Bangau, Ikan, dan Kepiting: Hukum Sebab-Akibat dalam Kehidupan
Tersebutlah di sebuah kolam kecil hidup seekor kepiting dan sekumpulan ikan.
Pada suatu musim kemarau, airnya menyusut tinggal sedikit, dan bagi penghuni kolam keadaan tersebut cukup mengkhawatirkan.
Kala itu, seekor burung bangau sedang mengintai dan muncul pikiran jahatnya untuk menjadikan seluruh penghuni kolam sebagai santapan.
Burung bangau sengaja beristirahat di tepi kolam dan nampak duduk termenung bermuram durja.
Para ikan bertanya kepada Sang Bangau, "Tuan sedang memikirkan apa?"
Sang Bangau menjawab, "Aku memikirkan kehidupan kalian, wahai para ikan. Kemarau ini begitu keringnya, semakin sedikit air semakin sedikit pula makanan kalian. Aku takut kolam ini beberapa hari lagi akan habis airnya dan kalian akan mati kekeringan."
Para ikan bertanya, "Apa yang harus kami lakukan, Tuan?"
Sang Bangau menjawab, "Kalau kalian percaya padaku, akan kubawa satu per satu ke telaga besar di balik hutan. Telaga itu dipenuhi dengan bunga teratai yang akan menjamin kehidupan kalian."
Para ikan berkata, "Tuan Bangau, sejak awal kehidupan, tak ada ceritanya seekor bangau memikirkan kesejahteraan ikan. Terus terang kami takut satu per satu dari kami akan Tuan makan."
Sang Bangau menjawab pelan, "Aku tidak berdusta. Silakan pilih satu perwakilan ikan untuk melihat telaga yang kuceritakan."
Para ikan kemudian memilih satu ikan besar sebagai perwakilan. Sang Bangau membawanya ke telaga dan kemudian kembali ke kolam.
Para ikan akhirnya percaya dan menurut dibawa Sang Bangau satu per satu ke telaga.
Sebenarnya, satu per satu ikan dijatuhkan di pohon di seberang telaga. Satu per satu disantap Sang Bangau dan di bawah pohon berserakan tulang-tulangnya.
Demikian dilakukan berkali-kali sehingga ikan di kolam habis semuanya. Tersisa seekor kepiting di kolam yang juga ingin dimangsanya.
Sang Bangau berkata, "Tidakkah kamu ingin mengikuti para ikan pindah ke telaga?"
Sang Kepiting berkata, "Lebih baik aku hidup di kolam ini saja."
Karena Sang Bangau terus merayunya, akhirnya Sang Kepiting berkata, "Aku bisa memegang diri Tuan lebih kuat, maka biarkan aku memegang leher Tuan saat terbang menuju telaga."
Sang Bangau terbang di atas telaga, tetapi kemudian menuju pohon di seberang telaga.
Sang Kepiting bertanya, "Mengapa Tuan membawaku menjauhi telaga?"
Sang Bangau berkata, "Dasar kepiting bodoh, aku bukan budakmu, mengapa kamu harus kupindahkan. Lihatlah di bawah pohon terdapat tulang-tulang ikan berserakan. Kamu pun akan segera kujadikan santapan."
Sang Kepiting berkata, "Sang penipu telah ditipu. Itulah nasibmu, Tuan. Coba rasakan sedikit, aku mulai menjepit leher Tuan."
Sang Bangau ketakutan merasakan lehernya yang mulai kesulitan bernapas.
Sang Kepiting berkata, "Sekarang Tuan Bangau yang bodoh, bawa aku ke telaga agar aku bisa terjun dan Tuan akan kembali bebas!"
Sang Bangau menuruti dengan tergesa-gesa untuk menyelamatkan nyawanya.
Saat tiba di tepi telaga, leher Sang Bangau dipotong Sang Kepiting dan mati seketika. Sang Kepiting pun segera masuk ke dalam telaga.
Pesan Moral
Keserakahan dan tipu muslihat sering digunakan untuk mencapai tujuan dengan cepat. Namun, kita perlu merenungkan tindakan kita karena meskipun keberhasilan bisa diraih dalam waktu singkat, alam tidak akan tinggal diam. Hukum sebab-akibat akan selalu berjalan, dan siapa pun yang melakukan tipu muslihat pasti akan menerima akibatnya di masa depan.
kaskus.co.id
kaskus.co.id
No comments:
Post a Comment