Pan Kasim yang Tidak Bersyukur

Harga Rasa Tidak Bersyukur: Kisah Pan Kasim


The Ungrateful Pan Kasim | English Version

Cerita Rakyat dari Bali

SEKALI pada suatu waktu ada seorang petani miskin. Namanya Pan Kasim. Dia tinggal bersama istrinya di sebuah gubuk. Mereka tidak punya cukup uang untuk hidup layak. Mereka mengenakan pakaian lusuh dan mereka hanya makan sekali sehari. Perhiasan? Mereka tidak memilikinya.

Pan Kasim baru saja selesai bekerja di sawahnya. Ia selalu melintasi hutan untuk pulang. Saat dia berjalan, dia mendengar seseorang meminta bantuan.







"Tolong ... tolong bantu aku!"

Pan Kasim melihat sekeliling. Dia tidak melihat ada yang terluka. Dia terus mencari.

"Tolong bantu saya ... saya di sini, di semak-semak."

Pan Kasim pergi ke semak-semak. Dia kaget! Ada seekor ular besar terbaring tak berdaya. Dia berada di bawah log besar, dia tidak bisa bergerak karena kayu itu menekan tubuhnya.

"Tolong bantu saya mmengangkat kayu ini, saya tidak bisa bergerak Tolong bantu saya."

"Tapi Anda seekor ular, bagaimana Anda bisa bicara?" tanya Pan Kasim.

"Saya bukan ular biasa, saya adalah ular ajaib, saya bisa berbicara dengan manusia dan saya juga memiliki kekuatan supranatural. Tolong bantu saya dan saya akan mewujudkan keinginan Anda."

"Apakah Anda berjanji tidak akan menyakitiku?" tanya Pan Kasim.

"Aku janji," kata si ular. Pan Kasim memindahkan kayu itu. Itu tidak mudah, kayu itu berat. Setelah beberapa waktu, akhirnya ular itu benar-benar bebas.

"Terima kasih banyak, sekarang apa yang kamu inginkan dariku?" tanya ular itu

"Kami sangat miskin, kami tinggal di sebuah gubuk, tolong buat kami kaya! Saya ingin tinggal di rumah besar," tanya Pan Kasim.

"Terkabul! Pulanglah sekarang," kata si ular.

"Sungguh?" tanya Pan Kasim.

Dia tidak benar-benar percaya apa yang dikatakan ular itu. Bagaimanapun, dia pulang untuk membuktikannya.

Ternnyata benar! Gubuknya sudah berubah menjadi rumah besar. Istrinya memakai perhiasan besar. Ya, mereka kaya!

Istrinya penasaran.

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

Pan Kasim kemudian bercerita tentang ular itu. Istrinya sangat bahagia. Dia punya ide.

"Saya hanya tidak ingin menjadi kaya. Saya ingin menjadi seorang ratu. Katakan ular itu untuk membuat kita menjadi raja dan ratu."

Pan Kasim pergi ke ular itu.

"Anda telah berjanji untuk membuat keinginan saya menjadi kenyataan, bukan?"

"Tentu saja, saya sudah berjanji pada Anda," kata si ular.

"Istri saya dan saya ingin menjadi ratu dan raja."

"Terkabul! Pulanglah sekarang."

Pan Kasim pulang dengan gembira. Dan ya, rumahnya telah berubah menjadi istana. Dia adalah seorang raja dan istrinya adalah seorang ratu. Pan Kasim dan istrinya hidup bahagia.

Namun, istrinya kembali mengeluh.

"Saya ingin lebih banyak kekuatan, Saya ingin bisa mengendalikan matahari, ia bersinar terlalu panas Saya tidak menyukainya. Sekarang, pergi ke ular dan mintalah dia untuk mewujudkan keinginan kita," tanya istrinya.

Pan Kasim mendatangi ular itu dan menceritakan kepadanya tentang keinginan istrinya.

"Apa?! Anda dan istri Anda adalah orang-orang yang tidak tahu berterima kasih! Tidak ada yang bisa mengendalikan matahari! Aku sangat muak dengan kalian! Sekarang, aku akan mengubahmu kembali ke orang miskin!"

Pan Kasim sama sekali tidak berdaya. Dia menyesalinya, bagaimanapun sudah terlambat. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia menjadi miskin lagi. **

Ketidakbersyukuran membawa konsekuensi buruk
Cerita ini menyoroti bagaimana keserakahan dan permintaan yang tak terbatas akhirnya membawa kehancuran kepada yang tidak bersyukur.


Petani dan Ular

No comments:

Post a Comment

Horse (Equine) Art, Pencil on Paper Collection