Gema Majapahit: Epilog

Epilog: Gema Majapahit

 

English Version: Epilogue

Berabad-abad telah berlalu, dan kejayaan kerajaan Majapahit kini tinggal kenangan, meninggalkan candi-candi, pahatan batu, serta legenda yang masih berbisik di tanah Jawa. Meskipun hanya sedikit peninggalan seni Majapahit yang bertahan melawan arus waktu, kisah-kisah tentang para pelukis, arsitek, dan seniman tetap hidup dalam ingatan generasi demi generasi.

Lukisan-lukisan Ciptakarsa, seperti banyak harta karun Majapahit lainnya, tak bertahan melewati kekejaman zaman. Diciptakan di atas media yang rapuh, karyanya lenyap ditelan oleh alam atau dihancurkan oleh gejolak sejarah. Namun, warisannya tidak terbatas pada kerentanan kanvas atau kekekalan batu. Warisan itu hidup dalam cerita-cerita yang disampaikan oleh rakyat, diwariskan melalui tradisi lisan, dan dikenang dalam gema kejayaan zaman keemasan Majapahit.

Karya agungnya—lukisan yang pernah menghiasi balairung megah Maharaja—telah lama hilang, tetapi pesan yang dibawanya, sebuah gambaran berani tentang kekuatan yang menyatu dengan kemanusiaan, tetap hidup. Visi Ciptakarsa tentang kekuatan Majapahit, bukan hanya dari para penguasanya, tetapi juga dari rakyatnya, diwariskan, dibentuk ulang, dan diceritakan dalam berbagai bentuk. Visi ini menjadi simbol keseimbangan antara kemegahan dan kerendahan hati, antara kekuatan dan belas kasih.

Walaupun bukti fisik dari karyanya telah pudar, Ciptakarsa dikenang sebagai lebih dari sekadar pelukis istana. Namanya menjadi sinonim dengan kebenaran dalam seni, sebuah pengingat bahwa kekuatan sejati seni tidak terletak pada kelangsungan benda fisiknya, tetapi dalam kemampuannya untuk menginspirasi, mempertanyakan, dan mengungkapkan yang tak terlihat.

Saat matahari terbenam di atas sisa-sisa Majapahit, candi-candi megah berdiri sebagai saksi bisu, semangat warisan Ciptakarsa masih terasa—bukan dalam batu atau lukisan, tetapi di hati mereka yang masih percaya pada kekuatan seni untuk menceritakan kisah yang lebih mendalam tentang sebuah era—kisah tentang rakyatnya, kejayaannya, dan kebenarannya.

Dan demikianlah, lama setelah kerajaan itu runtuh, nama Ciptakarsa terus bergema, terjalin dalam jalinan sejarah Majapahit, sebagai pengingat sunyi tentang seniman yang berani mengungkapkan jiwa di balik kemegahan kekaisaran.




Gema Majapahit

Intro : Gema Majapahit

Prolog: Visi Sang Pelukis

Bab 1: Ambisi Sang Pelukis

Bab 2: Komisi Kerajaan

Bab 3: Perjalanan ke Dalam Hutan Belantara

Bab 4: Kembali ke Majapahit

Bab 5: Pengungkapan Komisi

Bab 6: Kebingungan dan Tekanan

Bab 7: Dilema Seorang Pelukis

Chapter 8: Sebuah Visi Baru Terlahir

Bab 9: Reaksi Sang Maharaja

Bab 10: Warisan Seorang Pelukis

Epilog





No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection