pengobatan tradisional. Akar rimpangnya dimanfaatkan untuk mengatasi demam, peradangan, dan gangguan pencernaan. Biji seroja dikenal membantu mengatasi insomnia dan kecemsan. Reference: PMC Article

🔹 Teratai (Water Lily / Nymphaea spp.)

  • Simbolisme Budaa: Teratai sering diasosiasikan dengan keindahan dan ketenangan. Meskipun memiliki nilai estetika tinggi, perannya dalam simbolisme spiritual tidak sekuat sroja.

  • Manfaat Pengobatn: Beberapa spesies teratai digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi demam, gangguan pencernaan, dan sebagai penenang ringan. Namun, penggunaannya tidak seumum seroja dalam praktik pengobatan tradisonal. Reference: PMC Article

🔹 Kesimplan

Meskipun seroja dan teratai sering disamakan dalam bahasa sehari-hari, keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam konteks budaya dan pengobatan. Dalam kisah Dewi Arum, bunga yang muncul dari pengorbanannya lebih tepat disebut seroja (lotus), mencerminkan transformasi spiritual dan penyembuhan bagi rakatnya.





No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection