Gema Majapahit: Bab 3: Perjalanan ke Dalam Hutan Belantara

Bab 3: Perjalanan ke Dalam Hutan Belantara


Edisi Indonesia: The Journey Into the Jungle

Hutan belantara yang lebat menyelimuti Ciptakarsa dan Kadek saat mereka menjelajahi ke dalam hatinya, langkah-langkah mereka diredam oleh semak-semak yang tebal. Pohon-pohon tinggi menjulang di atas mereka, cabang-cabangnya membentuk kanopi yang menghalangi sebagian besar sinar matahari, menciptakan bayangan-bayangan yang berkilauan di lantai hutan.

Sebelum memulai perjalanan, Ciptakarsa dan Kadek telah melakukan persiapan yang hati-hati, memastikan mereka memiliki cukup persediaan untuk perjalanan mereka ke tempat yang belum pernah mereka jelajahi sebelumnya. Dengan ransel yang dipenuhi makanan, air, dan perlengkapan penting, mereka memulai perjalanan dari pinggiran kota, hati mereka penuh dengan kegembiraan dan antisipasi.

Saat mereka menjelajahi hutan belantara, mereka bertemu dengan berbagai pemandangan dan suara yang membangkitkan indera mereka. Burung-burung eksotis terbang di antara pepohonan, bulu-bulunya yang berwarna cerah menjadi sorotan warna di antara daun-daun hijau. Tanaman-tanaman aneh dengan lian yang meliuk-liuk dan daun-daun lebar tersebar di lantai hutan, ada yang mengeluarkan aroma manis sementara yang lain menyebar aroma tanah.

Di tengah keindahan alam hutan, Ciptakarsa dan Kadek menemukan reruntuhan kuno yang mengisyaratkan keberadaan kota yang hilang. Struktur batu yang hancur, ditumbuhi lumut dan lian, tersembunyi di bawah lapisan dedaunan, fasad mereka yang lapuk menjadi saksi abad-abad pembangunan.

Dengan setiap penemuan, kegembiraan mereka bertambah, menguatkan tekad mereka untuk mengungkap rahasia masa lalu. Dan akhirnya, setelah berhari-hari menjelajahi semak belukar yang lebat, mereka muncul ke dalam sebuah lapangan terbuka tempat kota yang hilang menunggu mereka.

Kota itu terletak dalam reruntuhan, bangunannya yang dulu megah sekarang berubah menjadi tembok yang runtuh dan puing-puing yang berserakan. Tetapi bahkan dalam keadaan yang rusak, ada perasaan kemegahan yang tidak dapat disangkal tentang tempat itu, sebuah bukti dari peradaban yang pernah berkembang di sana jauh sebelum kemunculan Majapahit.

Saat mereka menjelajahi kota itu, Ciptakarsa dan Kadek terpesona oleh arsitektur dan kerajinan tangan penduduk kuno. Mereka menemukan pecahan-potongan tembikar yang dihias dengan pola-pola rumit, patung-patung yang diukir menyerupai dewa-dewa yang telah dilupakan, dan mural-mural yang memudar menggambarkan adegan-adegan dari masa lalu yang telah lama berlalu.

Tetapi penemuan sebuah manuskrip kuno yang tersembunyi di antara reruntuhan-lah yang benar-benar menarik perhatian mereka. Ditulis dalam bahasa yang telah lama dilupakan, manuskrip tersebut berbicara tentang sebuah peradaban besar yang telah berkembang di daerah itu berabad-abad sebelum kemunculan Majapahit, sebuah peradaban yang warisannya hampir sepenuhnya dihapus oleh waktu.

Saat mereka mempelajari manuskrip itu, Ciptakarsa dan Kadek menyadari pentingnya penemuan mereka. Di sinilah, di tengah hutan belantara, terletak kunci untuk membuka rahasia masa lalu dan memahami sejarah sejati daerah itu.

Dengan beban penemuan mereka yang mendesak, Ciptakarsa dan Kadek kembali ke kota, pikiran mereka berkecamuk dengan pikiran tentang masa depan. Karena mereka tahu bahwa perjalanan mereka ke dalam hutan belantara tidak hanya mengungkapkan kota yang hilang, tetapi telah membuka pintu ke babak baru dalam sejarah Majapahit - sebuah babak yang menunggu untuk ditulis dengan cat dan tinta, untuk semua dunia melihatnya.



Gema Majapahit

Prolog: Visi Sang Pelukis

Bab 1: Ambisi Sang Pelukis

Bab 2: Komisi Kerajaan

Bab 3: Perjalanan ke Dalam Hutan Belantara


No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection