Kesuma, Legenda Gunung Bromo

Kesuma, Pelajaran Kesetiaan dan Pengorbanan dari Legenda Gunung Bromo



Kesuma, The Legend of Mount Bromo | English Version

Cerita Rakyat dari Jawa Timur


APAKAH Anda sudah membaca edisi berjudul Watu Singa? Isinya bercerita tentang pasangan suami istri bernama Joko Seger dan Roro Anteng. Mereka telah menikah selama bertahun-tahun namun mereka belum memiliki anak.

Mereka ingin punya anak, mereka berdoa kepada Dewa setiap hari. Dan akhirnya Joko Seger punya visi. Istrinya akan hamil jika dia bermeditasi di dalam gua. Namun, seekor singa tinggal di dalam gua. Joko Seger bertempur dengan singa itu. Ia memenang! Belakangan dia bermeditasi di dalam gua. Nah, apakah Anda ingin tahu apakah Joko Seger dan Roro benar-benar memiliki beberapa anak? Ayo baca terus! Joko Seger bermeditasi. Lalu, dia mendengar sebuah suara.







"Joko Seger, semua Dewa setuju untuk memberi anak, banyak anak."

"Sungguh, terima kasih banyak," kata Joko Seger dengan gembira.

"Tapi ada satu syarat yang harus Anda lakukan."

"Katakan saja, saya akan melakukan apapun asalkan Anda memberi saya banyak anak," kata Joko Seger.

"Anda akan memiliki 25 anak, tapi Anda harus mengorbankan salah satu dari mereka saat mereka dewasa."

"Saya setuju," kata Joko Seger tanpa keraguan.

Dia sangat bahagia sehingga Tuhan akan memberi mereka 25 anak. Dia mengira mengorbankan salah satu dari mereka tidak menjadi masalah. Dia masih memiliki 24 anak.

Di rumah,] oko Seger memberitahu istrinya tentang percakapannya dengan tuhan. Dan Roro Anteng tidak bisa mengatakan apapun. Bagaimanapun, suaminya telah berjanji pada Tuhan. Dia berharap mereka tidak akan pernah mengorbankan satu anak.

Belakangan, Roro Anteng sedang hamil. Mereka punya bayi! Joko Seger dan Roro Anteng sangat senang. Bayi pertama lalu diikuti oleh bayi lain. Terkadang, bayi lahir kembar dan lain kali bayi lahir kembar tiga. Dan pasangan itu akhirnya memiliki 25 anak. Mereka sangat senang.

Dan saat anak-anak sudah dewasa, Joko Seger bermimpi. Dia berbicara dengan Dewa.

"Joko Seger, ingatlah janjimu, aku ingin kamu membawa salah satu anakmu ke kawah Gunung Bromo, mengorbankan anakmu di sana, jika kamu tidak menepati janjimu, gunung itu akan meletus dan menghancurkan semuanya."

Joko Seger terbangun dari tidurnya. Dia gelisah. Dia kemudian berbicara dengan semua anaknya tentang janjinya.

"Tidak, Ayah, saya tidak ingin mati," kata yang tertua.

"Saya juga tidak, Ayah," kata anaknya yang lain.

Semua anak menolak untuk dikorbankan. Joko Seger tidak sampai hati untuk memaksanya. Dia mencintai semua anaknya. Tiba-tiba, anak bungsu berbicara. Namanya adalah Kesuma.

"Tolong izinkan saya melakukannya, Ayah. Saya mencintai keluarga dan orang-orang Tengger, tapi tolong, peringati pengorbanan saya, setiap tahun, mohon adakan upacara dan sediakan beberapa persembahan ke kawah Gunung Bromo," kata Kesuma.

Kesuma adalah anak yang sangat baik. Dia taat kepada orang tuanya dan sangat baik kepada orang lain. Semua penduduk desa mencintainya. Dia baik dan selalu membantu orang lain.

Kesuma pergi ke kawah. Dia melompat dan dia ditelan api. Semua orang sedih. Dan mereka semua sangat bersyukur kepada Kesuma. Karena dia, tempat mereka aman dari letusan Gunung Bromo.

Sampai sekarang, setahun sekali masyarakat Tengger selalu mengadakan upacara untuk memperingati Kesuma. Mereka membawa sesaji ke kawah Gunung Bromo. ***




Berkorban demi Kebaikan Bersama: Pelajaran dari Keberanian Kesuma

Pesan moral dari cerita "Kesuma, Legenda Gunung Bromo" mungkin mencakup beberapa konsep moral, antara lain:

1. Kompromi dan Pengorbanan: Cerita ini menyoroti pengorbanan Kesuma yang rela mengorbankan dirinya demi keselamatan orang-orang di Tengger. Pesan moralnya adalah tentang pentingnya kompromi dan pengorbanan dalam menjaga kebaikan bersama.

2. Ketaatan dan Kepatuhan: Kesuma menunjukkan ketaatan yang tinggi terhadap orangtuanya dan dewa-dewa dengan rela memenuhi janji yang dibuat oleh ayahnya. Pesan moralnya adalah tentang pentingnya ketaatan dan kepenuhan terhadap janji yang dibuat.

3. Keberanian dan Ketulusan Hati: Kesuma menunjukkan keberanian dan ketulusan hati dalam menghadapi tugas yang sulit. Pesan moralnya adalah tentang pentingnya memiliki keberanian dan ketulusan hati dalam menghadapi tantangan hidup.

4. Kehormatan Tradisi dan Budaya: Masyarakat Tengger menjaga tradisi dan budaya mereka dengan mengadakan upacara tahunan untuk mengenang Kesuma. Pesan moralnya adalah tentang pentingnya menghormati tradisi dan budaya serta mengenang jasa para leluhur.

Pesan moral yang diambil dari cerita ini dapat bervariasi tergantung pada interpretasi pembaca, namun inti pesan moralnya mencakup elemen-elemen tersebut.









No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection