Jejak Pasola: Bab 7

Bab 7: Meneruskan Tongkat Estafet


English Version: Passing the Torch

Seiring musim berganti, begitu pula dengan peran kepemimpinan di desa. Para tetua, yang selama ini membimbing komunitas, mulai mundur perlahan, memberi ruang bagi generasi muda untuk memikul tanggung jawab warisan mereka. Arya, yang telah membuktikan dirinya melalui Pasola dan dedikasinya kepada desa, adalah salah satu yang dipilih untuk mengambil peran ini.

Suatu malam, diadakan pertemuan khusus. Para tetua duduk dalam lingkaran di bawah langit berbintang, wajah mereka diterangi oleh cahaya lembut dari api unggun yang menyala di tengah. Suasana hening namun penuh harapan, ketika mereka mulai berbicara tentang masa depan—betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan perubahan.

Salah satu tetua, suaranya sarat dengan usia dan kebijaksanaan, membuka percakapan. "Pasola mengajarkan kita lebih dari sekadar keberanian," ia memulai, matanya menatap para pria dan wanita muda yang duduk di hadapannya. "Itu mengajarkan kita persatuan, rasa hormat, dan nilai sejarah bersama kita. Namun, Pasola juga mengingatkan kita bahwa kita harus beradaptasi untuk bertahan hidup."

Arya duduk dengan tenang, hatinya berdebar saat menyerap setiap kata yang diucapkan. Sesekali, matanya melirik ke arah Merapu dan Raja yang berdiri tak jauh dari lingkaran, merumput dengan tenang. Dia tahu bahwa momen ini bukan hanya tentang dirinya—ini tentang masa depan semua orang di desa, tanah yang mereka huni, dan tradisi yang mereka cintai.







Tetua lainnya, dengan tatapan fokus pada Arya, melanjutkan. "Kau telah membuktikan kekuatanmu, Arya, bukan hanya di arena, tetapi juga dalam jiwamu. Sekarang, saatnya membawa kekuatan itu ke depan, untuk melindungi apa yang telah diwariskan leluhur kita, sambil merangkul perubahan yang datang dengan setiap musim baru."

"Saya mengerti," jawab Arya dengan suara yang mantap namun rendah hati. "Tapi bagaimana kita menemukan keseimbangan? Bagaimana kita menghormati masa lalu sambil melangkah menuju masa depan?"

Tetua itu tersenyum, matanya berkilauan dalam cahaya api. "Dengan mendengarkan," katanya dengan lembut. "Mendengarkan alam, mendengarkan rakyatmu, dan mendengarkan dirimu sendiri. Tradisi kita tidak pernah kaku—mereka tumbuh seiring waktu. Begitu juga denganmu."

Saat api mulai meredup, seorang tetua berdiri perlahan, membawa tombak kayu yang diukir dengan indah. Batangnya dihiasi dengan ukiran rumit, simbol sejarah desa dan kekuatan leluhur mereka. Dia berjalan mendekati Arya dan menyerahkan tombak itu ke tangannya.

"Ini lebih dari sekadar senjata," kata sang tetua pelan. "Ini adalah simbol kepercayaan kami padamu. Semoga tombak ini membimbingmu dengan kebijaksanaan dan keberanian saat kau memimpin kami ke masa depan."

Arya merasakan berat tombak itu, bukan hanya secara fisik, tetapi juga tanggung jawab yang diwakilinya. Dia berdiri dan menundukkan kepalanya dengan hormat. "Saya akan memikul kehormatan ini dengan sepenuh hati saya," katanya dengan tekad.

Tetua itu mengangguk setuju, lalu menambahkan, "Ingatlah, Arya, kau tidak sendiri. Kami berjalan bersamamu, begitu pula mereka yang telah mendahului kita."

Saat api padam dan para penduduk desa mulai berpencar, Arya tetap berada di dekat api, masih memegang tombak di tangannya. Pikirannya penuh dengan tugas besar yang menantinya, tetapi ada juga perasaan kesiapan yang tenang. Dia memandang ke arah Merapu dan Raja, yang telah menjadi teman setianya dalam begitu banyak perjalanan. Sekarang, mereka akan menemaninya dalam perjalanan yang lebih besar lagi—perjalanan kepemimpinan.

Dengan malam yang semakin dingin dan bintang-bintang yang bersinar lebih terang, Arya tahu bahwa hari esok akan membawa tantangan baru. Tapi malam ini, dia berdiri kokoh dalam keyakinan bahwa dia siap menerima peran barunya untuk meneruskan tongkat estafet warisan rakyatnya.




Jejak Pasola

Jejak Pasola: Intro

Prolog: Perayaan Pasola: Mengikuti Langkah Marapu

Bab 1: Festival Pasola yang Penuh Warna

Bab 2: Ikatan Persaudaraan

Bab 3: Tantangan Pasola

Bab 4: Kehidupan Setelah Pasola

Bab 5: Setelah Pasola – Merenungi Tradisi

Bab 6: Perubahan Musim

Bab 7: Meneruskan Tongkat Estafet







No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection