Musisi Bremen

Ilustrasi oleh Winry Marini tahun 1990-an



The Four Musicians of Bremen | English Version

Dongeng Anak dari Jerman

Dahulu kala ada seorang pria yang memiliki seekor keledai. Keledai itu telah bekerja keras selama bertahun-tahun, membawa beban berat berupa karung jagung ke penggilingan untuk digiling menjadi tepung. Tapi sekarang dia sudah mulai tua, jadi pria itu memutuskan bahwa dia tidak membutuhkannya lagi dan mengabaikannya. Keledai tua malang itu mulai berkelana.

"Apa yang bisa saya lakukan? Kemana aku bisa pergi? Tidak ada yang menginginkanku lagi.

Setelah berpikir, keledai memutuskan bahwa ia ingin menjadi musisi. Jadi dia berangkat ke kota Bremen untuk menjadi penyanyi. Setelah beberapa saat, keledai melihat seorang anjing tua yang lelah. Anjing terbaring di pinggir jalan.





"Guk." anjing menggongong.

"Halo anjing tua, ada apa?" tanya keledai.

"Tuanku tidak menginginkanku, aku terlalu tua." jawab anjing.

"Ikutilah saya dan jadilah musisi."

Lalu keledai dan anjing itu berangkat bersama di jalan menuju Bremen. Mereka tidak berjalan lama ketika mereka melihat seekor Kucing meringkuk di sisi jalan. Tidak ada yang menginginkannya lagi karena kucing itu telah terlalu tua untuk menangkap tikus.

"Meong!"

"Halo kucing tua, ada apa?" tanya keledai.

"Tidak ada yang menginginkan saya, saya terlalu tua." jawab kucing.

"Ikutlah bersama kami dan jadilah musisi." kata keledai.

Keledai, anjing dan kucing itu berangkat bersama menuju Bremen. Beberapa waktu kemudian mereka sampai di sebuah peternakan. Terdengar suara keras dari peternakan.

"Kukuruyuuk."

Seekor ayam jantan tua berkokok dengan sangat keras.

"Halo ayam tua, apa yang terjadi?" tanya keledai.

"Apa yang harus saya lakukan? Petani itu akan memasukkanku ke dalam panci untuk dimasak!"

"Ikutlah bersama kami dan jadilah musisi." sahut keledai.

Keledai, anjing, kucing dan ayam jantan menjadi teman baik dan mereka semua berangkat bersama di jalan menuju Bremen. Segera mereka sampai di hutan. Hari mulai gelap dan mereka merasa lelah dan lapar. Di kejauhan mereka bisa melihat cahaya yang datang dari sebuah rumah kecil.

Saat mereka semakin dekat, mereka bisa melihat melalui sebuah jendela, dan ada orang-orang yang duduk meminum teh, mengelilingi meja. Mereka adalah beberapa orang perampok yang sedang makan di sebuah perayaan yang meriah. Terdengar suara jam besar yang mulai berbunyi. Makanan tampak lezat di bawah cahaya lilin, Sebuah pesta yang cocok untuk seorang raja, pemandangan yang indah sekali.

Keempat teman karib itu sangat gembira melihat sajian para perampok itu.

"Makanan!" sahut mereka.

Mereka berpikir sebentar. Bagaimana mereka bisa menakut-nakuti si perampok? Lalu keledai punya ide bagus.

"Mari bernyanyi dengan sangat keras!"

Kami adalah musisi Bremen,
Kami akan bernyayi,
Kami adalah musisi yang baik,
Datang dan dengarkan kami bernyanyi.
Hii-hoow, hii-hoow, hii-hoow,
Guk, guk, guk, guk
Meong, meong, meong,
Ku-ku-ru-yuuuk!
Kami adalah musisi Bremen,
Menyanyi untukmu,
Kami bisa bernyanyi dengan sangat indah,
Anda bisa ikut serta.

Perampok itu belum pernah mendengar suara yang begitu mengerikan sebelumnya. Kemudian Keempat binatang menerobos masuk melalui jendela. Para perampok begitu ketakutan sehingga mereka melompat dan lari keluar dari rumah dan masuk hutan.

"Hantuuu!" jerit seorang perampog.

"Lari!" Sahut perampok yang lain.

Keledai, anjing, kucing dan ayam betina makan sepuasnya. Mereka makan sampai mereka sangat kenyang, lalu mereka mematikan lampu, berbaring, dan tidur. Pada tengah malam, pemimpin para perampok memerintahkan salah satu perampok lain untuk kembali ke rumah.

"Pergi dan selidiki."

"Baiklah, aku tidak takut." kata perampok yang lain.

Perampok itu berjalan perlahan menuju rumah, membuka pintu dan merayap perlahan. Dia bisa melihat mata kucing yang menatap tajam. Namun dia mengira masih ada bara api yang menyala di api. Dia memutuskan untuk menyalakan lilinnya dengan 'bara api' itu. Dia memegang lilin itu dan menuju ke arah kucing dan kucing melompat dengan desisan keras. Dia melompat ke perampok dan menggaruknya.

"Hisssssss!" desis kucing.

"Aduh!" kata perampok

Perampok itu sangat ketakutan. Dia berlari ke pintu, tapi terjatuh atas anjing. Anjing itu melompat dan menggigitnya kaki perampok dengan keras.

"Grrrrr!" kata anjing

Perampok merasa sangat kesakitan. Perampok itu mencoba berlari melintasi halaman, tapi keledai itu memberitendangan yang kuat.

"Hiii Hooow!" kata keledai.

Suara gadum membuat ayam jantan terbangun terbangun dan terbang turun, berkokok sekeras yang dia bisa.

"Kukuruyuuuk!"

Perampok yang ketakutan itu berlari kembali ke teman-temannya secepat mungkin.

"Apa yang terjadi?" tanya teman-teman perampok itu.

"Seorang penyihir menggaruk saya, seorang pria menusuk saya, seekor monster memukul saya
dan seorang hakim meneriakiku."

Hal ini membuat semua perampok sangat ketakutan juga.

"LARI!!" teriak para perampok.

Keledai, anjing, kucing dan ayam jantan itu merasa geli saat mereka menyaksikan para perampok lari ketakutan ke hutan. Perampok tidak pernah kembali ke rumah lagi dan keempat sahabat karib itu tidak pernah sampai di Bremen karena mereka memutuskan untuk tinggal di rumah yang indah. Setiap hari mereka bernyanyi dan bahagia selamanya. ***



Ayo Baca Cerita yang lain!

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection