Kisah Dua Bersaudara
English Version | Belumbak Island
Cerita Rakyat dari Kalimantan Barat
ADA seorang perempuan tua yang tinggal di dekat Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Dia memiliki dua putra. Suaminya sudah lama meninggal. Wanita itu mengasuh sendiri putranya. Dia mengajari mereka untuk mandiri. Kedua putranya masih remaja Mereka juga ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, setiap hari mereka melihat kapal-kapal besar berlayar di sepanjang sungai kapuas, mereka melihat pedagang-pedagang kaya dengan kapal-kapal yang indah, mereka juga ingin menjadi pedagang kaya, mereka sangat ingin memiliki kapal yang besar dan indah.
Kedua anak laki-laki itu menceritakan rencana mereka kepada ibu mereka. Wanita itu sangat sedih. Dia tidak ingin kehilangan anak-anaknya. Namun, mereka bersikeras bahwa mereka akan segera kembali. Dan mereka juga berjanji akan kembali ke rumah dengan membawa banyak uang.
Wanita itu tidak bisa menahan mereka lebih lama lagi. Dia akhirnya melepaskan mereka. Dan sebelum anak-anaknya pergi, mereka memberi ibu mereka anak-anak ayam mereka. Mereka berkata bahwa mereka akan pulang ketika anak-anak ayamnya sudah dewasa menjadi ayam jantan.
Kedua bersaudara itu bergabung dengan kapal besar. Pemilik kapal adalah seorang pedagang kaya. Dia memberi mereka pekerjaan di kapalnya. Mereka sangat bahagia. Mimpi mereka mulai menjadi kenyataan.
Setelah beberapa lama bekerja untuk saudagar kaya itu, kedua bersaudara itu membeli kapal masing-masing, masing-masing membeli kapal kecil. Mereka bekerja sangat keras dan lambat laun menjadi sangat kaya.
Kedua bersaudara itu terkenal, banyak orang yang terkesima dengan kekayaan dan kapal mereka yang indah dan besar. Banyak gadis muda jatuh cinta pada mereka. Dan akhirnya kedua bersaudara itu menikah. Istri mereka sangat cantik.
Dua bersaudara ini sudah sangat lama meninggalkan rumahnya, mereka ingin mengunjungi kampung halamannya. Kedua bersaudara tersebut memberi tahu istri dan awaknya bahwa mereka akan berlayar ke Kapuas Rivet, kampung halaman mereka.
Kapal-kapal itu berlayar berdampingan. Dan setiap kapal lewat di pelabuhan, orang-orang selalu membicarakannya. Mereka membicarakan saudara-saudara kaya yang akan pulang. Kabar tentang dua bersaudara itu menyebar sangat cepat. Ibu juga mendengar berita itu dan dia sangat senang.
Wanita itu telah menunggu anak-anaknya, dia sudah tua dan sangat lemah, setiap hari dia selalu memikirkan anak laki-lakinya.
Dan ketika kapal putranya akhirnya tiba, dia membawa ayam-ayam itu, dia ingin menunjukkan ayam-ayam itu kepada anak-anaknya.
Pertama dia datang ke putra tertua.
"Putraku, ini aku. Aku ibumu. Lihat! Aku membawa ayam jantanmu."
Anak laki-laki tertua kaget melihat ibunya, dia sudah tua dan terlihat lusuh. Anak tertua merasa malu melihat ibunya sendiri.
"Tidak! Aku tidak mengenalmu! Kamu bukan ibuku. Pergi!"
Wanita tua itu sangat sedih. Dia menangis. Kemudian dia pergi ke kapal kedua. Itu milik putra keduanya. Sayangnya, putra keduanya juga berperilaku buruk. Dia juga menyangkal wanita itu sebagai ibunya.
Wanita itu sangat sedih. Dia tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi padanya. Putranya mengabaikannya dan tidak mau mengakuinya sebagai ibu mereka. Dia berdoa kepada Tuhan. Dia meminta Tuhan untuk menghukum anak-anaknya.
Tuhan mendengar doa itu. Tiba-tiba badai besar menyerang sungai. Hujan turun dengan derasnya. Kedua bersaudara itu ingin menyelamatkan hidup mereka. Kapal mereka berlayar sangat cepat. Tapi mereka tidak bisa menyelamatkan nyawa. Badai membuat kapal mereka tenggelam.
Dan setelah badai usai, orang melihat dua pulau di tengah Sungai Kapuas. Pulau-pulau itu tampak seperti dua kapal yang berlayar dalam perlombaan perlombaan. Orang-orang kemudian menamakan pulau-pulau itu dengan Pulau Belumbak. Belumbak dari kata 'berlomba 'atau' balapan '. ***
Pentingnya Menghormati Keluarga dan Kerendahan Hati
Pesan moral dari cerita ini adalah mengenai pentingnya menghormati dan menghargai orang tua, serta menjaga hubungan keluarga dengan baik. Cerita menggambarkan bagaimana kedua anak laki-laki tersebut, setelah menjadi kaya dan terkenal, menolak mengakui ibu mereka yang sudah tua dan lemah saat ibu mereka datang membawa hadiah yang sangat berarti bagi mereka. Sikap tidak menghargai dan menolak mengakui orang tua adalah tindakan yang tidak pantas, dan cerita ini menyoroti akibat buruk dari perilaku tersebut.
Selain itu, cerita juga mengajarkan bahwa keserakahan dan kesombongan bisa berujung pada kehancuran. Meskipun kedua bersaudara telah mencapai kesuksesan dalam kehidupan mereka, sikap angkuh dan tidak menghargai ibu mereka membawa mereka pada nasib yang tragis. Hukuman yang mereka terima dari Tuhan dalam bentuk badai besar yang menyebabkan kapal mereka tenggelam menjadi pengingat bahwa tindakan tidak baik tidak akan luput dari hukuman.
Dengan demikian, pesan moral cerita ini dapat diinterpretasikan sebagai pentingnya memuliakan orang tua, menjaga hubungan keluarga yang baik, menghindari keserakahan dan kesombongan, serta menerima konsekuensi dari tindakan buruk yang dilakukan.
No comments:
Post a Comment