Legenda Batu Golog: Pentingnya Mendengarkan dan Kesabaran
The Legend of Golog Stone >> English Version
Folklor dari Nusa Tenggara Barat
Sekali waktu, ada sebuah keluarga petani. Nama sang suami adalah Amaq Lebain dan nama istrinya Inaq Lebain. Mereka memiliki dua anak, seorang putra dan seorang putri. Mereka hidup bahagia.
Orang tua itu benar-benar mencintai anak-anak mereka. Setiap kali mereka pergi bertani, mereka selalu membawa anak-anak mereka ke sawah.
Suatu hari sang ayah pergi ke pasar untuk menjual hasil panen mereka. Sementara itu, ibu pergi ke sawah sendiri untuk menumbuk padi. Dan seperti biasa, dia membawa anak-anaknya ke sawah.
"Tolong urus anak-anak kita. Aku tidak akan lama ke pasar. Saya akan pergi ke sawah setelah saya selesai menjual panen," kata sang ayah.
"Aku akan berhati-hati," kata ibu.
"Baik, Ibu," kata anak-anak.
Kemudian ibu sibuk menumbuk padi tersebut. Suaranya cukup keras. Anehnya, setiap kali ibu metumbuk beras, batu di mana anak-anak duduk tumbuh. Anak-anak takut. Mereka berteriak.
"Ibu? Batu semakin tinggi!" Mereka berteriak.
Sang ibu tidak bisa mendengar dengan baik. Dia pikir anak-anak memintanya untuk pulang.
"Sebentar lagi anak-anak, saya akan menyelesaikan ini segera," kata ibu.
"Tapi ibu, batu semakin tinggi. Kami takut," anak-anak menangis.
"Bersabarlah, Aku akan menyelesaikan menumbuk padi dengan segera," kata ibu.
Sekali lagi, dia tidak bisa mendengarkan mereka dengan baik. Hal itu terjadi berulang kali. Batu Golog semakin tinggi dan lebih tinggi dan akhirnya mencapai awan. Anak-anak tidak bisa dilihat lagi.
Ketika ibu selesai menumbuk padi, ia terkejut! Dia tidak bisa menemukan anak-anaknya. Dia menangis. Dia kemudian berdoa kepada Tuhan. Dia ingin membawa anak-anaknya ke bawah, tapi dia tidak tahu bagaimana melakukannya. Entah bagaimana Tuhan menjawab doa nya. Dia harus menggunakan penumbuk padi untuk mengurangi batu Golog.
Lalu dia memukul batu dengan penumbuk padi. Hebatnya, batu pecah menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu daerah yang kemudian disebut Desa Gembong. Bagian kedua jatuh di daerah yang kemudian diberi nama Dasan Batu, dan bagian terakhir jatuh di daerah yang kemudian diberi nama Montong Teker. Sayangnya, kedua anak tidak bisa kembali ke ibu mereka. Mereka telah berubah menjadi burung. ***
Pesan Moral
Pesan moral dari cerita "Legenda Batu Golog" adalah sebagai berikut:
1. Kewaspadaan dan Tanggung Jawab: Orang tua harus selalu waspada dan memastikan keselamatan anak-anak mereka, terutama saat bekerja atau sibuk dengan aktivitas lain. Komunikasi yang baik sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak selalu dalam pengawasan yang aman.
2. Pentingnya Mendengarkan: Mendengarkan dengan seksama adalah aspek penting dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Dalam cerita ini, jika ibu lebih memperhatikan panggilan anak-anaknya, kejadian tragis mungkin bisa dihindari.
3. Keajaiban dan Kepercayaan: Keajaiban terjadi ketika ibu berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan doa bisa membawa kekuatan yang luar biasa dalam situasi yang sulit.
4. Pengorbanan dan Kerelaan: Meskipun ibu berhasil memecahkan batu, anak-anaknya tetap berubah menjadi burung. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang kita harus rela melepaskan sesuatu yang kita cintai demi kebaikan yang lebih besar atau karena situasi yang tak bisa diubah.
5. Hikmah di Balik Kejadian: Meskipun terjadi kehilangan, cerita ini menunjukkan bahwa setiap kejadian memiliki makna dan pelajaran yang bisa diambil. Transformasi anak-anak menjadi burung mengajarkan tentang perubahan dan adaptasi terhadap keadaan baru.
Cerita ini mengingatkan kita untuk selalu waspada, mendengarkan dengan baik, memiliki kepercayaan yang kuat, siap berkorban, dan mencari hikmah dalam setiap kejadian hidup.
No comments:
Post a Comment