Legenda Dewi Rengganis, Sang Penjaga Gunung Argopuro
Jauh sebelum jalur pendakian dibuat dan peta gunung digambar, Gunung Argopuro telah lebih dulu dikenal sebagai gunung yang sunyi dan penuh rahasia. Hutan-hutannya lebat, anginnya sering berbisik, dan kabutnya datang tanpa permisi. Orang-orang tua di lereng gunung sering berkata:
“Argopuro bukan gunung biasa. Ia dijaga.”
Penjaga itu, menurut cerita rakyat yang paling dikenal, adalah Dewi Rengganis.
Pada masa kerajaan Jawa kuno, hiduplah seorang putri bangsawan bernama Rengganis. Ia terkenal bukan hanya karena kecantikannya, tetapi karena hatinya yang lembut dan pikirannya yang tenang. Namun kehidupan istana tidak selalu seindah temboknya yang berlapis emas.
Suatu malam, di bawah cahaya bulan, Dewi Rengganis berdiri di beranda istana. Angin berhembus pelan, membawa suara gamelan dari kejauhan.
“Aku lelah,” ucapnya lirih kepada dayang setianya.
“Bukan lelah berjalan… tapi lelah berada di tempat yang tak lagi memberi ketenangan.”
Dayangnya terdiam, lalu bertanya pelan,
“Ke mana Tuanku akan pergi?”
Dewi Rengganis menatap ke arah barat, ke pegunungan yang biru gelap di kejauhan.
“Ke tempat di mana aku bisa mendengar suaraku sendiri.”
![]() |
| Dewi Rengganis, penjaga Gunung Argopuro, hadir dengan kelembutan untuk mengingatkan manusia agar hidup selaras dengan alam. |
Maka, ia pun meninggalkan istana. Bersama beberapa pengikut setia, Dewi Rengganis berjalan menuju Gunung Argopuro. Mereka menembus hutan, naik ke dataran tinggi, hingga akhirnya menemukan tempat yang sunyi dan damai.
Di sanalah Dewi Rengganis menjalani pertapaan dan laku spiritual. Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Ia belajar mendengar suara angin, memahami bahasa hutan, dan menyelaraskan diri dengan alam.
Konon, pada suatu senja berkabut, Dewi Rengganis berkata:
“Jika manusia menjaga alam dengan hormat,
alam pun akan menjaga manusia.”
Sejak saat itu, masyarakat percaya bahwa Dewi Rengganis tidak pernah benar-benar pergi. Ia menyatu dengan Gunung Argopuro, menjadi penjaga yang tak terlihat.
Salah satu tempat yang paling sering dikaitkan dengannya adalah Danau Taman Hidup. Airnya jernih, suasananya hening, dan sering diselimuti kabut tipis. Pendaki yang singgah di sana kerap merasakan ketenangan yang aneh — seolah waktu berjalan lebih lambat.
Ada kisah seorang pendaki yang mendengar suara perempuan berkata lembut di tengah kabut:
“Jaga ucapanmu. Jaga langkahmu.”
Tak ada siapa-siapa saat ia menoleh. Namun sejak itu, ia berjalan dengan lebih hati-hati.
Orang-orang setempat percaya, Dewi Rengganis akan menunjukkan kebaikannya kepada mereka yang sopan, dan menunjukkan kuasanya kepada mereka yang merusak atau sombong.
Hingga hari ini, legenda Dewi Rengganis terus hidup. Ia diceritakan kembali oleh orang tua kepada anak-anaknya, oleh pemandu gunung kepada pendaki pemula, dan oleh masyarakat sekitar Argopuro sebagai pengingat.
Bahwa gunung bukan sekadar tempat untuk ditaklukkan.
Bahwa hutan bukan sekadar latar petualangan.
Dan bahwa alam selalu mendengar cara manusia memperlakukannya.
Dewi Rengganis mungkin hanya legenda, bukan tokoh sejarah. Namun dalam setiap kabut Argopuro, namanya masih berbisik — mengajarkan keseimbangan, ketenangan, dan rasa hormat.
Pesan Moral
Legenda Dewi Rengganis mengajarkan bahwa manusia yang bijaksana adalah mereka yang hidup selaras dengan alam, mendengarkan suara batin, dan menghormati kehidupan dengan kelembutan.




