Search This Blog

Pulau Roti

Cerita dari Pulau Roti: Gadis Kecil yang Menjadi Monyet

A Story from Roti Island | English version




Dahulu kala, di pulau Roti yang indah di Nusa Tenggara Timur, hiduplah seorang nenek yang baik hati bersama cucu perempuannya yang ceria. Mereka hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang terbuat dari anyaman daun lontar, dikelilingi perbukitan hijau dan ladang emas yang luas.

Setiap hari, mereka bekerja bersama di kebun sayur milik mereka. Sang nenek biasa membawa hasil panen ke pasar desa, sementara sang cucu membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun hidup mereka sederhana, kasih sayang dan perhatian di antara mereka sangat besar.

Pada suatu pagi yang cerah, ketika burung-burung bernyanyi di pepohonan dan matahari mulai menyinari perbukitan, sang nenek bersiap-siap untuk pergi ke pasar.

Sebelum pergi, ia mengingatkan cucunya dengan lembut,
"Nak, tolong masak nasi untuk makan siang kita, ya. Tapi ingat, cukup gunakan satu butir beras saja. Itu sudah cukup untuk kita berdua."





Gadis kecil itu mengedipkan mata karena terkejut.
“Hanya satu butir, Nek? Itu pasti nggak cukup untuk kita berdua.”

Sang nenek tersenyum lembut.
“Percayalah padaku. Lakukan saja seperti yang nenek bilang.”

Lalu ia berjalan menuruni jalan setapak menuju pasar, membawa keranjang anyaman di atas kepalanya.

Sendirian di rumah, sang cucu memandangi mangkuk kecil berisi beras itu sambil mengernyit.
“Hanya satu butir? Tapi aku lapar… Nenek pasti juga akan lapar.”

Mengabaikan pesan neneknya, gadis kecil itu mengambil dua genggam penuh beras dan memasukkannya ke dalam panci. Ia menambahkan air dan meletakkannya di atas api.

Awalnya semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi tak lama kemudian, terdengar desisan uap dari panci. Lalu suara gelembung… dan tiba-tiba, nasi itu mulai membesar!

“Aduh! Apa yang terjadi?!”

Nasi itu mengembang, tumpah dari panci, dan mengalir ke lantai. Dalam hitungan detik, dapur mereka terendam bubur nasi hangat yang lengket. Bubur itu mengalir seperti sungai kecil, naik ke dinding dan memenuhi setiap sudut rumah.

Ketika sang nenek pulang dari pasar dan melihat kekacauan itu, ia sangat terkejut dan marah.

“Apa yang kamu lakukan?!” teriaknya.
“Nenek sudah bilang, cukup satu butir!”

“Maafkan aku, Nek!” gadis kecil itu menangis tersedu.
“Aku pikir itu tidak akan cukup…”

Tapi nenek, yang dibutakan oleh amarah, mengambil sebatang tongkat kayu dan memarahi cucunya dengan keras.
Ia memukulnya sekali, dua kali—
Gadis kecil itu menangis dan memohon, tapi amarah sang nenek tak terbendung.

Lalu… sesuatu yang aneh terjadi.
Tubuh gadis kecil itu mulai berubah—
Tangan dan kakinya mengecil dan menggelap, wajahnya menjadi kecil dan berbulu, dan sebuah ekor panjang tumbuh di belakangnya.

Ia telah berubah menjadi seekor monyet!







Monyet kecil itu mengeluarkan suara lirih dan segera memanjat pohon terdekat. Sang nenek menjatuhkan tongkatnya karena terkejut.

Dari atas cabang pohon, monyet itu berbicara dengan suara gemetar,
“Nenek… aku bukan cucumu lagi. Aku sekarang seekor monyet. Aku tak bisa tinggal bersamamu lagi.”

“Maafkan nenek, Nak!” tangis sang nenek. Air mata membasahi pipinya.
“Nenek tidak bermaksud menyakitimu… kembalilah…”

Tapi semuanya sudah terlambat.
Monyet itu menatapnya untuk terakhir kali dengan tatapan sedih… lalu menghilang ke dalam rimbunnya hutan, dan tak pernah kembali.

Sejak hari itu, sang nenek hidup dalam penyesalan yang dalam, selalu merindukan gadis kecil yang dulu sangat ia sayangi.

Dan begitulah, masyarakat Pulau Roti terus menceritakan kisah ini kepada anak-anak mereka.
Mereka percaya bahwa tidak seharusnya anak dipukul, bahkan saat sedang marah—karena siapa tahu? Anak itu bisa saja berubah menjadi monyet dan pergi untuk selamanya. 🌴







💡 Pesan Moral Cerita:

“Dengarkan dengan percaya, dan bimbinglah dengan kasih.”
Secara khusus, cerita ini mengajarkan:

🌾 Kepatuhan dan Kepercayaan — Sang cucu diminta mengikuti arahan sederhana, namun keraguannya menimbulkan konsekuensi besar. Ini mengingatkan kita bahwa kadang orang yang lebih tua tahu hal yang tak kita sadari, dan kepercayaan adalah fondasi penting dalam hubungan.

💔 Mengendalikan Amarah dengan Kasih Sayang — Reaksi nenek yang keras membuatnya kehilangan seseorang yang ia cintai. Cerita ini menegaskan bahwa kemarahan yang tidak terkendali bisa menghancurkan hubungan. Sebaiknya mendidik anak dengan kelembutan dan kesabaran.

🧒🐒 Menghargai Anak — Cerita rakyat ini juga menekankan kepercayaan masyarakat Pulau Roti bahwa anak-anak harus diperlakukan dengan lembut dan tidak boleh dihukum secara fisik. Ini menjadi pengingat halus agar tidak melampiaskan kemarahan kepada anak-anak yang polos.

🌿 Penyesalan dan Pengampunan — Tindakan dalam kemarahan tak selalu bisa diperbaiki. Kisah ini membawa pesan agar kita berpikir sebelum bertindak, dan menyadari bahwa pilihan yang salah bisa meninggalkan luka mendalam.








Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection