Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah
Asal usul batu-batu besar di Desa Kedungsari, Desa Menawan, dan Desa Watu Gede
Ada seorang gadis cantik di Jepara Jawa Tengah. Dia sangat terkenal dengan kecantikannya. Rakyat sangat mencintainya. Dia baik dan sopan. Banyak pemuda jatuh cinta padanya. Mereka telah bertemu dan mengusulkannya.
Namun, lamaran itu selalu ditolak. Itu karena mereka tidak bisa memenuhi permintaannya. Dia akan menikahi pria yang bisa memberinya seekor gajah.
Gajah adalah binatang liar. Tidak ada yang memelihara gajah sebagai hewan peliharaan mereka. Namun, gadis itu sangat menyukai gajah. Dia telah bermimpi memiliki seekor gajah.
Ada seorang pria hebat yang tinggal di Kudus. Namanya Ki Ageng Kedungsari. Dia pernah mendengar tentang gadis cantik itu. Dia juga tahu bahwa gadis tersebut meminta seekor gajah dari seorang pria yang ingin menikahinya. Ki Ageng Kedungsari memiliki kekuatan supernatural yang hebat. Dia menggunakan kekuatannya untuk menangkap dan menjinakkan seekor gajah.
Setelah gajah itu dijinakkan, ia ingin membawanya ke Jepara. Dia akan melamarnya. Sementara itu, orang sedang berbicara tentang Ki Ageng Kedungsari. Mereka kagum dengan kekuatannya untuk menjinakkan seekor gajah. Mereka semua mengira gajah terlalu sulit untuk ditangani. Salah satu orang yang mendengar tentang gajah Ki Ageng Kedungsari adalah Ki Ageng Menawan. Dia sudah lama jatuh cinta padanya.
Sayangnya dia tidak memiliki kekuatan untuk menangkap seekor gajah. Jadi, ketika mendengar bahwa Ki Ageng Kedungsari bisa menangkap seekor gajah, dia sangat cemburu!
Ki Ageng Menawan berencana mencuri gajah. Namun, dia tahu dia tidak bisa mengalahkan Ki Ageng Kedungsari sendiri. Ia harus meminta seseorang untuk membantunya melawan Ki Ageng Kedungsari. Dia memiliki seseorang dalam pikirannya untuk membantunya. Itu adalah Ki Watu Gede.
Ki Ageng Menawan dan Ki Watu Gede bersembunyi di balik sebatang pohon besar. Mereka menunggu Ki Ageng Kedungsari. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka melihat dia berjalan menuju mereka.
Ki Ageng Kedungsari berjalan kaki. Di sebelahnya ada gajahnya. Gajah itu besar dan memiliki gading yang besar. Itu terlihat sangat liar. Namun, gajah tersebut sangat jinak di bawah kendali Ki Ageng Kedungsari.
Sementara dia berjalan mendadak dua orang pria berdiri di depannya. Mereka adalah Ki Ageng Menawan dan Ki Watu Gede.
"Berhenti! Beri kami gajahmu!" Kata Raja Menawan.
"Ha ha ha, saya tidak tahu siapa anda dan saya tidak melihat alasan mengapa saya harus memberikan gajah saya," kata Ki Ageng Kedungsari.
"Baiklah .... Alasannya adalah karena saya akan memberi gajah itu sebagai lamaran pernikahan saya Sekarang berikan gajahmu!" Perintah Ki Ageng Menawan.
"Tidak mau!" Kata Ki Ageng Kedungsari.
Pertarungan tak bisa dihindari lagi. Ki Ageng Menawan dan Ki Watu Gede saling membantu. Mereka bertempur berdampingan untuk mengalahkan Ki Ageng Kedungsari.
Meski kalah satu lawan dua, Ki Ageng Kedungsari mampu menyeimbangkan pertarungan. Ketiganya sangat kuat. Mereka berjuang berhari-hari dan tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang akan menyerah.
Akhirnya, ketiganya mencoba meraih gajah itu. Ki Ageng Menawan memegangi kepala dan bagian depan. Ki Ageng Kedungsari menggendong tubuh dan Ki Watu Gede memegang bagian belakang gajah. Mereka memegang erat-erat sehingga gajah itu dipecah menjadi tiga bagian besar: bagian depan, tengah, dan bagian belakangnya. Mereka semua membawa bagian milik mereka ke kampung halaman.
Tiga bagian itu kemudian berubah menjadi batu besar. Sampai sekarang orang bisa melihat batu-batu itu. Batu-batu itu ada di Desa Kedungsari, Desa Menawan, dan Desa Watu Gede. Nama-nama desa adalah nama orang-orang yang berjuang untuk memenangkan gajah tersebut. ***
No comments:
Post a Comment