Jejak Pasola: Bab 5

Bab 5: Setelah Pasola – Merenungi Tradisi


English Version: The Aftermath of Pasola

Perayaan Pasola telah usai, tetapi gema derap langkah kuda dan benturan tombak kayu masih terngiang di udara. Desa Sumba perlahan kembali ke ritmenya, namun bagi Arya, festival ini meninggalkan jejak yang mendalam di benaknya. Rasa bangga, intensitas, dan pelajaran yang dipetik terlalu kuat untuk segera pudar.

Berjalan di samping Merapu, kuda hitamnya yang setia, Arya menelusuri jalan desa. Matahari tergantung rendah di cakrawala, memancarkan cahaya hangat di atas atap-atap rumah berdinding jerami dan ladang yang terbentang luas. Pikirannya melayang kembali ke peristiwa Pasola—bagaimana festival itu bukan hanya sekadar tontonan, tetapi sebuah bukti hidup dari hubungan mereka dengan roh-roh Marapu. Itu adalah cerminan keberanian, persatuan, dan cara hidup kuno mereka.

"Aku bertanya-tanya, Merapu, berapa lama lagi kita bisa menjaga tradisi ini tetap hidup," gumam Arya, tangannya dengan lembut menyisir surai kuda yang halus.

Merapu mengeluarkan suara lembut, seolah setuju, kakinya membuat suara ritmis di atas tanah yang kering.

Sore itu, Arya duduk di bawah pohon beringin suci di tengah desa. Pohon tua itu, dengan akar yang menjalar dan kanopi yang lebat, telah menyaksikan banyak perayaan Pasola. Arya bersandar di batang pohon, memejamkan mata, membiarkan keteduhan pohon itu menawarkan sedikit kedamaian.

Tiba-tiba, seorang warga tua mendekat. Itu adalah Raga, salah satu sesepuh desa, dengan wajah yang dihiasi keriput penuh kebijaksanaan.

"Kau terlihat sedang berpikir dalam, Arya," kata Raga, duduk di sampingnya.






Arya mengangguk, menatap ke arah cabang-cabang pohon. "Aku sedang memikirkan masa depan Pasola, Pak Raga. Rasanya setiap tahun semakin sulit untuk mempertahankannya. Dunia di luar pulau kita berubah begitu cepat, dan aku khawatir apakah kita bisa terus menjaga tradisi kita."

Raga tertawa pelan, sebuah suara yang penuh kehangatan dan pemahaman. "Ah, kalian yang muda selalu khawatir tentang masa depan. Tapi Pasola itu lebih dari sekadar festival, Arya. Itu ada dalam darah kita, dalam napas kita, dan dalam cara kita hidup setiap hari."

Arya mengernyit, menatap warga desa yang melanjutkan kegiatan sehari-hari mereka—ada yang menanam padi di ladang, ada yang menenun kain ikat dengan pola rumit. "Tapi bagaimana jika suatu hari nanti... semuanya berubah terlalu banyak?"

Raga menghela napas, meletakkan tangannya di lutut. "Perubahan tidak bisa dihindari, tetapi tradisi seperti Pasola dibawa di hati. Selama kita menghormati tanah kita, leluhur kita, dan satu sama lain, Pasola akan tetap hidup. Itu tidak hanya ada dalam tombak kayu yang kita lempar, tapi juga dalam cara kita merawat sawah kita, bagaimana kita menghormati roh-roh, dan bagaimana kita saling mendukung sebagai komunitas."

Arya mendengarkan dengan saksama, kata-kata bijak dari Raga menggema dalam dirinya. Festival itu mungkin sudah berakhir, tetapi nilai-nilai yang diajarkan—keberanian, persatuan, penghormatan terhadap alam—masih terjalin dalam kehidupan sehari-hari mereka. Esensi Pasola tidak memudar dengan akhir perayaan; ia tetap hadir dalam setiap tindakan, setiap momen.

Dia menunduk ke arah Merapu, yang sejak tadi sedang merumput dengan tenang di dekatnya. Kuda itu mengangkat kepalanya, menatap Arya dengan tatapan tenang namun penuh keteguhan, seolah-olah turut menyetujui kebijaksanaan Raga.

"Mungkin Pak Raga benar," kata Arya, tersenyum tipis. "Selama kita ingat semangat Pasola, itu akan selalu ada bersama kita."

Raga mengangguk, meletakkan tangannya di bahu Arya. "Tepat sekali. Tradisi bukan hanya tentang peristiwa besar, Arya. Ini tentang bagaimana kita hidup, hari demi hari, dengan kehormatan dan keterikatan pada akar kita."

Saat matahari tenggelam di balik bukit-bukit di kejauhan, Arya merasakan kedamaian yang baru. Masa depan mungkin tak pasti, tapi selama orang-orang Sumba menyimpan semangat Pasola di hati mereka, festival itu—beserta segala maknanya—akan terus bertahan.



Jejak Pasola

Jejak Pasola: Intro

Prolog: Perayaan Pasola: Mengikuti Langkah Marapu

Bab 1: Festival Pasola yang Penuh Warna

Bab 2: Ikatan Persaudaraan

Bab 3: Tantangan Pasola

Bab 4: Kehidupan Setelah Pasola

Bab 5: Setelah Pasola – Merenungi Tradisi








No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection